Senin, 10 Maret 2014

Misteri Pembunuhan Ade Sara: Ada Apa dengan Hafitd, Assyifa, dan Ade Sara?


 
twitter. Foto Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani (19), pelaku pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto (19), beredar di twitter. Disebutkan, foto ini diambil saat keduanya di Polres Bekasi. Tak ada konfirmasi soal lokasi pengambilan foto tersebut.



KOMPAS.com — Ade Sara Angelina Suroto (19), Ahmad Imam Al Hafitd, dan Assyifa Ramadhani dikenal sebagai teman satu SMA. Hubungan ketiganya yang diwarnai cinta, benci, cemburu, dan berujung kematian menimbulkan tanda tanya. Ada masalah apa dengan mereka?

"Tentu ada suatu hal berat dari mereka bertiga, sampai terjadinya hal itu ," kata psikolog asal Univeristas Indonesia, Dini Cokro, kepada Kompas.com, Sabtu (8/3/2014).

Menurutnya, masih banyak yang menjadi tanda tanya dari kasus tersebut. Misalnya, mengapa Assyifa mau terlibat merencanakan pembunuhan Ade Sara? Mengapa Ade Sara tidak mau bertemu mantan pacarnya, Hafitd? Dan mengapa Hafitd bisa sesadis itu merencanakan pembunuhan.

Menurutnya, ide rencana pembunuhan muncul karena adopsi dari lingkungan. Apa kegiatan sehari-hari yang dilakukan Hafitd dan Assyifa? Sebab, kata dia, jika persoalannya hanya cemburu, hal itu merupakan hal kecil jika harus diakhiri dengan cara membunuh. Terlebih, pembunuhan itu menggunakan alat kejut listrik.

Selain itu, lanjutnya, kata menyesal baru terucap setelah pelaku sudah berurusan dengan pihak berwajib. Hal itu, menurutnya, di luar jangkauan pribadi normal.

Meski begitu, Dini belum berani menyebut bahwa pelaku memiliki kepribadian seperti seorang psikopat sebab dirinya tidak memeriksa langsung. Ia hanya menggambarkan, contoh psikopat seperti seorang koruptor, yang tega melihat orang di sampingnya menderita.

Meski demikian, ia memperkirakan ada masalah dalam kepribadian pelaku yang bersangkutan. Faktor kekerasan yang datang dari tayangan kekerasan di media juga bisa ada dalam kasus ini.

"Sehingga tidak kenal kasih sayang dan egoistis," ujar Dini.

Kriminolog Univeristas Indonesia, Bambang Widodo Umar, menyatakan, dari sisi kriminolog kasus semacam ini merupakan kejahatan ekstrem di luar batas kewajaran. Pelaku bisa saja meniru faktor internal ataupun eksternal dari lingkungan sekitarnya.

Ia mengutarakan hal senada bahwa tayangan kekerasan bisa memicu perilaku meniru. Terkadang, mereka yang mengonsumsi tayangan kekerasan, meski bersifat imajinasi, menurut Bambang, bisa dianggap sebagai sesuatu yang benar.

"Kita sekarang itu hal demikian berkembang sebetulnya. Tinggal pertahanan diri dari anak dan besik dari keluarga. Kalau keluarga bisa mentransformasi nilai budi pekerti saya kira anak bisa bertahan," ujar Bambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com