Julianto Simanjuntak
“Sesungguhnya saling mengenal itu awal saling mengasihi. Dengan kenal kita lebih sayang. Dengan demikian kita bisa lebih saling peduli dan memberdayakan” ~ Julianto Simanjuntak
Suatu hari saya konflik dengan anak bungsu kami. Tanpa sadar saya menuntut dia agar lebih baik dalam subjek tertentu di sekolah. Saya berkata, “bapak tahu kamu bisa lebih baik. Kan kamu pintar…!”
Karena kesal anak kami menjawab, “Apa yang bapak tahu tentang saya? Bapak kenal teman-temanku. Coba sebut nama mereka…? Apakah bapak tahu apa yang saya alami di sekolah dengan teman-temanku? Apakah bpk tahu aku pernah di bully di sekolah?”
Saya tersentak kaget mendengar ucapan anak kami. Menyadarkan saya bahwa saya sesungguhnya belum kenal kedua putra kami dengan baik, termasuk pengalaman hidup mereka sesehari. Saya berterima kasih dengan teguran tersebut, dan mengubah pandangan tentang mereka.
Saya berusaha memberi lebih banyak waktu buat mengenal mereka.
Pepatah terkenal berkata: “Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak rindu”
Dengan mengenal anak-anak kita akan lebih berempati; dengan masuk ke dalam dunia mereka kita akan lebih cakap membesarkan mereka di dalam jalan Tuhan.
Apakah kita mengenal anak-anak dengan baik? Sebagian orangtua dengan percaya diri akan berkata, “Oo…Tentu saya mengenal anak-anak dengan baik. Dari kecil saya membesarkan mereka…saya tahu mereka!”
Tapi sesungguhnya kita tidak sadar bahwa ada bagian-bagian hidup dari anak-anak yang belum kita kenali dengan baik.
Pengenalan yang minim biasanya membuat Orang tua lebih banyak menuntut anak. Lebih banyak mengkritik dari memuji. Sementara kita kurang mau memahami dan mendalami pergumulan hidup mereka. Kendala-kendala yang mereka hadapi sesehari.
Misal, apa saja hambatan-hambatan secara emosi (terutama remaja), apa saja tantangan yang mereka jumpai dalam pergaulan di sekolah. Apakah mereka pernah di bully di sekolah atau lewat jaringan sosial media (FB/Twitter)?
Memahami sejauh mana relasi mereka dengan guru. Mengenali lingkungan belajar di sekolah apakah cukup nyaman atau tidak.
Apakah ada Impian atau pikiran mereka yang diam-diam mengganggu. Apakah ada masalah mereka dengan kakak atau adik. Mungkin dia punya kekesalan yang tak tersalurkan dengan ayah, dan dia diamkan berhari-hari karena takut. Atau bisa saja anak kita lagi mempertanyakan Tuhan, iman atau lembaga agama yang kelihatan membosankan baginya.
Ada segudang pertanyaan yang bisa kita ajukan untuk memahami kondisi riil dan utuh dari anak-anak.
Namun karena kesibukan bekerja, nyaris kita tak cukup memberi waktu dan emosi berbicara dengan mereka dari hati ke hati.
Jika kita tidak puas, orangtua tergoda menghitung jasanya bagi anak-anak. Para ibu mulai menceritakan betapa lelahnya dia mengurus rumah. Para ayah tak mau kalah. Pamer bahwa dia bekerja begitu keras mencari uang untuk anak-anak. Kadang orangtua tidak malu, marah pada anak sambil memamerkan jumlah uang sekolah dan kursus yang mereka bayarkan di depan anak: “Kamu tahu nggak berapa yang bapak bayar tiap bulan untuk sekolahmu?”
Ucapan demikian sesungguhnya membuat anak sedih. Karena semua diukur orangtua dengan uang. Anak merasa kurang dihargai. Sebalikya orangtua lupa memuji anak di saat mereka baik-baik dan berprestasi. Tapi kalau berbuat salah sedikit saja atau nilai pelajaran turun sedikit saja, Ayah/Ibu mereka sudah ngomel-ngomel.
Salah satu kendala adalah konsep atau nilai anak bagi orangtua. Ada ortu yang melihat anak hanya sebagai sumber investasi dan kebanggaan. Jadi anak dituntut berprestasi, tidak boleh bikin malu orangtua. Tapi sementara itu mereka tidak mau tahu pergumulan anak-anak.
