Kamis, 02 Januari 2014

Artikel Galau: Aku Masih Punya Perasaan

Aku juga masih punya perasaan sama seperti dirimu
Wah sudah jam berapa ini, sepertinya tadi aku belum sholat azhar lagi. Sebaiknya kuambil kesempatan baik ini, untuk mendirikan sholat azhar, karena kalau sudah duduk di depan nanti, jadi aneh, mengapa harus bolak balik ke belakang lagi. Badanku sudah agak ringan, mungkin karena sudah lumayan banyak ke luar keringat. Tadi tenggorokan terasa begitu kering, belum lagi harus sigap menutup hidung dengan handuk kecil. Banyak orang menghiasi sakunya dengan sapu tangan, bahkan kadang disusun rapi, tapi aku justru menyiapkan handuk kecil. Kebiasaan waktu menunaikan ibadah haji, masih terbawa sampai sekarang. Maklum di depan banyak orang, kadang hidung ini, tidak mau diajak kompromi. Kalau dia sedang beraksi, alirannya mirip lahar panas, membakar relung relung hidung. Kadang harus berlomba dengan datangnya tamu yang akan bersalam. Sesungguhnya aku malu, aku juga punya perasaan, namun kondisi fisik badanku sedang tidak dapat diajak kompromi. Untung kami berada di bagian akhir, karena bukan tuan rumah.
Ingin cinta ingin kasih ingin sayang
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgniwRM50OJ9y5gkjMRRpr2J1JxrJZhheorNYn3wl_pYvZF1NOxvjcH6Nxjaqy9COJCyGY4iT2EXffQiKW0D8Bw2ZSe0gkqEeRBGJTBz0CmqXrE7gpfjTJrkqIJ2gE4WEs9YqploEe5Qac/s1600/depressed.jpgEntah sudah yang ke berapa kali, syair lagu ini diulang-ulang. Namun tidak juga membuatku bosan mendengarnya. Perlahan ingatanku kulayangkan sejenak, apa yang sesungguhnya tengah terjadi. Istriku tersenyum manis melihat ke arahku, sambil berbisik, “Mas lihatlah anak sulung kita. Begitu bahagia dia hari ini”. Sambil menggenggam tangan istriku, aku menoleh ke kanan. Kuperhatikan dengan seksama, Si Sulung Gantheng, kulihat, tersenyum lebar memandang ke depan, matanya bersinar, wajahnya berseri duduk berdampingan dengan perempuan idaman hatinya. Tanpa terasa bola mataku terasa mulai menghangat.
“Alhamdulillah”, kukatakan pada istriku, “Sudah cukup lama, dia menantikan hari bahagia ini, ya.”
“Itu, kawan kawanku dari kampus datang Mas”, bisik istriku.
Mataku mulai nanar melihat para sahabat itu. Semua pertimbangan rasional, seolah luluh lantak, oleh suasana kebahagiaan yang melanda tempat itu. Senyum mengembang dari setiap yang hadir, gelak canda, tawa riang, cerita masa lalu, ketemu teman atau pasangan teman semasa awal hidup merantau, membuat hati ini seperti pecah berderai. Sewaktu keluarga besar Jakarta dan Jogja mulai berdatangan, baik yang menginap di rumah maupun di hotel, suasana itu belum begitu membuat hati ini sembab. Tapi begitu melihat kawan kawan istriku berdatangan, dari mulai mereka masuk, mengambil hidangan, sampai akhirnya mereka menyalami si Sulung Gantheng, sedikit demi sedikit mulai berdampak pada temperature bola mataku.
Hanya karena kadang kadang bergantian, dengan dinamika aksi demo hidung yang penuh dengan aliran panas saja, maka mata air panas yang meleleh di pipiku agak cepat kusapu. Tidak banyak kawan yang membantu karierku dari sejak awal membina karier di rantau yang kuundang, karena konsekuen dengan janji, pesta atau dp rumah. Kalau dp rumah, undangan hanya terbatas. Walaupun kesepakatan itu bukan keputusan orang seorang, tetapi akhirnya kuakui, bahwa aku telah meninggalkan rekan rekanku untuk menyaksikan hari kebahagiaan pernikahan anak lelakiku. Melihat keadaanku yang tidak stabil istriku berpikir, asap masakan di sekeliling sangat terasa dampaknya terhadap mataku. Aku hanya tersenyum mendengar hal itu. Nggak apa-apa, bisikku, menenangkannya. Sesungguhnya aku juga hanya ingin dicinta dan disayang oleh sahabat sahabatku hari ini. Tapi kesempatan itu kuabaikan sendiri.
Alhamdulillah, ada yang saling silang, ada senior senior yang saling berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kami bertiga. Sambil bersalam, kupeluk mereka yang datang, seolah ingin melepaskan kebahagiaan itu bersama. Bahkan ada yang sampai suaraku pun tidak dapat ke luar lagi. Hanya senyum dan bahkan mungkin ada bulir bulir air mata yang hendak jatuh. Sampai sampai aku meminta mereka untuk foto saja, seperti sudah menjadi orang gagu.
Sama juga seperti dirimu
Syair lagu itu membuatku tersadar lagi, bahwa hari tentu sudah mulai merangkak sore. Ketika kuambil tas istriku, untuk kubawa ke luar. Istriku datang, menarik tanganku, sambil berkata:”Kita ikut bersalam sekali lagi pada tamu yang datang, setelah itu kita pulang, Mas. Sholat di rumah saja, ya”
H+2 
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/23/aku-masih-punya-perasaan--619075.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com