Minggu, 12 Januari 2014

Islam Berlapis


kaligrafi-allah-3Sudah menjadi hukum pasti yang berlaku di alam bahwa di dunia ini segala sesuatu diciptakan Allah dengan berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat yang kesemuanya itu mempunyai tujuan tersendiri. Allah menciptakan bumi berlapis, mulai dari lapisan paling atas berupa tanah yang subur, kemudian dibawahnya ada batuan yang keras sampai kemudian kepada kerak bumi yang terdiri dari batuan cair yang sangat panas dan kesemua susunan yang begitu teratur itu mempunyai tujuan dan tunduk kepada hukum Alam (Sunatullah) yang diciptakan oleh Allah saat dunia ini diciptakan. Buah-buahan ciptakan dengan berlapis, tanaman pun demikian bahkan atom sebagai bagian benda terkecil yang diketahui manusia saat ini juga mempunyai lapisan.
Begitu juga Agama Islam yang kita kenal, mempunyai tingkatan atau lapisan yang dengan tingkatan tersebut memudahkan manusia untuk mempelajari agama. Syariat merupakan kumpulan hukum-hukum atau aturan yang harus dijalankan oleh ummat Islam adalah pintu terdepan, etalase yang mewakili Islam itu sendiri. Orang yang belum mengenal Islam ketika ditanya apa itu Islam, kita bisa menjelaskan dengan sederhana lewat Rukun Islam yang dikerjakan oleh ummat Islam seluruh dunia. Lewat ucapan syahadat, pelaksanaan shalat 5 waktu dan shalat sunnat di mesjid atau di rumah masing-masing, membayar zakat, melaksanakan puasa ketika bulan Ramadhan dan puasa sunnat serta menunaikan ibadah haji akan bisa mewakili atau menjelaskan apa itu Islam.
Apa yang nampak terlihat sebagai rukun Islam yang 5 perkara itu tentu saja mempunyai asfek rohaniahnya, asfek esoteris yang mendukung gerak zahir dari pelaksaaan rukun Islam yang 5 perkara. Gerakan-gerakan zahir, ucapan yang keluar dari mulut akan bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan orang yang baru mengenal Islam sekalipun atau sangat awam akan bagitu mudah memahami dan melaksanakan ibadah yang diwajibkan dalam Islam.
Satu hal yang harus kita pahami bersama bahwa Islam yang kita kenal sekarang bukan turun dalam semalam, bukan paket yang diantar oleh malaikat kemudian dilaksanakan oleh ummat atau dalam bahasa mudahnya, Islam bukan agama instan. Shalat sebagai ibadah wajib baru dilaksanakan ummat setelah 13 tahun Nabi dakwah, lalu ibadah apa yang dilaksanakan oleh ummat sebelum adanya kewajiban shalat? Apakah mereka tidak beribadah sama sekali?
Selama 13 tahun Nabi menanamkan Tauhid, Kalimah Allah Yang Maha Tinggi yaitu La Ilaha Ilallah yang merupakan pondasi dari agama. Kenapa harus memerlukan waktu 13 tahun untuk mengajarkan ucapan pendek tersebut? Ini menjadi bahan renungan dan kajian kita bersama. Nabi menjelaskan bahwa perkerjaan paling mudah adalah menyebut nama Allah dan pekerjaan paling sulit juga menyebut nama Allah. Kalau hanya sekedar menyebut nama Allah atau mengucapkan syahadat, maka seluruh manusia yang berakal dan bisa berbicara akan mampu mengucapkannya akan tetapi mengucapkan kalimah Allah disertai oleh Allah itu pekerjaan yang sangat sulit seperti yang dijelaskan oleh Nabi.
