by: http://kisahsufi.wordpress.com/2009/10/31/dan-musa-pun-jatuh-pingsan/
Nabi Musa ‘alaihis-salaam’ telah memenuhi panggilan Allah swt., ia
pun menitipkan Bani Israil ke Nabi Harun as., saudaranya, untuk naik ke
gunung Sinai (Thuursina), gunung Allah yang keramat itu. Setelah ia
menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadat sendirian
di atas gunung itu, Allah swt. pun berfirman dan menurunkan Taurat
kepadanya. Kemudian Nabi Musa as. pun sangat rindu untuk dapat melihat
Wajah Sang Kekasih yang telah berkata-kata kepadanya, Wajah Rabb-nya.
“Dan tatkala Musa datang menurut waktu yang telah Kami tentukan,
dan telah berfirman Rabb-nya kepadanya, berkatalah ia: ‘Ya Rabbi
perlihatkanlah (Diri-Mu) kepadaku, agar aku dapat memandang Engkau’.
Berkatalah Allah: ‘Engkau sekali-kali tidak akan mampu untuk melihat-Ku,
akan tetapi arahkanlah pandangan (engkau) ke gunung itu, maka jika ia
tetap pada tempatnya niscaya engkau dapat melihat-Ku!’.”,
QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Setelah mendengar permintaan Nabi Musa as. itu, kemudian Allah swt.
berfirman: “Wahai putra Imran, sesungguhnya tidak akan ada seorang pun
yang sanggup untuk melihat-Ku, kemudian ia mampu untuk tetap hidup!”
Nabi Musa as. berkata: “Rabbi, tidak ada sesuatu pun yang
menyekutui-Mu, sesungguhnya melihat-Mu dan kemudian mati itu lebih aku
sukai daripada aku terus hidup dengan tanpa melihat-Mu! Rabbi,
sempurnakanlah nikmat, anugrah, dan hikmat-Mu kepadaku dengan
mengabulkan permohonanku ini, setelah itu aku rela mati!”
Ibnu Abbas ra., sahabat Rasulullah saw., meriwayatkan bahwa ketika
Allah swt. mengetahui bahwa Nabi Musa as. ingin sekali permohonannya
dikabulkan, maka berfirmanlah Allah swt.: “Pergilah engkau, dan lihatlah
batu yang ada di atas puncak gunung itu, duduklah engkau di atas batu
itu, kemudian Aku akan menurunkan balatentara-Ku kepadamu!”
Nabi Musa as. pun melaksanakan perintah Allah swt. tersebut. Dan
ketika ia telah berada di atas batu itu, Allah swt. pun memerintahkan
balatentara-Nya, para Malaikat hingga langit ketujuh, untuk menampakkan
diri kepadanya.
Diperintahkan-Nya para Malaikat penghuni langit dunia untuk
menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. Mereka pun berlalu di hadapan
Nabi Musa as. sambil mengeraskan suara tasbih dan tahlil mereka,
bagaikan suara petir yang menyambar-nyambar.
Kemudian, para Malaikat penghuni langit kedua diperintahkan-Nya untuk
menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as., mereka pun melaksanakannya.
Mereka berlalu di hadapan Nabi Musa as. dengan warna dan bentuk yang
beraneka ragam. Mereka ini bersayap dan memiliki raut muka, diantara
mereka ada yang berbentuk seperti singa. Mereka mengeraskan suara-suara
tasbihnya.
Mendengan teriakan suara itu, Nabi Musa as. pun merasa ngeri, dan
kemudian berkata: “Ya Rabbi, sungguh aku menyesal atas permohonanku.
Rabbi, apakah Engkau berkenan untuk menyelamatkan aku dari tempat yang
aku duduki ini?”
Pimpinan dari kelompok Malaikat tersebut berkata: “Hai Musa,
bersabarlah atas apa yang engkau minta, apa yang engkau lihat ini baru
sebagian kecil saja!”
Allah swt. kemudian memerintahkan para Malaikat penghuni langit
ketiga agar mereka turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as.
Lalu, keluarlah Malaikat-malaikat yang tak terhitung jumlahnya dengan
beragam bentuk dan warnanya. Bentuk mereka ada yang seperti api yang
menjilat-jilat, mereka memekikkan tasbih dan tahlil dengan suara yang
hiruk-pikuk.
Mendengar suara ini semakin terkejutlah Nabi Musa as. dan timbullah
rasa su’udzdzan dalam dadanya, bahkan berputus asa untuk hidup. Kemudian
pemimpin para Malaikat dari kelompok ketiga ini berkata: “Wahai putra
Imran, bersabarlah hingga engkau melihat lagi apa yang engkau tidak
sanggup lagi untuk melihatnya!”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada para Malaikat penghuni
langit keempat, “Turunlah kamu sekalian kepada Musa dengan
mengumandangkan tasbih!”