Penyebab lain adalah kesibukan dan kelelahan orangtua. Ini menjadi kendala kedua bagi orangtua mengenal anak. Waktu berkomunikasi minim. Bicara dari hati ke hati sangat jarang. Akibatnya, pengenalan akan pergumulan anak menjadi kurang.
Hal yang sama bila kita terapkan dalam hubungan kita dengan pasangan. Bisa saja kita tinggal bersama bertahun-tahun tapi sesungguhnya kita tidak saling mengenal. Sebaliknya merasa asing satu sama lain.
Terkadang LUKA hati atau kemarahan yang disimpan terlalu lama, membuat anda enggan berkomunikasi dengan pasangan. Lebih memilih menghindar. Lari dengan kesibukan lain. Tapi akhirnya membuat kalian makin “jauh” dan tidak saling mengenal. Tidak mampu memahami pergumulan-pergumulan terkini dari pasangan anda.
Hal yang sama, bisa terjadi dalam relasi kita dengan teman sekerja, terhadap bawahan di kantor. Tanpa mengenal mereka dengan baik kita sulit berelasi dengan harmonis. Jadi kita perlu mengenali masalah pribadi mereka, pohon keluarga, dan pergumulan kehidupan sesehari (sosial-ekonomi). Kita perlu memahami masalah keluarga atau kesehatan mereka, dsb. Jika kita kurang kenal dan minim berkomunikasi hanya membuka pintu konflik yang melelahkan. Buang emosi secara percuma
Sesungguhnya saling mengenal itu sangat perlu. Seperti pepatah di atas, dengan saling kenal kita saling sayang. Dengan saling sayang kita saling peduli dan memberdayakan. Dengan saling peduli kita bertumbuh. Hubungan satu dengan yang lain menjadi harmonis. Dengan hidup rukun berkat Tuhan pun turun.
Semoga mencerahkan
Julianto Simanjuntak
Salatiga, 2 Jan 2014
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/02/kenal-baru-bisa-sayang-623438.html
“Sesungguhnya saling mengenal itu awal saling mengasihi. Dengan kenal kita lebih sayang. Dengan demikian kita bisa lebih saling peduli dan memberdayakan” ~ Julianto Simanjuntak
Suatu hari saya konflik dengan anak bungsu kami. Tanpa sadar saya menuntut dia agar lebih baik dalam subjek tertentu di sekolah. Saya berkata, “bapak tahu kamu bisa lebih baik. Kan kamu pintar…!”
Karena kesal anak kami menjawab, “Apa yang bapak tahu tentang saya? Bapak kenal teman-temanku. Coba sebut nama mereka…? Apakah bapak tahu apa yang saya alami di sekolah dengan teman-temanku? Apakah bpk tahu aku pernah di bully di sekolah?”
Saya tersentak kaget mendengar ucapan anak kami. Menyadarkan saya bahwa saya sesungguhnya belum kenal kedua putra kami dengan baik, termasuk pengalaman hidup mereka sesehari. Saya berterima kasih dengan teguran tersebut, dan mengubah pandangan tentang mereka.
Saya berusaha memberi lebih banyak waktu buat mengenal mereka.
Pepatah terkenal berkata: “Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak rindu”
Dengan mengenal anak-anak kita akan lebih berempati; dengan masuk ke dalam dunia mereka kita akan lebih cakap membesarkan mereka di dalam jalan Tuhan.
Apakah kita mengenal anak-anak dengan baik? Sebagian orangtua dengan percaya diri akan berkata, “Oo…Tentu saya mengenal anak-anak dengan baik. Dari kecil saya membesarkan mereka…saya tahu mereka!”
Tapi sesungguhnya kita tidak sadar bahwa ada bagian-bagian hidup dari anak-anak yang belum kita kenali dengan baik.
Pengenalan yang minim biasanya membuat Orang tua lebih banyak menuntut anak. Lebih banyak mengkritik dari memuji. Sementara kita kurang mau memahami dan mendalami pergumulan hidup mereka. Kendala-kendala yang mereka hadapi sesehari.
