by: http://almizan.mizan.com/index.php?fuseaction=news_det&id=166
Ada
anggapan bahwa korupsi kecil-kecilan tidak berbahaya dibanding korupsi
milyaran. Sepintas pernyataan itu biasa saja. Tapi, benarkan itu? Tren
korupsi yang sedang hingar-bingar bukan lagi di angka ratusan atau
jutaan, tapi milaran dan triliunan. Istilahnya keren; korupsi kelas
kakap. Sebuah fakta tentang angka fantastis yang seolah sudah menjadi
simptom biasa.
Korupsi
di bumi pertiwi ini sudah termasuk extra ordinary crime. Dan perbuatan
yang keliru tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas tapi juga
esensinya. Korupsi itu ibarat racun. Sedikit atau banyak, racun tetap
member dampak mematikan. Korupsi juga seperti bom. Kecil atau besar sama
saja menghancurkan. Dan kita jangan pernah mencoba keduanya.
Di
hari anti korupsi tanggal 9 Desember, sedikit peran bisa kita
sinergikan dalam mencegah korupsi. Penanganan korupsi tidak bisa
diwakilkan kepada KPK semata. Tidak hanya bisa diharapkan pada presiden
atau lembaga yudikatif lainnya. Kita harus mendudukan diri pribadi
sebagai presiden anti korupsinya. Mulailah mencegah tindakan korupsi
kecil-kecilan mulai dalam diri kita dan keluarga.
Alkisah,
saat perang badar berakhir, umat Islam mendapatkan ghanimah (harta
rampasan perang). Sebelum harta itu dibagikan, ada satu sehelai selimut
merah yang hilang. Sejumlah orang berprasangka bahwa selimut itu diambil
oleh Rasul dan atau oleh pasukan beliau. Tetapi itu tidak benar dan
sama sekali tidak terbukti. Rasulullah dan sahabat tidak pernah
berkhianat. Beliau junjung kejujuran dan amanah umat. Apalah artinya
sehelai selimut bagi Nabi.
Masalahnya
bukan pada berapa harga selimut itu. Tetapi, lebih karena selimut itu
milik negara. Dan itu artinya tidak boleh ada yang mengambilnya. Jadi,
jika mengambil sehelai selimut saja ganjarannya neraka apalagi kalau
mengambil uang milyaran. Terlebih lagi jika itu dilakukan secara
berjamaah. Dan itulah salah satu sebab turunnya QS Ali-Imran [3]: 161.
Berkaca pada hadits Rasul, �Kesyahidan seseorang yang gugur di medan
perang menjadi batal hanya karena mengambil sehelai kain yang bukan
miliknya.�
Masih
dalam Surah Ali Imran [3]: 161, Allah berfirman, �Dan tidak mungkin
seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang), barang
siapa berkhianat niscaya dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu pada Hari Kiamat �� (Mushaf Al-Misykat: Terjemahan
per Komponen ayat, hlm. 72). Berkaca pada ayat ini, maka mulailah untuk
tidak mengambil sesuatu (barang, uang, dan sebagainya) yang bukan
miliknya dan jelas-jelas dilarang agama. Bukankah bersikap jujur
menjadikan kehidupan kita lebih selamat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com