Rasulullah saw. bercerita bahwa di zaman Nabi Ibrahim as.
ada seorang pendosa yang enggan bertaubat. Ia beranggapan taubat tidak
diperlukan karena dosa-dosanya sudah begitu besar sehingga mustahil
diampuni oleh Allah.
Suatu hari, sebuah bencana gempa menyerang tempat tinggalnya. Semua barangnya ludes. Hati kecil pendosa ini bertanya-tanya, mungkinkah ini peringatan dari Tuhan agar ia segera bertaubat? Lama ia merenung. Namun ia bunuh sendiri teguran hati kecilnya itu.
Lalu ia bawa anak istrinya mengungsi, tetapi bencana kembali menimpanya. Perahunya tenggelam bersama seluruh isinya. Tak ada yang bersisa kecuali sebuah panah, dirinya dan seorang anak lelakinya yang masih kecil. “Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat” pikirnya.
Tetapi ia bunuh lagi pikiran itu. Ia pamit pada anaknya untuk mencari binatang buruannya. Seharian ia gagal mencari buruan. Petang hari, ketika kembali, ia melihat sesuatu yang bergerak-gerak di semak belukar. Segera ia melepaskan satu-satunya anak panahnya itu.
Namun, alangkah terkejutnya ia, mengetahui bahwa sasarannya adalah anaknya sendiri. Anak itu tewas bersimbah darah. “Ah, inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat” pikir dia lagi. Setelah tak menggubris isi hatinya sendiri, ia meninggalkan mayat anaknya.
Ketika ia sedang beristirahat, tiba-tiba serombongan pasukan kerajaan melintas. Mereka mencari seorang pembunuh. Begitu melihat dia memegang busur berlumuran darah, mereka menangkapnya karena mengira dialah yang mereka cari. Dipotonglah kedua tangan dan kakinya.
Tragedi terakhir ini membuat ia yakin harus bertaubat. Dengan kedua kaki dan tangan yang buntung, ia menghadap Ibrahim. “Wahai Nabi Ibrahim, jika sekarang saya bertaubat, masihkah Allah menerima pertaubatan saya?” Ibrahim bingung, sampai Allah memberi wahyu bahwa sepanjang hidupnya, Allah selalu menyayanginya.
Berbagai tragedi yang menimpa dirinya adalah wujud kasihnya sayangNya. Harta bendanya diambil karena ia tidak pernah bersedekah. Anak dan istrinya diambil karena mereka tak pernah dididik agama. Tangan dan kakinya diambil karena selalu digunakan untuk maksiat. Semua diambil Allah itu kini, tengah menunggu asalkan dia tak terlambat bertaubat. “Katakan pada dia Ibrahim, pintu taubat-Ku selalu terbuka untuknya asalkan dia tidak terlambat,” kata Allah.
Ibrahim menceritakan wahyu tersebut dan sang pendosa pun menangis mendengarnya. Ia beristighfar, dan sejenak kemudian, ia mati dipangkuan Nabi Ibrahim.
Cerpen Karangan: Aldi Rahman Untoro
Facebook: Aldi Rahman Untoro
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/pertaubatan-sang-pendosa.html
Suatu hari, sebuah bencana gempa menyerang tempat tinggalnya. Semua barangnya ludes. Hati kecil pendosa ini bertanya-tanya, mungkinkah ini peringatan dari Tuhan agar ia segera bertaubat? Lama ia merenung. Namun ia bunuh sendiri teguran hati kecilnya itu.
Lalu ia bawa anak istrinya mengungsi, tetapi bencana kembali menimpanya. Perahunya tenggelam bersama seluruh isinya. Tak ada yang bersisa kecuali sebuah panah, dirinya dan seorang anak lelakinya yang masih kecil. “Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat” pikirnya.
Tetapi ia bunuh lagi pikiran itu. Ia pamit pada anaknya untuk mencari binatang buruannya. Seharian ia gagal mencari buruan. Petang hari, ketika kembali, ia melihat sesuatu yang bergerak-gerak di semak belukar. Segera ia melepaskan satu-satunya anak panahnya itu.
Namun, alangkah terkejutnya ia, mengetahui bahwa sasarannya adalah anaknya sendiri. Anak itu tewas bersimbah darah. “Ah, inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertaubat” pikir dia lagi. Setelah tak menggubris isi hatinya sendiri, ia meninggalkan mayat anaknya.
Ketika ia sedang beristirahat, tiba-tiba serombongan pasukan kerajaan melintas. Mereka mencari seorang pembunuh. Begitu melihat dia memegang busur berlumuran darah, mereka menangkapnya karena mengira dialah yang mereka cari. Dipotonglah kedua tangan dan kakinya.
Tragedi terakhir ini membuat ia yakin harus bertaubat. Dengan kedua kaki dan tangan yang buntung, ia menghadap Ibrahim. “Wahai Nabi Ibrahim, jika sekarang saya bertaubat, masihkah Allah menerima pertaubatan saya?” Ibrahim bingung, sampai Allah memberi wahyu bahwa sepanjang hidupnya, Allah selalu menyayanginya.
Berbagai tragedi yang menimpa dirinya adalah wujud kasihnya sayangNya. Harta bendanya diambil karena ia tidak pernah bersedekah. Anak dan istrinya diambil karena mereka tak pernah dididik agama. Tangan dan kakinya diambil karena selalu digunakan untuk maksiat. Semua diambil Allah itu kini, tengah menunggu asalkan dia tak terlambat bertaubat. “Katakan pada dia Ibrahim, pintu taubat-Ku selalu terbuka untuknya asalkan dia tidak terlambat,” kata Allah.
Ibrahim menceritakan wahyu tersebut dan sang pendosa pun menangis mendengarnya. Ia beristighfar, dan sejenak kemudian, ia mati dipangkuan Nabi Ibrahim.
Cerpen Karangan: Aldi Rahman Untoro
Facebook: Aldi Rahman Untoro
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/pertaubatan-sang-pendosa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com