Jumat, 25 Oktober 2013

Artikel Spesial Keindahan Indonesia: Prau, Pelabuhan Pandang pada Puncak-puncak Daratan Jawa Tengah

13826929241343963615
wonderful layering


by: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/10/25/prau-pelabuhan-pandang-pada-puncak-puncak-daratan-jawa-tengah-603705.html
Gunung Prau. Beberapa orang biasanya mengernyitkan dahinya ketika kusebut destinasi ini. Sebagian lagi tertukar pemahaman dengan Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Gunung Prau sebenarnya berada di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Salah satu puncak dari deretan dataran tinggi Dieng. Tingginya tidak seberapa, hanya terhitung 2565 mdpl, mendakinya pun cukup mudah, dimulai pada kisaran elevasi 1900-an mdpl. Namun pesona puncaknya mulai ramai mengundang kunjungan wisatawan lokal maupun luar negeri.
1382691712764031711
peak!
Mimpi Prau terwujud ketika ajakan seorang teman menggugahku untuk berkemas;
“Yuk, mbak, sekalian libur Idul Adha, bisa sekedar light-trip, sekalian pulang berlebaran”. Panji yang berdomisili di Jakarta, berniat pulang kampung ke Salatiga mulai menggoyahkan keinginanku yang sebelumnya ingin menuntaskan ‘obsesi’ Mahameru di hari libur lebaran qurban. Ya sudah, karena ajakan mahameru belum bersambut, aku mengiyakan kunjungan ke Prau. Kukontak Adhi yang berdomisili di Wonosobo, menagih janji mengantar ke Prau. Dari anggota team yang bertiga, bergabunglah pasangan Yanis-Devya, merembet ke team adeknya Devya; Ghulam, Budi dan Satria. Fix berdelapan kami menunjuk Terminal Wonosobo sebagai tempat meeting point.
Aku datang dari Surabaya, tanpa mampir pulang Magelang terlebih dahulu. 12 Oktober 2013, waktu belum terlalu siang ketika kuinjakkan kakiku di Terminal Wonosobo. Budi, Ghulam, dan Satria sudah sejak subuh standby di sini. Tidak sulit menemukan dan mengenali mereka bertiga. Adhi langsung menyusul begitu kukabarkan kedatanganku. Panji masih terlunta-lunta di jalur Purwokerto-Wonosobo (atau bisa jadi malah belum beranjak dari Purwokerto). Sementara Devya dan Yanis sepertinya menjadi korban PHP bus Dieng Indah.
Hampir seharian penuh guling-guling tak menentu di Terminal Wonosobo, bus Dieng Indah baru menampakkan diri selepas Ashar. Alhamdulillah kami segera bisa beranjak menuju basecamp Gunung Prau di Desa Patak Banteng. Dengan minibus seharga Rp15.000,00 per orang, dan waktu tempuh hampir satu jam, kami tiba di basecamp tepat saat adzan magrib berkumandang. Hawa dingin Dieng Plateu menyapa kami. suasana hiruk-pikuk karena ramainya oleh meningkatnya kuota pengunjung yang antusias mendaki Prau. Kutitipkan barang-barang yang seharusnya kubawa pulang kampung pada management basecamp, menjamak sholat magrib dan isya, kemudian memulai pendakian.
Ide brilliant Adhi membeli segepok pentol bakso untuk bekal di puncak. Devya dan Yanis juga membeli nasi lima bungkus supaya di atas tidak perlu repot menanak nasi lagi.
Kami disambut trek yang cukup mengejutkan; jajaran anak tangga yang menjulang cukup menguras fisik di awal langkah. Physicly, aku merasa cukup fit mempersiapkan pendakian ini, tetapi baru mencapai pos 1 (selepas permukiman) sudah sangat kepayahan. Kesalahanku mendaki karena lapar, terakhir makan nasi sebelum tengah hari tadi. Devya, Ghulam, Satria, dan Budi sudah jauh melangkah di depan, sementara aku mulai dihasut para team penyapu; Adhi, Panji dan Yanis untuk membuka nasi bekal Devya yang kebetulan tereksisting di kerilku. Di bawah pos 2 (kalau boleh meminjam istilah Yanis; Pos 1,9) aku semena-mena menyabotase bekal Devya, dihiasi untaian kembang api yang tiba-tiba saja dinyalakan sekelompok orang di belakang kami, menjadi sesi makan dan istirahat yang istimewa. Hanya sekitar lima suapan nasi dengan quantity sebatas satu sendok teh per suapan, aku mencukupkan makan malam dadakanku. Entah karena energi nasi, atau energi indah kembang api, menurut ketiga team penyapu, kecepatan jalanku melaju pesat seperti pesawat jet (padahal aku jalan pelan-pelan aja sih, dengan asumsi bahwa mereka akan segera berhasil menyusulku kembali), tapi kutunggu hingga ketemu dengan team di depan, mereka tak kunjung menyusul. Nggak nyangka lima suap sendok teh nasi bungkus itu saktinya bisa luar biasa kayak gini.
Tak lagi paham identitas pos berikutnya, yang jelas target 3 jam pendakian berhasil kami tempuh dalam waktu 2,5 jam. Angin dingin puncak menerpa kami sembari mencari tempat datar yang terlindung dari cuaca untuk mendirikan tenda. Pilihan jatuh pada area terbuka yang langsung dapat memandang Sumbing-Sindoro dalam satu layering, meskipun kompensasinya harus sedikit berjibaku dengan jalur angin. Tetapi karena pendakian malam itu begitu ramai, kami berasumsi barisan tenda akan sedikit menahan angin gunung.
