by: http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/09/16/afi-akankah-menuju-puncak-lagi-konser-12-besar-audisi-yogyakarta-592237.html
Ratusan orang
berdesakkan menghadap sebuah panggung kecil penuh lampu. Di atas
panggung ada seperangkat alat musik lengkap dengan pemainnya. Panggung
bernuansa merah, kuning dan oranye itu tampak menonjol di tengah
keramaian dengan dua buah logo huruf “A” berukuran besar. Sementara para
penonton telah siap dengan sejumlah spanduk dan papan dukungan yang
bertuliskan sebuah nama. Ada juga yang menyiapkan tab dan mengarahkannya
ke panggung. Tak lama kemudian musik dimainkan secara live. Sebuah
intrumentasi menghentak diiringi permainan lampu. Irama dan nadanya tak
asing bagi banyak orang. Seketika suasana panggung berubah layaknya
pertunjukkan musik yang biasa kita jumpai di televisi.
Konser “Pilihlah Aku” 12 Besar Calon Finalis AFI hasil audisi Yogyakarta digelar di Malioboro Mall, Yogyakarta (15/9/2013).
Pencarian
buku di Gramedia kemarin sore akhirnya berakhir dengan menonton sebuah
pertunjukkan musik. Sebuah mini konser sedang berlangsung pada sore itu.
Penasaran dengan isinya saya pun membelokkan langkah menuju panggung.
Gagal mendapatkan pandangan di lantai 1 saya menuju lantai 2 seperti
penonton kelas tribun.
Set
panggung mini konser “Pilihlah Aku” AFI 2013 di Yogyakarta. Dominasi
warna merah dan kuning berpadu dengan logo huruf ”A” berwarna
oranye-putih.
Minggu, 15 September 2013, mini konser Akademi Fantasi Indosiar (AFI) 2013 digelar di Malioboro Mall, Yogyakarta. Konser bertajuk “Pilihlah Aku” tersebut menjadi ajang
perkenalan 12 kontestan terpilih AFI dari audisi yang dilaksanakan di
Yogyakarta pekan kemarin. Mini konser itupun menjadi bagian dari audisi
untuk menentukan kontestan terpilih yang akan bertarung memperebutkan
kursi 12 akademia AFI 2013 di Jakarta.
Dari lantai 2
saya terkejut melihat banyaknya penonton di lantai 1 yang mengerumuni
panggung. Sementara di lantai 2 hingga 4 beberapa pengunjung juga
berdiri melongok ke bawah. Sebenarnya saya tidak heran dengan euforia
semacam ini. Pengalaman menonton sejumlah konser di beberapa kota
membuat saya tahu jika masyarakat Indonesia memang suka menonton konser.
Tapi ini adalah pertama kalinya saya melihat sebuah panggung kompetisi
bernyanyi secara live di tempat umum. Lebih dari itu panggung yang saya
tonton ini adalah sebuah ajang yang sudah lama “mati” namun saat hidup
kembali ternyata masih diminati.
Akademi
Fantasi Indosiar memang fenomenal di tahun 2003 hingga 2005. Tiga musim
pertamanya AFI lahir sebagai ajang pencarian bakat bernyanyi yang
sanggup menarik jutaan penonton untuk menunggui televisi mereka
sementara ribuan lainnya memenuhi panggung live show nya. Namun bendera
AFI lambat laun kalah berkibar. Kemunculan ajang serupa ditambah
drama-drama panggung membuat penonton AFI balik badan. Kualitas talent
yang disodorkan AFI di musim-musim berikutnya juga dianggap merosot
jauh. Tahun 2007 Akademi Fantasi Indonsiar akhirnya undur diri justru di
saat staisun TV Indosiar sedang duduk di peringkat 1.
Kini Indosiar
sedang berusaha menata diri untuk bisa kembali “Menuju Puncak” setelah
beberapa tahun terbenam dengan sejumlah label yang kurang enak. Program in house production
kembali digencarkan. Awal tahun 2013 mereka telah memulainya lewat The
Voice Indonesia, ajang kompetisi bernyanyi yang ditujukan untuk para
penyanyi. Dan kini mereka menghidupkan lagi akademi musiknya yang sempat
mati. Panggung Akademi Fantasi Indosiar kembali digelar dengan label “New AFI 2013”.