Misal, apa saja hambatan-hambatan secara emosi (terutama remaja), apa saja tantangan yang mereka jumpai dalam pergaulan di sekolah. Apakah mereka pernah di bully di sekolah atau lewat jaringan sosial media (FB/Twitter)?
Memahami sejauh mana relasi mereka dengan guru. Mengenali lingkungan belajar di sekolah apakah cukup nyaman atau tidak.
Apakah ada Impian atau pikiran mereka yang diam-diam mengganggu. Apakah ada masalah mereka dengan kakak atau adik. Mungkin dia punya kekesalan yang tak tersalurkan dengan ayah, dan dia diamkan berhari-hari karena takut. Atau bisa saja anak kita lagi mempertanyakan Tuhan, iman atau lembaga agama yang kelihatan membosankan baginya.
Ada segudang pertanyaan yang bisa kita ajukan untuk memahami kondisi riil dan utuh dari anak-anak.
Namun karena kesibukan bekerja, nyaris kita tak cukup memberi waktu dan emosi berbicara dengan mereka dari hati ke hati.
Jika kita tidak puas, orangtua tergoda menghitung jasanya bagi anak-anak. Para ibu mulai menceritakan betapa lelahnya dia mengurus rumah. Para ayah tak mau kalah. Pamer bahwa dia bekerja begitu keras mencari uang untuk anak-anak. Kadang orangtua tidak malu, marah pada anak sambil memamerkan jumlah uang sekolah dan kursus yang mereka bayarkan di depan anak: “Kamu tahu nggak berapa yang bapak bayar tiap bulan untuk sekolahmu?”
Ucapan demikian sesungguhnya membuat anak sedih. Karena semua diukur orangtua dengan uang. Anak merasa kurang dihargai. Sebalikya orangtua lupa memuji anak di saat mereka baik-baik dan berprestasi. Tapi kalau berbuat salah sedikit saja atau nilai pelajaran turun sedikit saja, Ayah/Ibu mereka sudah ngomel-ngomel.
Salah satu kendala adalah konsep atau nilai anak bagi orangtua. Ada ortu yang melihat anak hanya sebagai sumber investasi dan kebanggaan. Jadi anak dituntut berprestasi, tidak boleh bikin malu orangtua. Tapi sementara itu mereka tidak mau tahu pergumulan anak-anak.
Penyebab lain adalah kesibukan dan kelelahan orangtua. Ini menjadi kendala kedua bagi orangtua mengenal anak. Waktu berkomunikasi minim. Bicara dari hati ke hati sangat jarang. Akibatnya, pengenalan akan pergumulan anak menjadi kurang.
Hal yang sama bila kita terapkan dalam hubungan kita dengan pasangan. Bisa saja kita tinggal bersama bertahun-tahun tapi sesungguhnya kita tidak saling mengenal. Sebaliknya merasa asing satu sama lain.
Terkadang LUKA hati atau kemarahan yang disimpan terlalu lama, membuat anda enggan berkomunikasi dengan pasangan. Lebih memilih menghindar. Lari dengan kesibukan lain. Tapi akhirnya membuat kalian makin “jauh” dan tidak saling mengenal. Tidak mampu memahami pergumulan-pergumulan terkini dari pasangan anda.
Hal yang sama, bisa terjadi dalam relasi kita dengan teman sekerja, terhadap bawahan di kantor. Tanpa mengenal mereka dengan baik kita sulit berelasi dengan harmonis. Jadi kita perlu mengenali masalah pribadi mereka, pohon keluarga, dan pergumulan kehidupan sesehari (sosial-ekonomi). Kita perlu memahami masalah keluarga atau kesehatan mereka, dsb. Jika kita kurang kenal dan minim berkomunikasi hanya membuka pintu konflik yang melelahkan. Buang emosi secara percuma
Sesungguhnya saling mengenal itu sangat perlu. Seperti pepatah di atas, dengan saling kenal kita saling sayang. Dengan saling sayang kita saling peduli dan memberdayakan. Dengan saling peduli kita bertumbuh. Hubungan satu dengan yang lain menjadi harmonis. Dengan hidup rukun berkat Tuhan pun turun.
Semoga mencerahkan
Julianto Simanjuntak
Salatiga, 2 Jan 2014
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/02/kenal-baru-bisa-sayang-623438.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com