Para Malaikat langit keempat ini pun turun. Diantara mereka ada yang
berbentuk seperti kobaran api yang menjilat-jilat, dan ada pula yang
seperti salju. Mereka mempunyai suara yang melengking dengan
mengumandangkan tasbih dan taqdis. Suara mereka berbeda dengan suara
Malaikat-malaikat terdahulu. Kepada Nabi Musa as. ketua dari kelompok
ini berkata: “Hai Musa! Bersabarlah atas apa yang engkau minta!”
Demikianlah, penghuni dari setiap langit hingga penghuni langit
ketujuh satu demi satu turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa
as. dengan warna dan bentuk yang beragam. Semua Malaikat tersebut
bergerak maju sambil cahayanya menyambar semua mata yang ada. Mereka ini
datang dengan membawa tombak-tombak panjang. Setiap tombak itu
panjangnya sepanjang sebatang pohon kurma yang tinggi dan besar.
Tombak-tombak itu bagaikan api yang bersinar terang-benderang melebihi
sinar matahari.
Nabi
Musa as. menangis sambil meratap-ratap, katanya: “Ya Rabbi, ingatlah
aku, jangan Engkau lupakan diriku ini! Aku adalah hamba-Mu! Aku tidak
mempunyai keyakinan bahwa aku akan selamat dari tempat yang aku duduki
ini! Jika aku keluar, aku akan terbakar, dan jika aku tetap di tempat
ini maka aku akan mati!”
Ketua kelompok Malaikat itu pun berkata kepada Nabi Musa as.: “Nyaris
dirimu dipenuhi dengan ketakutan, dan nyaris pula hatimu terlepas!
Tempat yang kamu gunakan untuk duduk inilah merupakan tempat yang akan
kamu pergunakan untuk melihat-Nya!”
Kemudian turunlah Malaikat Jibril as., Mika’il as., dan Israfil as.
beserta seluruh Malaikat penghuni ketujuh langit yang ada, termasuk para
Malaikat pemikul Al-’Arsy dan Al-Kursi. Mereka secara bersama-sama
menghadap kapada Nabi Musa as. seraya berkata: “Wahai orang yang
terus-menerus salah! Apa yang menyebabkanmu naik ke atas bukit ini?
Mengapa kamu memberanikan diri meminta kepada Rabb-mu untuk dapat
melihat kepada-Nya!?”
Nabi Musa as. terus menangis hingga gemetaranlah kedua lututnya, dan seakan-akan luruh tulang-tulang persendiannya.
Ketika Allah swt. melihat semua itu, maka ditampakkan-Nya lah kepada
Nabi Musa as. tiang-tiang penyangga Al-’Arsy, lalu Nabi Musa as.
bersandar pada salah satu tiang tersebut sehingga hatinya menjadi
tenang.
Malaikat Israfil kemudian berkata kepadanya: “Hai Musa! Demi Allah,
kami ini sekalipun sebagai pemimpin-pemimpin para Malaikat, sejak kami
semua diciptakan, kami tidak berani untuk mengangkat pandangan mata kami
ke arah Al-’Arsy! Karena kami sangat khawatir dan sangat takut! Mengapa
kamu sampai berani melakukan hal ini wahai hamba yang lemah!?”
Setelah hatinya tenang, Nabi Musa as. menjawab: “Wahai Israfil! Aku
ingin mengetahui akan Keagungan Wajah Rabb-ku, yang selama ini aku belum
pernah melihatnya”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada langit: “Aku akan menampakkan-Diri, bertajalli pada gunung itu!”
Maka bergetarlah seluruh langit dan bumi, gunung-gunung, matahari,
bulan, mega, surga, neraka, para Malaikat dan samudera. Semua tersungkur
bersujud, sementara Nabi Musa as. masih memandang ke arah gunung itu.
“Tatkala Rabb-nya menampakkan Diri (bertajalli) di atas gunung itu,
maka hancur luluh lah gunung itu dan Musa pun jatuh pingsan”,
QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. seakan-akan mati karena pancaran Cahaya Allah swt. Yang
Mulia, dan ia terjatuh dari batu, dan batu itu sendiri terjungkal,
terbalik menjadi semacam kubah yang menaungi Nabi Musa as. agar tidak
terbakar Cahaya.
Kemudian Allah swt. mengutus Malaikat Jibril as. untuk membalikkan
batu itu dari tubuh Nabi Musa as., dan membimbingnya berdiri. Wajah Nabi
Musa as. memancarkan cahaya kemuliaan, rambutnya memutih karena Cahaya.
“Maka setelah Musa tersadar kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau,
aku sungguh bertaubat kepada-Mu, dan aku adalah orang yang pertama kali
beriman!”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. bertaubat atas apa yang ia minta, dan ia berkata: “Saya
beriman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan mampu
melihat-Mu dengan mata lahir, kecuali ia akan mati!”
Diadaptasi dari terjemahan kitab “Mukhtashar Kitaabit-Tawwabiin“, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisy.
Zamzam A J TanuwijayaBintaro, 27 Oktober 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com