Akademi
Fantasi Indosiar (AFI) adalah sebuah ajang pencarian bakat untuk para
calon penyanyi atau mereka yang memiliki bakat di dunia seni termasuk
bernyanyi. Diadaptasi dari panggung acuannya La Academia di Meksiko, AFI
menyuguhkan banyak tontonan di dalam satu judul. Tidak
hanya panggung live bernyanyi namun juga persiapan dan kehidupan para
kontestan yang disebut “akademia” selama di asrama atau kampus AFI.
Ditangani sejumlah mentor dan pelatih, para akademia unjuk kemampuan
setiap minggunya. Mengandalkan polling sms, mereka yang kalah harus
mengangkat koper.
Pada perjalanannya AFI melahirkan trend baru di panggung kompetisi bernyanyi. Bahkan ketika akhirnya panggungnya berhenti tayang, orang masih ingat dengan prosesi angkat koper di akhir eliminasi AFI. Penonton juga semakin familiar dengan istilah pitch control ala Trie Utami yang selama bertahun-tahun menjadi komentator AFI. Penonton juga tak lupa kebiasaan mereka menyaksikan diary AFI setiap sore hari.
Segenap memori kolektif dan kejayaan itu akan coba kembali diulang oleh AFI 2013. Meski menjajikan perubahan gaya namun format kompetisi rasanya tak akan banyak berubah. Logo “A” hampir pasti masih sama. Diary AFI kemungkinan besar masih akan menjadi bagian dari suguhan. Prosesi angkat koper yang menjadi ciri tak akan digantikan dengan yang lain kecuali hanya warna koper yang mungkin berubah. Kalaupun ada banyak perubahan mungkin pada barisan pengajar. AFI 2013 bahkan bisa saja menerapkan konsep mentoring seperti halnya The Voice. Sementara itu sebutan asrama boleh jadi akan diganti dengan nama yang lebih kekinian seperti kampus AFI.
Beberapa orang lama diyakini masih akan mengisi line up AFI baik di belakang layar maupun di atas panggung. Sosok Adi Nugroho kembali akan memandu acara baik seorang diri maupun ditemani host wanita nantinya.
Nama-nama seperti Dian HP, Rieka Roeslan, Trie Utami juga mungkin masih
akan ada. Tapi jika panggung AFI ingin menggelar suguhan yang lebih
premium boleh jadi arranger Andi Rianto akan dipinjam dari The Voice.
Sementara untuk menyaring bakat secara lebih selektif, AFI sudah mengirim beberapa pemburu bakat The Voice seperti Dody Is (vocal arranger & basis KAHITNA) selama audisi.
Lalu akankah
panggung AFI berhasil merebut kembali perhatian masyarakat penonton
Indonesia ?. Dan sanggupkah AFI mengantar Indosiar Menuju Puncak
kembali?. Semuanya mungkin baru akan dibuktikan saat panggung AFI 2013 resmi dimulai beberapa bulan mendatang.
Namun bukan
berarti gempita panggung AFI 2013 itu tidak bisa diperkirakan. Saat ini
audisi di sejumlah kota sudah usai. Dua belas calon akademia dari
masing-masing kota sudah terpilih dan menjalani konser mini Pilihlah
Aku. Salah satunya yang digelar di Yogyakarta hari Minggu kemarin.
Ratusan penonton yang didominasi para remaja dan ibu-ibu bersemangat
menyaksikan panggung AFI. Layaknya penonton pada umumnya mereka
berteriak memanggil idola yang bahkan masih berstatus calon akademia.
Sementara itu ke-12 kontestan satu persatu maju menembangkan lagu dengan
suara terbaik mereka.
