Kisah Nyata Sedih dan Mengharukan : Sayang, aku menderita, tolonglah aku
by: https://www.facebook.com/orangmanado/posts/10151478025163590
True story by.Thich Nhat Hanh
Ada seorang pria yang masih muda belia, ia harus mengikuti wajib
militer. Sehingga dia menjadi tentara dan pergi berperang. Dia harus
meninggalkan istrinya sendirian di rumah dalam keadaan hamil.
Mereka menangis cukup lama saat berpisah. Mereka tidak tahu apakah sang
pria ini akan kembali dengan selamat, karena tidak ada yang tahu. Pergi
berperang sangatlah beresiko.
Anda bisa saja mati seketika
dalam waktu beberapa minggu, beberapa bulan, atau mungkin anda terluka
parah, atau jika anda sangat beruntung, anda akan selamat, pulang ke
rumah, bertemu orang tua, istri dan anak-anak anda.
Pria muda
tersebut cukup beruntung; dia selamat. Beberapa tahun kemudian, dia
dibebastugaskan. Istrinya sangat gembira mendengar kabar bahwa suaminya
akan pulang. Dia pergi ke pintu gerbang desa dan menyambut suaminya, dia
ditemani anak laki-lakinya yang masih kecil. Anak kecil itu dilahirkan
saat ayahnya masih bergabung dengan pasukan militer.
Pada saat
mereka bertemu kembali, mereka menangis dan saling berpelukan, mereka
menitikkan air mata kegembiraan. Mereka sangat beryukur, pria muda
tersebut selamat dan pulang ke rumah. Saat itu adalah pertama kalinya
pria muda itu melihat anak laki-lakinya yang masih kecil.
Berdasarkan tradisi, mereka harus membuat persembahan di altar leluhur,
untuk memberitahu para leluhur bahwa keluarga telah bersatu kembali.
Pria itu meminta istrinya pergi ke pasar untuk membeli bunga,
buah-buahan, dan barang persembahan lain yang diperlukan untuk membuat
persembahan di altar. Pria itu membawa anaknya pulang dan mencoba
membujuk anaknya untuk memanggilnya ayah. Tetapi anak tersebut menolak.
“Tuan, kamu bukanlah ayah saya. Ayah saya adalah orang lain. Dia selalu
mengunjungi kami setiap malam, dan setiap kali ia datang, ibu saya akan
berbicara dengannya lama sekali. Saat ibu duduk... ayah saya juga
duduk, saat ibu tidur, dia juga tidur. Jadi, kamu bukanlah ayah saya.
Ayah muda tersebut sangat sedih, sangat terluka. Dia membayangkan ada
pria lain yang datang ke rumahnya setiap malam dan menghabiskan waktu
semalaman dengan istrinya. Semua kebahagiaannya lenyap seketika.
Kebahagiaan datang sangat singkat, diikuti dengan ketidakbahagiaan.
Ayah muda tersebut sangat menderita sehingga hatinya menjadi sebongkah
batu atau es. Dia tidak dapat lagi tersenyum. Dia menjadi sangat
pendiam. Dia sangat menderita. Istrinya, yang sedang berbelanja, tidak
tahu sama sekali mengenai hal itu.
Sehingga, sewaktu ia pulang
ke rumah, ia sangat terkejut. Suaminya tidak mau menatap wajahnya lagi.
Dia tidak mau berbicara. Dia menjadi sangat dingin, seakan-akan ia
memandang rendah istrinya. Wanita itu tidak mengerti. Mengapa? Sehingga
sang istri mulai menderita. Menderita sangat mendalam.
Setelah
persembahan selesai dibuat, perempuan tersebut meletakkannya di altar.
Suaminya menyalakan dupa, berdoa kepada para leluhur, membentangkan
tikar, melakukan empat sujud dan memberitahukan bahwa ia sudah pulang ke
rumah dengan selamat dan kembali ke keluarganya.
Setelah
mempersembahkan dupa, berdoa dan melakukan empat sujud, ayah muda
tersebut menggulung tikar, dan ia tidak mengizinkan istrinya melakukan
hal yang serupa, karena ia berpikir bahwa istrinya tidak pantas untuk
menampakkan dirinya di depan altar para leluhur. Wanita muda itu
kemudian merasa malu, “terhina” karena peristiwa itu, dan dia menderita
lebih dalam lagi.
Menurut tradisi , setelah upacara selesai,
mereka harus membereskan persembahan, dan keluarga tersebut harus duduk
dan menikmati makanan dengan suka cita dan kegembiraan, tetapi pria muda
tersebut tidak melakukannya. Setelah ritual persembahan pria muda
tersebut kemudian pergi ke desa, dan menghabiskan waktunya di kedai
arak. Pria muda tersebut mabuk karena dia tidak dapat menanggung
penderitaannya.