Karena agama mempunyai asfek zahir dan bathin, tidak terkecuali juga Kalimah Syahadat, mempunyai asfek zahir dan bathin pula. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah Berfirman, “La Ilaha Ilallah adalah kalimah KU dan dia adalah AKU, barangsiapa yang menyebut La Ilaha Ilallah akan masuk dalam benteng-KU dan barangsiapa yang masuk dalam benteng-KU maka dia terbebas dari azab-KU”. Pernahkah kita kemudian meriset, membuktikan akan kehebatan Kalimah Allah, membuktikan bahwa diri kita masuk dalam kapsul Maha Menang sehingga Iblis beserta bala tentaranya tidak akan bisa menembus hati sanubari kita. Pernahkah kita membuktikan akan kehebatan Kalimah Allah seperti yang tercantum dalam al-Qur’an AR-RA’AD ayat 31 berikut :
“Dan sesungguhnya andaikata ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dapat membuat gunung-gunung berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong-potong/ dibelah-belah atau orang-orang mati diajak bicara / dapat bicara (hidup kembali) niscaya Kitab Suci itu ialah Al-Qur’an. Dan merekapun tidak juga beriman (dan juga masih tidak terpikir juga untuk merisetnya, walaupun Tuhan mengatakan KEDAHSYATAN AL-QUR’AN itu bertubi-tubi)”
Para Auliya Allah termasuk Guru saya sendiri telah meriset dan membuktikan secara nyata dan fakta dan apa yang dilakukan Beliau bisa dilakukan pula oleh para murid karena memang memakai rumus yang sama sehingga hasilnya sama. Al-Qur’an yang kita kenal bukan hanya untuk dibaca, di alun-alunkan dengan nada indah atau diperlombakan dalam MTQ, lebih jauh Al-Qur’an apabila diketahui teknologinya bisa menghasilkan energy Maha Dahsyat yang bisa menghidupkan orang mati dan bahkan menunda kiamat datang.




Kalau hanya mengandalkan asfek zahir Agama, maka kita hanya bisa mengajarkan agama kepada akal fikiran manusia dan manusia yang melaksanakan asfek zahir (syariat) agama maka manusia tersebut menjadi Islam secara zahir, baik akhlaknya dan sesuai perbuatannya dengan perbuatan Nabi. Namun untuk meng-Islam-kan rohani manusia, tentu tidak cukup dengan pengajaran zahir, diperlukan metode yang berbeda, zahir mengajarkan zahir sedangkan rohani harus diajarkan oleh rohani pula.

Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi secara zahir mengajarkan agama lewat lisan beliau, sedangkan rohani ummat Zaman itu diajarkan oleh rohani Rasulullah atau dikenal dengan Arwahul Muqadasah Rasulullah atau dikenal dengan Nur Muhammad yang terbit dari Nur Allah Para Ta’ala. Maka seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nur, cahaya di atas cahaya  diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Para Nabi dan Wali berada dalam cahaya-Nya dan mereka yang mulia rohaninya tidak lain adalah cahaya di atas cahaya yang bisa menerangi hati segenap manusia.
Matahari tidak akan mampu kita lihat tanpa cahaya matahari dan sudah pasti cahaya matahari itu terbit dari mata hari itu sendiri. Dengan cahaya matahari yang sudah ada jutaan tahun, merambat dalam jarak yang jauh kemudian bisa dilihat dengan mata manusia yang berada dibumi. Maka Allah Ta’ala tidak akan bisa dilihat oleh siapapun, tidak bisa dipandang oleh siapapun di muka bumi ini bahkan di akhirat kelak tanpa ada cahaya-Nya. Dengan tujuan itu Allah menurunkan cahaya-Nya, para Nabi dan Rasul, Para Auliya-Nya, agar manusia bisa terbimbing menyaksikan keagungan wajah-Nya.
Untuk melihat matahari yang zahir saja harus memenuhi syarat yang diperlukan, salah satu syarat utama disamping cahaya adalah ada indera penglihatan sehingga dengan indera penglihatan yaitu mata, manusia bisa memandang matahari. Apa yang terjadi bagi orang buta, sejak lahir tidak diberi karunia penglihatan oleh Allah? Maka dia cukup meyakini bahwa matahari memang ada lewat cerita dan lewat rasa, hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulitnya. Orang buta menyakini bahwa matahari tidak bisa terlihat. Andai sebuah bangsa seluruhnya terlahir buta, maka seluruh bangsa itu mempunyai keyakinan bahwa matahari itu ada tapi tidak bisa dilihat dan ketika ada orang normal matanya, bisa melihat matahari menceritakan kepada mereka tentang matahari bisa dilihat, sudah pasti orang normal tadi tuduh sesat menyesatkan dan mengada-ada. Mereka menuduh orang normal tadi sudah menyimpang dari ajaran suci mereka tentang matahari yang tidak bisa terlihat.
