Rabu, 26 Februari 2014

Jangan Anggap Enteng Menyapa Seseorang ( Orang bilang jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi saya percaya ada banyak yang jatuh cinta karena sapaan pertama )

1347024256823864939
Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Seberapa Penting Sapaan Menurut Anda?
Menyapa seseorang dengan ramah dan menyebut nama adalah hal biasa yang sesungguhnya luar biasa. Di Amerika saya pernah disapa dengan sebutan “hey yo”, atau “what’s up dog, how you doin’?” Tapi apapun itu saya akan lebih suka dan senang disapa dengan sapaan menyebut nama. “Hi Michael” akan lebih enak didengar daripada “Hey yo…” yang terkesan kasar dan asalan.
Sapaan terhadap seseorang jangan dianggap remeh dan biasa-biasa saja. Menyapa dengan ramah akan mengundang keramahan-keramahan lain berdatangan silih berganti. Hukum tabur tuai juga berlaku di sini. Kita menabur ketidakramahan, akan menuai ketidakramahan pula. Banyak memberi senyum, akan banyak menerima tawa. Banyak mengobral cemberut, akan banyak pula memanen kesinisan orang.
Saya teringat pengalaman di salah satu PNC bank yang berlokasi Route One New Jersey Amerika. Ceritanya begini, ketika hendak melakukan transaksi pengiriman uang ke Indonesia, seorang karyawan bank wanita setengah baya berkata “Selamat sore…Masih ada yang lain, sir?”. Tentu saja dengan aksen yang agak aneh kedengarannya. Tapi bagi saya, adalah sesuatu yang luar biasa ia berusaha menyapa dan atau berbicara dengan memakai bahasa saya. Karena memang banyak orang Indonesia yang sering mengirim uang lewat bank ini, maka sangat mungkin karyawan di situ berusaha belajar bahasa Indonesia.
Apa mungkin seorang Amerika melontarkan ungkapan dan sapaan bahasa Indonesia seperti itu? Kalau dipikir-pikir tidak masuk akal juga, terkecuali ada alasan tepat di balik itu. Lantas apa alasannya? Ya apalagi kalau bukan untuk membuat pelanggan atau customer/klien merasa nyaman, merasa seperti lagi berada di ‘kandang’ sendiri. Merasa lebih akrab dan hangat. Merasa lebih dekat dan lekat.
Apakah masuk akal bahwa sapaan memengaruhi perasaan dan kenyamanan seseorang?  Sangat pasti jawabannya ‘Ya’. Kenapa bisa? Karena kita akan lebih nyaman disapa dan bercakap dengan bahasa sendiri bukan? Diperlakukan tidak sebagai orang asing, tapi layaknya kawan lama dari kampung yang sama. Perhatikan juga pemilik toko, atau para penjual professional, mereka akan berusaha menyapa sebaik dan semanis mungkin supaya pelanggan merasa nyaman dan seperti berada di rumah sendiri. Bayangkan saja kalau ada pemilik toko yang tidak ramah dan selalu menyapa dengan kasarnya, bakalan menjadi sepi seperti kuburan tokonya lambat laun. That’s the art of greeting. You have to make them feel comfort, and happy.
Jangan heran juga misalnya kalau kita menemui sebuah call center di Bangalore India yang karyawannya juga adalah orang-orang India, tapi mereka mampu menyapa dan menjawab pertanyaan para pelanggan dari seluruh dunia dengan beragam aksen. Mereka mampu menjawab dengan aksen Amerika, Inggris, Australia, Eropa Utara, dan masih banyak lainnya. Mereka sungguh-sungguh dilatih untuk itu. Menyapa seseorang berdasarkan bahasa asal orang tersebut jelas akan memberi impact yang sangat dalam.
Ketika kita menyapa dengan memakai bahasa lokal orang yang kita temui, bukan hanya akan membuat ia terkesima, tapi dapat membuat ia ‘jatuh hati’ untuk dapat berbicara dengan kita lebih lama lagi. Sapaan dapat memesona begitu banyak pria dan wanita di muka bumi ini. Sapaan yang manis telah pula menumbuhkan cinta diantara banyak orang.