Aku tak tahan lagi untuk tidak segera masuk tenda. Setelah teman-teman makan malam, minum hangat dan sebagainya, aku mulai mengabaikan keindahan bintang gemerlap yang malam itu begitu bersahabat menghiasi langit kami, berjaga-jaga saving energy untuk ‘katut’ opsi maraton yang dimunculkan tiba-tiba oleh Satria dkk menuju puncak sebelah; Sindoro 3153 mdpl.
Belum penuh pukul 05.00 pagi. Pekat warna malam yang membias tenda sudah berubah menjadi lebih cerah. Bergegas berjamaah subuh dengan devya (dengan kostum sleeping bag yang membalut pinggang hingga kaki, hehe). Bersyukur karena puncak Prau tidak memiliki sumber air, kami diperbolehkan untuk tayamum, yah setidaknya sholat subuh melawan hawa dingin di Puncak Prau masih jauh lebih mudah ketimbang di Ranu Pane atau Ranu Kumbolo yang berlimpah air *muka culas*. Suara Panji sudah ribut-ribut aja di luar tenda, kebelet pengen jejepretan. Mbak Endah mana? Udah bangun belom sih? Pengen kukerasin bacaan surat pendekku buat ngasi kode *halah kode*, tapi hawa dingin cukup membuat serak dan gemetar desibel yang keluar dari mulut. Dan lagi, karena nggak bawa jordon (baca : kamera gedhe), aku woles-woles aja sih, menikmati semua keindahan cukup dengan rasa penuh syukur dari alat optik tersempurna ciptaan-Nya; Mata.
13826921921834000670
bukit teletubbies
Kubuka resleting tenda, menjumpai Panji dan Yanis sudah ready go dengan alat kokang masing-masing lengkap dengan tripod. Langit sedikit berawan hitam meski tidak berpotensi hujan. Lukisan langit sebelum pagi tidak terlalu dramatis dengan pancaran warna-warni. Hanya sekelebat efek rol menjadi penggembira karena range ruang gelap-terang yang terlampau jauh oleh efek berawan. Bulatan berwarna orange menyembul dari cakrawala membawa semangat baru setiap manusia yang melihatnya, mengingatkan syukur akan kesempatan dan janji kehidupan dari Allah SWT. Bentuknya selalu mengingatkanku pada kuning telur asin. hehe! (nasi anget, mana nasi anget..)
13826918461938307267
hamparan bunga daisy
Dan pemandangan satu layering puncak-puncak daratan itu begitu istimewa dinikmati dari ketinggan dua ribu lima ratus sekian meter ini. Sindoro yang cantik, dibayangi (atau dilindungi) oleh kegagahan sumbing, bukit-bukit teletubbies pembentuk kontur dieng plateu, duo puncak merbabu-merapi, di sisi Timur, dan Puncak Gunung Ungaran di sisi Utara yang kebiruan indah. Lanscape semakin lengkap oleh keunikan Puncak Prau dengan hamparan bunga daisy yang kebetulan sedang musim mekar.
1382691777768833771
sesi sarapan istimewa
Adhi sudah membuka menu sarapan dengan roti bakar yang enaknya nggak santai; isi keju-susu mesis. Selanjutnya Devya meracik kentang merah hibahan admin basecamp, daun bawang super hasil minta-minta di ladang penduduk sepanjang jalur pendakian, dan bakso yang kemudian menjadi menu sup. tak ketinggalan telur dadar yang dimasak Adhi penuh keterampilan atraksi membalik dari wajan teflon ala chef. Sesi sarapan istimewa berlatar layering gunung-gunung ternyata menuai ketertarikan pengunjung yang kebetulan lewat, kami pun secara dadakan menjadi sasaran objek foto semacem penghuni gembira loka.
1382692105201516191
telaga warna & pengilon dari atas Prau
Perjalanan turun terasa ringan karena medan yang compatible mengajak kaki untuk berlari. view semakin indah dengan eksistensi telaga warna yang tampak dari kejauhan di antara petak-petak lahan dan jajaran cemara yang menandai kompleks candi dieng. Kami membutuhkan waktu satu jam menuruni jalur pendakian hingga Basecamp, istirahat sejenak, menikmati hangatnya jajan tempe kemul khas Wonosobo.
Opsi Sindoro kembali muncul, aku kebingungan bagaimana harus menitipkan laptop dan segala uborampe yang harus sampai kampung halaman (yang tidak diperlukan untuk kegiatan pendakian) sementara jalur pendakian sindoro yang harus kami tempuh dimulai dari Sigedang (Agrowisata Teh Tambi) menuju puncak dan turun di Basecamp Kledung. Susah payah merayu Adhi untuk menitipkan barang-barangku di rumahnya tetap tidak berbuah final. Yanis dan Devya tampil sebagai penolongku, mereka berdua memang tidak akan melanjutkan pendakian menuju Sindoro dan memutuskan pulang, menawarkan bantuan titipan barang-barangku dengan kompensasi aku mengambilnya ke Ambarawa lain hari. No other better option, jadi kuterima penuh haru bantuannya. Kami berdelapan turun dari Dieng dengan kendaraan yang sama, tetapi hanya berlima; adhi, ghulam, budi, satria dan tentu saja aku yang turun di Desa Kejajar. Tiga lainnya Devya-Yanis dan Panji masih terus menuju pusat Kota Wonosobo untuk kembali ke rumah masing-masing. Wahai Puncak Sindoro, sebentar lagi aku datang.
**semua foto koleksi pribadi, kecuali foto team, diambil dari album kamera Panji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com