Minggu, 23 Februari 2014

Kisah Menarik: Kisah Sepatu Versace Cibaduyut Buat Acara Wisuda

Rumahku lebih ramai dari biasanya di pertengahan September 2013 lalu itu. Keluarga ponakan dari kampung menginap selama beberapa hari. Mereka datang untuk menghadiri wisuda sang ponakan pada hari Sabtu besok. Tapi anehnya, tidak satupun dari mereka membawa sepatu resmi sebagaimana seharusnya jika hendak menghadiri acara formal. “Ke Bandung sekalian mau beli sepatu di Cibaduyut!” kata salah seorang memberi alasan. Cibaduyut begitu terkenal hingga ke pelosok-pelosok kampung di Sumatra. Itu sebabnya, malam Sabtu tersebut yang meski sudah mulai larut, kami paksakan untuk pergi ke kawasan sentra pembuatan sepatu terkenal ini. Malam itu kami menelusuri sudut-sudut toko yang masih tetap buka. Sebagian besar toko bersiap-siap tutup karena waktu sudah mendekati pukul 22:00.
Sejak awal, aku tidak tertarik membeli sepatu di sini, karena sering orang mengatakan “mode-nya ok, tapi kualitasnya meragukan”. Jadi aku hanya mau menemani saja. Lalu dari beberapa toko yang masih buka, tiba-tiba pandangan mataku terpaku pada sebuah sepatu charming berwarna hitam mengkilat dengan model yang tidak biasa. Bentuknya terlihat seperti sepatu mewah. Kulit dan warna hitamnya mengkilat bersih bersinar, kokoh dengan potongan gaya yang modis, terpajang di salah satu etalase di dalam temaramnya malam. Di bagian depan sepatu itu tampak cap yang tak biasa dan sangat terkenal di dunia, yaitu Versace (merek sepatu buatan Italy). Akupun semakin kaget! Kok sepatu kelas jet set yang biasanya digunakan artis papan atas seperti Brad Prat, George Michael dan lain-lain itu, kok ada di sini, tanyaku penasaran. Meskipun aku tahu, kalau ada di Cibaduyut pasti hasil “kerajinan tangan” dan bukan sepatu asli yang harganya bisa-bisa sampai jutaan rupiah tersebut. “Wah, hebat juga nih… pengrajin Cibaduyut bisa meniru sepatu kelas dunia,” kataku ke adik ipar.  Dia yang dari kampong di Sumatra itu cuma tersenyum-senyum aja.
Uniknya, pada sepatu Versace mewah tersebut cuma dibandrol harga Rp 125.000. Aku kemudian semakin ragu. Kok murah amat ya…? tanyaku dalam hati sambil memegang sepatu klimis tersebut. Tiba-tiba isteriku yang ikut rombongan nimbrung. “Jadi nih beli sepatu baru…,” ledeknya melihat aku terlihat serius di depan sepatu tersebut. Lalu kusodorkan sepatu Versace tadi. “Ng usah… itu pasti palsu! Masak sepatu merek Versace bisa murah begini.. ..,” katanya mengingatkan. Tapi pikiranku lain. Aku tahu Cibaduyut bukan sentra industri sepatu rumahan biasa. Kawasan ini sudah sejak puluhan tahun lalu mendapat binaan khusus dan terkadang menjadi handalan ekspor sepatu khas Indonesia pula. Jadi, siapa tahu, karena Cibaduyut sangat terkenal kepiawaiannya dalam mengolah sepatu. Sepatu ini memang benar-benar pesanan dari perusahaan Italy di sana, yang seringkali dengan menggunakan konsep Supply Chain Management, menggunakan berbagai sebntra industri pilihan tertentu dari negara berkembang. Buktinya, beberapa waktu lalu temanku yang dengan bangga menunjukkan sepatu baru yang di belinya di Singapore, ternyata selidik punya selidik merupakan hasil proses maklun perusahaan Singapore di Cibaduyut. Artinya, merek perusahaan Singapore, tapi sebenarnya dibuatnya di Cibuduyut, Bandung ini.
