Minggu, 30 Maret 2014

Astaga! Kota Islami pun Tak Sanggup Bendung Cabe-Cabean

http://www.hai-online.com/var/gramedia/storage/images/hai2013/skulizm/skulizmnews/ciri-ciri-cabe-cabean-nan-pedas-dan-menggemaskan/12701885-1-ind-ID/Ciri-Ciri-Cabe-Cabean-nan-Pedas-dan-Menggemaskan_haibaru650x431.jpg 
DEPOK - Sejumlah pelajar SMP dan SMA di Depok tak lepas dari julukan negatif 'cabe-cabean' dan 'terong-terongan'. Psikolog Perkembangan Universitas Indonesia Edward Andriyanto S menilai, sebenarnya perkembangan dan keingintahuan remaja secara seksual normal dialami di usia SMP bahkan kini sudah dimulai di usia SD.

"Untuk anak SMP tertarik dengan seksual itu enggak aneh. Mulai SD dan sudah menstruasi hasrat itu meningkat. Kelas 5-6 SD juga sudah mulai," ujarnya di Kampus UI, Depok, Selasa (04/03/2014).

Namun, Edward menambahkan yang jadi permasalahan adalah fasilitas dan ilmu pengetahuan pendidikan seksual yang disediakan pihak sekolah masih terbatas karena masih dianggap tabu. Hal itu membuat para remaja memperoleh pengetahuan dari media yang salah seperti dari teman, internet, situs porno, hingga orang dewasa yang tak bertanggung jawab.

"Keingintahuan atau high curiousity tak terbendung, dari sisi pemerintah juga tidak mendukung. Padahal setiap anak remaja yang sedang mencari jati diri, mereka akan patuh kepada komunitasnya. Jika ingin ikut komunitas A, agar langsung diterima ada tekanan dari lingkungan dan rasa ingin tahu," jelasnya.

Apalagi tekanan dari komunitas dan senioritas membuat mereka mau tidak mau terpaksa melakukan apapun persyaratan di dalam komunitas. Apalagi seiring perkembangan zaman, lanjutnya, apapun semakin terbuka tak lagi tabu.

"Lumrah di kalangan mereka, akan lakukan itu terus. Fun atau enggak, enggak bisa dilihat. Agak susah melihat fun enggak fun, sisi fun-nya saat diterima dalam lingkungannya, tetapi perilaku seksualnya belum tentu," paparnya.

Kelompok cabe-cabean, kata Edward, bisa berawal dari minat dan hobi yang sama antar komunitas. Edward menegaskan seluruh pihak bisa disalahkan dengan menjamurnya fenomena tersebut, dari mulai orang tua, guru, hingga pemerintah.

"Masalah pembentukan identitas yang salah seperti ini, semua salah, orang tua salah, lingkungan salah. Depok saja kota cukup islami, kenapa enggak sanggup mengatasi itu (cabe-cabean), sistem yang salah. Ada istilah namanya katarsis, banyak remaja yang perlu komunitas untuk katarsis. Padahal kalau nyaman sendiri, enggak perlu komunitas, balik lagi kepada individunya," tandasnya.
(ful)
http://jakarta.okezone.com/read/2014/03/04/501/949915/kota-islami-pun-tak-sanggup-bendung-cabe-cabean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com