Dalam
hitungan menit langkah kita akan menuju tahun 2014. Siapkah kita
menyongsong tahun 2014 tahun penentuan arah perubahan bangsa ini dengan
pemilihan legislatif dan pemilihan presiden ? Sejarah telah mencatat
tahun 2013 sebagai tahun politik dan menyisakan catatan tentang sosok
yang menorehkan gaya kepemimpinan pro rakyat. Sosok yang muncul secara
tak terduga sebagai kuda hitam saat Pemilhan Gubernur DKI Jakarta tahun
2012 lalu. Kemunculannya di DKI Jakarta mendadak menjadi fenomenal
dengan mengalahkan gubernur incumbent Fauzi Bowo.
Masyarakat
pun bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok ini yang berpenampilan
sederhana, kurus ceking, berwajah ndeso, bicara hanya seperlunya saja.
Media dibuat penasaran dengan hadirnya sosok ini. Dan mau tidak mau
untuk mengobati rasa penasarannya mereka tidak segan-segan untuk
menyanggongi semua kegiatannya. Tak luput juga kegiatan pribadinya
“dioprak-oprak” hingga akhirnya sosok ini menjadi media darling. Dari
media darling kepopulerannya makin meluas hingga menjadi public darling.
Figurnya menyeruak menenggelamkan tokoh-tokoh lainnya yang lebih dulu
melenggang di panggung nasional.
Itulah
fenomena Jokowi. Kehadirannya mengacaukan blantika perpolitikan
nasional dengan gaya kepemimpinannya yang tidak populis, banyak membuat
gerah kaum politisi. Kemunculan Jokowi sungguh suatu malapetaka.
Meskipun kehadirannya di jagad politik nasional ini bagi sebagian besar
rakyat bagai “oase” di padang gersang. Baru beberapa bulan menginjakkan
kaki di Ibukota Negara ini, Jokowi sudah digadang-gadang menjadi capres
selanjutnya. Suatu fenomena yang tidak masuk akal dan tidak pernah
terjadi sebelumnya.
Elektabilitasnya
sebagai capres langsung menyodok ke posisi puncak menggeser tokoh-tokoh
yang lebih dulu muncul sebagai capres dan memiliki modal serta pengaruh
kuat, seperti Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Megawati, Aburizal Bakri,
Dahlan Iskan dan tokoh-tokoh politisi lainnya. Hingga muncul pemeo jika
Pilpres dilaksanakan saat ini juga bisa dipastikan Jokowilah pemenangnya
meskipun dipasangkan dengan cawapres siapa saja.
Jokowi
tidak hanya mengantongi elektabilitas yang terus meroket tetapi juga
popularitas yang mencapai 90 persen dan akseptabilitas atau penerimaan
masyarakat yang tingi pula. Meskipun tak pernah terucap sedikitpun bahwa
dirinya akan nyapres dengan mengatakan, “nggak mikir” tetapi justru
kata-kata ini ibarat senjata makan tuan. Media dan masyarakat tidak
percaya dengan kata-kata “nggak mikir” ini. Dan bagai detektif akan
selalu mencari makna dibalik kata-kata itu. Pada kenyataannya Jokowi
selalu hadir di setiap kampanye Pemilihan Kepala Daerah untuk membantu
perolehan suara calon kepala daerah dari PDIP, meskipun kehadirannya
tidak selalu menjanjikan kemenangan. Tetapi strategi “Jokowi Effect” ini
sungguh menuai hasil yang signifikan. Nama dan sosok Jokowi bagai
sebuah magnet yang semakin dikenal di jagad raya ini. Tidak hanya di
perkotaan tapi juga di pelosok pedesaan. Dari petinggi pemerintahan
hingga masyarakat kecil tahu siapa Jokowi.
Rakyat
sudah berani berterus terang kepada Jokowi, jangan paksa mereka memilih
kepala daerah dari PDIP jika memang tidak prospek. Tetapi jika Jokowi
nyapres mereka akan mencoblosnya. Suatu kejujuran yang indah dan langka
terjadi.
Bukan
hanya saat Pemilukada saja Jokowi hadir, perguruan tinggipun mulai
gencar mengundang Jokowi sebagai pembicara di seminar-seminar yang
diadakan di kampusnya. Dan bisa ditebak kedatangan Jokowi di manapun itu
seakan menjadi ajang “meet and greet” layaknya seorang selebriti.
Jepret sana jepret sini, foto bersama, berjabat tangan merupakan
pemandangan yang tidak akan terlewatkan begitu saja bila bertemu dengan
Jokowi.
Gubernur
yang merakyat dengan gaya blusukannya ini, yang sejatinya bisa
mengalahkan popularitas presidennya sendiri tidak hanya terkenal di
Indonesia. Buktinya, sejumlah media internasional seperti Time, New York
Time, The Economist telah menulis sosok Jokowi sebagai sosok pemimpin
yang diharapkan. Sepak terjangnya dalam memimpin DKI Jakarta sangat
disukai sehingga 85 persen rakyat Jakarta menyatakan kepuasannya.
Jokowi
yang inspiratif banyak menginspirasi jutaan warga bukan hanya di
Jakarta saja tapi juga seluruh rakyat Indonesia untuk membuka mata bahwa
ternyata (masih) ada atau mungkin banyak pemimpin yang belum terekspose
layak dijadikan panutan. Kepala daerahpun rame-rame menduplikasi gaya
kepemimpinannya disesuaikan dengan kondisi dan situasi daerah serta
masyarakat setempat.
Fenomena
Jokowi ini memang tidak terlepas dari pro dan kontra kaum politisi dan
masyarakat itu sendiri. Rasa sakit hati terkalahkan dalam Pemilukada
bila tidak disikapi dengan ikhlas menerima kekalahannya akan
menggerogoti demokrasi itu sendiri. Pemerintahan akan menjadi ajang
saling menjegal dan saling serang dengan tujuan “balas dendam”. Jika
sudah begini rakyatlah yang menjadi korban sehingga berakibat lunturnya
kepercayaan kepada para pemimpin, politisi atau partai.
Makanya
jangan salahkan Jokowi jika kehadirannya bisa mewakili keterpurukan
rakyat atas ketidakpercayaan pada pemimpinnya. Pun jangan salahkan
rakyat jika menganggap Jokowi adalah “problem solver”. Secara tidak
sengaja antara Jokowi dan rakyat telah terjadi koalisi sehingga
memungkinkan Jokowi bekerja sesuai visi dan misinya yang pro rakyat.
Tidak
salah jika tahun 2013 ini adalah tahunnya Jokowi. “Man of The Year
2013” Jokowi sang pembuat berita, Jokowi sang ‘selebriti’, Jokowi sang
pembawa petaka, Jokowi sang pemimpin rakyat dan Jokowi……… Lalu siapa
yang akan menjadi “Man of The Year 2014” yang merupakan tahun pesta
demokrasi ? Apakah pamor Jokowi masih layak untuk dijual atau justru
tenggelam oleh munculnya tokoh yang tidak diperhitungkan ?
Salam Sukses
Foto : merdeka.comhttp://sosok.kompasiana.com/2014/01/01/jokowi-man-of-the-year-2013--624394.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com