Siapa tahu… sepatu Versace ini juga demikian. Paling tidak menjadi murah karena sisa-sisa hasil maklun eksportir Italy. Pikiranku kemudian melayang ke salah satu tempat di Italia yang dikelilingi dengan danau-danau indah, dan cafenya sering memainkan musik Francis Goya ketika menyajikan berbagai jenis makanan spaghetti yang mengundang selera itu. Daerah itu memang terkenal sebagai sentra sepatu di Italy dan sering bekerja sama dengan berbagai sentra sepatu di negara berkembang untuk mengejar hargaa yang miring. Lalu muncul dorongan yang begitu kuat dalam diriku untuk dapat segera memiliki sepatu merek Versace made in Cibaduyut ini. Terdengar suara si ajo sang penjual toko yang kemudian aktif “merayu” menawarkan sepatu Versace antiknya ini. Dia terlihat ramah dan bersikap apa adanya dalam menawarkan. Tapi justru gaya menjual yang terlihat natural ini yang membuat aku semakin terobsesi.  “Ini juga tinggal beberapa pasang lagi, pak! Sisa stok kemarin.. ” katanya meyakinkan.
Maka dengan hati berbunga-bunga akupun akhirnya membeli sepatu berwarna hitam mengkilap itu. Beberapa saat kemudian rombongan pulang ke rumah dengan wajah mereka yang tampak begitu puas. Esok hari, Sabtu pagi, aku bersama rombongan dengan penuh percaya diri memakai sepatu yang tampak mahal dan sangat bergaya tersebut masuk mobil meluncur ke kawasan  wisuda di kampus jalan Dipati Ukur, Bandung. Di antara ribuan orang keluarga wisudawan yang sudah membludak memenuhi pintu gerbang kampus besar negeri itu, aku semakin merasa bangga dan percaya diri ketika merasakan, bagaimana orang-orang selalu melihat ke bawah kakiku tiap kali berpapasan. Aku berpikir, pasti mereka mencuri pandang karena melihat keindahadan sepatu Versace yang aku pakai ini.
Ahirnya, setelah satu persatu acara prosesi wisuda tersebut berjalan usai. Kami rombongan keluarga sang ponakan, pulang ke rumah dengan mampir terlebih dahulu ke berbagai tempat rekreasi di sekitar kota Bandung. Berjalan ke sana ke mari, terkadang menaiki tanah yang sedikit berbukit, taman, batu-batu dan rumah makan. Sampai di rumah menjelang malam. Isteriku berteriak kaget, “Itu tuh..sepatu. Kok jadi mengkerut begitu kulitnya, diapakan….?” katanya heran. “Emang kenapa?” tanyaku balik. “Sepatunya robek di pinggir..…”
Ah..?”
Aku kaget! “Masak sih..?” Lalu dengan cepat melihat-lihat secara detail sepatu Versace kesayangan yang sudah dipakai sejak tadi pagi seharian itu. “Masya Allah..!” teriakku tak percaya. Jadi selama satu hari ini aku tidak pernah tersadar telah memakai sepatu sobek dalam acara yang sangat formal dan resmi wisuda sang ponkakan tadi? Tiba-tiba aku merasakan jantung berdebar semakin kencang, dan wajah perlahan-lahan merona memerah.
Benar kata banyak orang bahwa harga itu jarang berbohong. Betul juga. Mana ada sepatu asli merk Versace  lagi cuma berharga Rp 125.000. Ini ternyata barang palsu, bukan sisa ekspor sebagaimana rayuan si ajo penjual di toko Cibaduyut tersebut. Dan mana ada pula barang palsu yang dibuat dari bahan kulit asli sampai bisa tahan lekukan jika dipakai seharian, dan anti air hujan lagi .
Sampai di depan pintu rumah,  sepatu itu cepat–cepat saya buka dan saya lempar ke sudut rak  di dapur. “Sialan..!” umpat saya dalam hati… Inilah  akibatnya kalau suka membeli barang yang lebih ditujukan untuk bergaya dan pamer. Akhirnya begitu mudah terayu omongan manis dari penjual sepatu yang tidak jujur… Meski pun, tentu saja,  tidak semua penjual toko di kawasan Cibadayut seperti itu…
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/02/23/kisah-sepatu-versace-cibaduyut-di-acara-wisuda--634056.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com