Orang bilang jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi saya percaya ada banyak yang jatuh cinta karena sapaan pertama.
Begitu pula dalam menyapa nama, baik itu lisan dan tulisan usahakan untuk mengeja nama orang secara tepat dan benar. Bertahun-tahun saya tinggal di Amerika, rasa-rasanya belum sekalipun saya pernah menerima undangan, kartu ucapan, pemberitahuan, atau apapun juga yang menyangkut nama saya dan di situ tertera salah eja nama. Kalau di Indonesia mungkin kita masih belum terlalu mementingkan betapa pentingnya untuk tidak salah eja dalam menyebut atau menulis nama orang.
Saya beri contoh nama-nama marga/ fam (last name) orang Manado yang akan berabe bila salah sapa atau salah eja. Harusnya marganya Rotty ditulis Roti. Mestinya Sepang jadi Kepang. Lepar tiba-tiba menjadi lepra. Atau misalnya Lumentut menjadi lukentut, kalau sampai salah eja seperti ini sih benar-benar kebangetan. Saya juga pasti tidak akan senang umpamanya menerima undangan dan membaca marga saya yang Sendow tiba-tiba menjadi sendok. Jadi menyapa nama dengan ejaan yang benar itu sangat penting. Sapaan itu memang teramat penting, selain penuh hospitality juga harus mematuhi ketepatan nama.
Saya membaca kesaksiannya Ippho dalam bukunya. Ia mengatakan bahwa ia telah menyaksikan penampilan beberapa grup musik seperti No Doubt, Muse, The Corrs, dan Good Charlotte. Yang menarik adalah bahwa ia “merasakan” sejak menit pertama penampilan No Doubt, Muse, dan The Corrs sangat berhasil menyita perhatian dan meluluhkan hatinya. Tapi tidak dengan Good Charlote. Mau tau alasannya kenapa? Karena menurutnya Good Charlote itu datar-datar saja. Perbedaan utamanya adalah terletak pada sapaan. Cara  berbagai grup musik itu menyapa. No Doubt, Muse, dan The Corrs berulang kali menyapa dengan bahasa kaumnya (bahasa setempat) bukan dengan mother language mereka. Sementera Good Charlote lupa dan alpa dalam hal itu.
Jadi, betapa pentingnya cara, isi, dan ketepatan kita menyapa seseorang. Sapaan itu kelihatan hal kecil. Tapi yang kelihatan kecil ini akan sangat bisa memengaruhi hal-hal besar. Masih ada satu contoh lagi yang ingin saya bagikan. Ada seorang kawan lama saya, ia sudah hidup puluhan tahun di Amerika, sekitar 20 tahunan, waktu pulang kampung ke Manado ia berbicara dan menyapa sebagaimana pergaulannya di Amerika. Nah, di Amerika sapaan untuk menyebut orang kedua selalu hanya cukup dengan menyebut satu kata, “you”. Siapa pun dan usia berapa pun orang yang hendak disapa tersebut. Hal itu secara salah kaprah diberlakukan di kampungnya, ia menyapa seorang adik dari kakeknya yang mungkin sudah berusia 60-an tahun dengan sebutan ‘ngana’ (bahasa Manado-nya untuk menyebut you). Ia langsung saja dikatakan anak tidak tahu sopan. Karena sapaan ngana sangat kasar jika dipakai menyapa orang yang lebih tua jauh umurnya di atas kita.
Bahasa Indonesia menyediakan begitu banyak  kata-kata manis dan baik untuk menyapa seseorang. Bila kita mau menggunakannya, niscaya akan berdampak terhadap keharmonisan hubungan dalam sebuah komunitas, masyarakat, bahkan negara. Karena kata-kata sapaan tersebut tersedia secara gratis, kenapa kita masih segan dan ragu menggunakannya? Ayolah…
“Sapalah dengan penuh cinta, bermurah hatilah untuk tersenyum, dan balaslah sapaan orang yang menyapa kita…”—Michael sendow.

http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/07/jangan-anggap-enteng-menyapa-seseorang-491086.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com