Begitu juga dengan manusia, belajar agama dari orang yang masih buta mata hatinya sehinga belum tersikap hijab yang membatasi dan menghalangi antara dia dengan Allah maka pelajaran yang diterima adalah pelajaran tentang buta pula. Pelajaran itu diajarkan kembali kepada orang lain dan semakin banyak pula orang buta di dunia ini dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala tidak bisa dilihat. Dalil apapun akan ditolak karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan pemahaman dari orang-orang buta.
Maka benar seperti yang disebutkan oleh Nabi bahwa semakin banyak ilmu yang dipelajari manusia tanpa makrifat kepada Allah maka tidak ada yang bertambah dari ilmunya terebut kecuali bertambah jauh dari Allah. Kenap bertambah jauh, karena dia lalai dan sibuk dengan dalil sehingga lupa mencari hakikat Allah, lupa akan tujuan sejati agama yaitu beserta dengan Allah dari dunia sampai akhirat kelak.
Tidak perlu harus menghapal seluruh isi al-Qur’an, tidak perlua mengkoleksi ribuan hadist, cukup dengan satu ayat apabila disertai oleh Allah maka itu akan menyelamatkan diri kita jasmani dan rohani dari dunia sampai ke akhirat. Perkerjaan yang paling sulit adalah menyebut nama Allah disertai oleh Allah. Karena perkerjaan yang paling sulit, maka ilmu menyebut nama Allah ini bukan pekerjaan semalam, bukan hapalan dalam semenit, tapi memerlukan waktu bertahun-tahun, Nabi mengajarkan ini kepada ummat zaman itu memerlukan waktu 13 tahun sampai para sahabat Beliau menjadi matang, tertanam dalam Qalbu mereka cahaya Allah yang dengan cahaya Allah itu pula mereka bisa menerangi dirinya, keluarga, lingkungan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kita pun sebagai ummat Beliau, harus mengikuti apa yang Beliau ajarkan, secara zahir dan bathin sehingga hasil yang diperoleh akan sama dengan apa yang diperoleh oleh ummat zaman itu. Kenapa asfek bathin atau rohaniah dari agama ini jarang di kupas? Karena memang Guru nya langka, tidak semua Ulama mempunyai kepasitas bisa mengajarkan manusia sampai kepada rohaninya kecuali ulama tersebut mempunyai kedudukan sebagai Wali Allah atau mendapat ijazah langsung dari Rasulullah lewat Guru-guru sebelumnya sambung menyambung sebagai ulama pewaris Nabi yang mewariskan ajaran Nabi secara zahir dan bathin.
Karena langka maka kita harus bersungguh-sungguh mencari seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Maidah-35 dan surat An-Nur 35. Imam al-Ghazali sang Hujjatul Islam dengan kerendahan hati mengakui akan sulitnya mencari Pembimbing Sejati, seperti dalam ungkapan Beliau, “Mencari Guru Mursyid itu akan lebih mudah mencari sebatang jarum yang disembunyikan dalam pandang pasir yang gelap gulita.
Bersyukur kehadirat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim bagi orang yang telah menemukan pembimbing zahir dan bathin, sebagai rasa syukur maka kita harus mengamalkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Orang yang telah menemukan Guru Sejati hendaknya bersungguh-sungguh dalam mujahadah sehingga akan memperoleh hasil yang amat langkah yaitu disertai Allah dari dunia sampai akhirat.
Tulisan Islam berlapis ini mudah-mudahan menyadarkan kita semua, bahwa merupakan kewajiban bagi seluruh manusia untuk mempelajari agama secara zahir dan bathin sehingga kita tidak seperti bangkai yang berjalan, hidup tapi mati. Begitulah Rasulullah SAW bersabda, bahwa orang yang mengingat Allah (dengan metode) dengan orang yang tidak mengingat Allah ibarat orang hidup dengan orang mati. Jasad kita hidup dan bergerak seperti layaknya makhluk hidup, sedangkan mata hati kita mati sehingga tidak bisa menyaksikan kebesaran-Nya dan kita dimasukkan oleh Allah kedalam orang-orang yang mati. Na’uzubillah!
Semoga Tulisan ini bermanfaat hendaknya, Amin ya Rabbal ‘Alamin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com