12 Kontestan AFI regional Yogyakarta datang dari beberapa kota di sekitar Yogyakarta.
Dengan mengenakan pakaian layaknya bintang yang akan tampil di
televisi, satu persatu naik ke atas panggung. Di depan penonton mereka
melempar gaya mulai dari yang biasa saja hingga pose layaknya artis
ternama. Penonton pun berhasil dibuat berteriak.
Kualitas
suara beberapa kontestan terdengar cukup baik. Mereka yang menyanyikan
lagu-lagu Indonesia mendapat apresiasi lebih. Sementara mereka yang
bersuara biasa saja sepertinya sengaja memilih lagu-lagu bahasa Inggris
yang populer untuk menutupi kelemahan. Dan seperti biasa, kontestan pria
berwajah ganteng dan berpenampilan cool sanggup menebar pesona kepada
para penonton remaja. Seperti apa kemeriahan konser “Pilihlah Aku” AFI 2013 hasil dari audisi di kota Yogyakarta?. Berikut ini fotonya.
Membawa
sejumlah spanduk dan poster dukungan, penonton dari berbagai lintas
usia, remaja hingga ibu-ibu, laki-laki dan wanita termasuk wisatawan
asing menanti konser dimulai.
Host Bianca menyapa penonton.
Permainan intrumentasi Menuju Puncak dari band pengiring berhasil mengundang histeria dan memori penonton tentang AFI.
Perkenalan 12 Besar hasil audisi Yogyakarta.
Kontestan pertama. Show Time!
Calon idola dan penonton bersatu di sebuah panggung “legendaris” berlogo “A”.
Suara kontestan beradu dengan histeria penonton. Sebuah panggung idola mulai tercipta.
Mohon dukungan dan doanya ya…
Dari kota Solo, suaranya lumayan merdu menembangkan lagu milik Bunga Citra Lestari.
Biarpun
suaranya biasa saja yang penting rupawan dan menyanyikan lagu berbahasa
Inggris, remaja putri pun histeris, kontestan “ideal” untuk ajang
pencarian bakat.
Memori
kolektif banyak masyarakat penonton Indonesia rasanya akan berhasil
dipanggil kembali untuk menyaksikan pencarian bakat ini. Bukan
saja penonton lama tapi para para penonton baru yang akan mengulang
gempita para remaja dan anak-anak era 7-8 tahun lalu yang begitu
menghidupi panggung AFI. “Lahir kembali” setelah menghilang 7
tahun akan membuat AFI layaknya program baru nyaris selalu berhasil
merebut perhatian penonton Indonesia selama ini. Apalagi AFI
memiliki lagu tema yang sangat menonjol dibanding lagu tema dari
ajang-ajang serupa. Menuju Puncak, lagu tema AFI yang juga digunakan
sebagai tema Akademi Fantasia Malaysia, memiliki segmen yang sangat luas
mulai dari anak-anak hingga orang tua. Diakui atau tidak lagu tema ini
telah menjadi bagian dari memori kolektif banyak penonton Indonesia.
Buktinya saat konser Pilihlah Aku berlangsung kemarin sore, beberapa
ibu-ibu dan remaja terdengar samar mendendangkan Menuju Puncak ketika
melewati venue. Melihat spanduk berlogo huruf “A” yang unik memori
mereka bangkit kembali.
Sorot
lampu di atas panggung AFI 2013 Yogyakarta. Bagi banyak remaja dan anak
muda panggung dan lampu ini menawarkan pintu menuju impian mereka.
Boleh jadi
bukan brand “New AFI” yang disematkan pada AFI 2013 yang akan membuat
panggung ini kembali melahirkan gelombang euforia penonton. Namun memori kolektif dan sensasi “lahir kembali” yang akan membuat Akademi Fantasi Indosiar kembali Menuju Puncak.
Artikel diatas dipublikasikan kembali oleh: bagindaery.blogspot.com dari: Kompasiana
wah afi ada lagi ya, nice share deh gan
BalasHapuscomment back http://only-bojonegoro.blogspot.com/
New AFI 2013 sudah memasuki 14 besar.. dan sepertinya blm berhasil mencuri hati penonton.. Semoga kedepan bisa menjadi trending topic :)
BalasHapus