Pada masa itu, saat mereka sangat menderita,
mereka biasanya pergi ke kedai arak dan minum banyak alkohol. Ia tidak
pulang ke rumah hingga larut malam, sekitar pukul satu atau dua dini
hari dia baru pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Dia mengulangi
perbuatannya tersebut hingga beberapa hari, tidak pernah berbicara
dengan istrinya, tidak pernah menatap istrinya, tidak pernah makan di
rumah, wanita muda tersebut sangat menderita dan ia tidak dapat
menanggungnya.
Pada hari keempat ia melompat ke sungai dan
mati. Dia sangat menderita. Pria tersebut juga sangat menderita. Tapi
tidak seorangpun dari mereka berdua yang datang pada salah satu pihak
dan meminta bantuan, karena “harga diri”-mu harus memanggil dengan nama
aslinya, “harga diri” penghambat.
Saat anda menderita dan anda
yakin bahwa penderitaanmu disebabkan oleh orang yang paling anda cintai,
anda lebih suka menderita sendiri. Harga diri mencegahmu menemui orang
lain dan meminta bantuan.
Bagaimana seandainya sang suami
tersebut menemui istrinya? Situasinya mungkin akan berbeda. Malam itu,
dia harus tetap tinggal di rumah karena istrinya sudah meninggal dunia,
untuk menjaga anak laki-lakinya yang masih kecil. Dia mencari lampu
minyak tanah dan menyalakannya.
Saat lampunya menyala,
tiba-tiba anak kecil itu berteriak: “ini dia Ayahku!” dia menunjuk
bayangan ayahnya di dinding. “Tuan, ayahku biasanya datang tiap malam
dan ibu berbicara banyak dengannya, dia menangis di depannya, setiap
kali ibu duduk, ayah juga duduk. Setiap kali ibu tidur, ayah juga
tidur.”
Jadi, ‘ayah’ yang dimaksudkan anak tersebut hanyalah
bayangan ibunya. Ternyata, wanita itu biasanya berbicara dengan
bayangannya setiap malam, karena dia sangat merindukan suaminya.
Suatu ketika anaknya bertanya kepada ibunya: “Setiap orang di desa
memiliki ayah, kenapa aku tidak punya?” Sehingga pada malam tersebut,
untuk menenangkan anaknya, sang ibu menunjuk bayangannya di dinding, dan
berkata, “Ini dia ayahmu!” dan ia mulai berbicara dengan bayangannya.
“Suamiku sayang, kamu sudah pergi begitu lama. Bagaimana mungkin aku
membesarkan anak kita sendirian? Tolong, cepatlah pulang sayang.” Itulah
pembicaraan yang sering ia lakukan. Tentu saja, saat dia lelah, ia
duduk, dan bayangannya juga duduk. Sekarang ayah muda tersebut mulai
mengerti. Persepsi keliru sudah menjadi jernih. Tetapi semua itu sudah
terlambat, istrinya sudah mati.
Andai saja pria muda tersebut
menemui istrinya dan mengatakan: “Sayang, aku sangat menderita beberapa
hari ini. Sepertinya aku tidak dapat hidup lagi. Tolong aku. Tolong
beritahu aku siapa pria yang selalu datang setiap malam, kamu ajak
bicara, menangis di depannya, setiap kali kamu duduk, ia duduk.” Hal
yang sangat mudah untuk dilakukan. Temui dia dan katakan. Jika pria
tersebut melakukannya, wanita muda itu akan punya kesempatan untuk
menjelaskan, dan tragedi tersebut dapat dihindari.
Mereka dapat
memulihkan kebahagiaan dengan mudah, secara langsung. Tetapi ia tidak
melakukannya karena ia terluka sangat mendalam, dan harga diri telah
mencegahnya untuk menemui istrinya dan meminta bantuan.
Tidak
hanya pria tersebut yang melakukan kesalahan, wanita itu jga melakukan
kesalahan yang serupa. Dia juga sangat menderita, tetapi ia terlalu
sombong untuk meminta bantuan. Dia seharusnya menemui suaminya dan
mengatakan: “Sayang, aku tidak mengerti. Aku sangat menderita. Aku tidak
mengerti mengapa kamu tidak mau menatapku, kamu tidak mau berbicara
denganku, kamu sepertinya merendahkan aku. Tampaknya kamu merasa bahwa
aku ini tidak ada sama sekali.
Apakah aku telah melakukan
kesalahan sehingga aku pantas diperlakukan seperti ini?” itulah yang
seharusnya ia lakukan. “Sayang, aku menderita, tolong aku!”.
Jika dia mengatakannya, pria muda tersebut, suami muda tersebut akan
menjawab seperti ini: “Kenapa? Apakah kamu tidak tahu jawabannya? Siapa
orang yang selalu datang setiap malam, orang yang selalu kamu ajak
bicara?” maka wanita itu seharusnya memiliki kesempatan untuk
menjelaskannya.
Setelah pria muda tersebut sadar akan
kesalahannya, dia menangis dan terus menangis. Dia menjambak rambutnya.
Memukul dadanya. Tapi semuanya sudah terlambat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com