Ada fenomena ‘aneh’ pada sebagian orang. Ketika akan berbuat maksiat,
sudah ditanamkan untuk taubat setelah perbuatan buruk yang ia lakukan.
Dalam hatinya ia berbisik, “Nanti setelah aku melakukan maksiat ini,
saya akan bertaubat”.
Memang betul, pintu taubat akan tetap terbuka sebelum matahari terbit
dari arah barat. Siapa saja bertaubat kepada Allâh dengan taubat
sebenarnya (taubat nashuha) dari perbuatan syirik dan perbuatan lain
yang lebih rendah darinya, Allâh Azza wa Jalla akan menerima taubatnya.
Taubat nashûhâ ialah taubat yang mencakup beberapa aspek yaitu berhenti
dari perbuatan dosa, menyesali dosa yang diperbuat dan bertekad kuat
untuk tidak mengulangi lagi sebagai realisasi dari rasa takutnya kepada
Allâh Azza wa Jalla , pengagungannya kepada Allâh Azza wa Jalla dan demi
mengharap maaf dan ampunan-Nya.
Syarat sahnya taubat bertambah menjadi empat bila kesalahan seseorang
berhubungan dengan hak sesama (orang lain). Yaitu dengan menyerahkan
hak-hak orang tersebut yang diambil secara zhalim, baik berupa harta
(yang dicuri) atau meminta dibebaskan (dihalalkan) darinya. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ
لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ
مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ
كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ
لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ
عَلَيْهِ
Barang siapa pernah berbuat zhalim kepada saudaranya terhadap
kehormatannya atau yang lain, henadaknya meminta orang itu untuk
menghalalkan kesalahannya dari perbuatan aniaya tersebut hari ini
sebelum datang hari tidak ada uang dinar dan dirham. Apabila ia memiliki
kebaikan, maka sejumlah kebaikan akan diambil darinya sebanding dengan
perbuatan kezhalimannya (untuk diserahkan kepada orang yang teraniaya).
Apabila tidak memiliki kebaikan, maka akan diambilakn dosa saudaranya
dan dilimpahkan keapda dirinya [HR. a-Bukhâri no. 2269]
Tekad untuk bertaubat dari perbuatan dosa merupakan tekad baik yang
berhak untuk dihargai. Namun ketika bisikan “bertaubat” ini justru
mendorongnya untuk mengawali rencana taubatnya dengan perbuatan maksiat,
ini yang perlu diwaspadai. Jika ini yang terjadi, tidak diragukan lagi,
ini termasuk tipu daya setan pada diri manusia untuk memudahkan berbuat
maksiat dengan dalih di kemudian hari ia akan bertaubat usai berbuat
maksiat. Tidakkah si pelaku mengkhawatirkan dirinya ? Bisa saja Allâh
Azza wa Jalla menyulitkan jalan bertaubat baginya, sehingga akan
mengalami penyesalan yang tiada kira dan kesedihan yang tak terukur di
saat penyesalan tiada berguna lagi.
Kewajiban seorang Muslim adalah menghindari perbuatan syirik dan hal-hal
yang menyeret kepadanya serta menghindari seluruh perbuatan maksiat.
Sebab, bisa saja ia dicoba dengan bergelimang dalam maksiat, namun tidak
mendapat taufik untuk bertaubat. Oleh karena itu, ia harus selalu
menjauhi seluruh perkara yang diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla dan
memohon keselamatan dari-Nya, tidak menuruti bujukan setan, sehingga
berani berbuat maksiat dengan menyisipkan niat di hati untuk bertaubat
sebelumnya.
Simaklah firman-firman Allâh Azza wa Jalla berikut yang berisi perintah
untuk selalu takut kepada-Nya, ancaman bagi siapa saja yang nekat
berbuat maksiat, dan larangan mengikuti bisikan hawa nafsu dan rayuan
setan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk) [al-Baqarah/ 2:40]
Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
Dan Allâh memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya [Ali ‘Imrân/3:28]
Dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ﴿٥﴾إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو
حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Hai manusia, sesungguhnya janji Allâh adalah benar, maka sekali-kali
janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah
setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allâh. Sesungguhnya
setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala [Fâthir/35:5-6]
(Diadaptasi dari Majmû Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah, Syaikh Bin Bâz, 5/410-411)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1429H/2008M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com