by: http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=427539434674&id=99588142980
Seorang tabi’in berkata, “Sungguh jika tiada sepertiga malam
terakhir, aku tidak betah hidup di dunia ini”. Mereka benar-benar
mereguk kenikmatan tiada tara saat berkhalwat dengan Tuhannya. Namun
mengapa kita belum bisa merasakannya?
Berbagai keutamaan
qiyamul-lail sudah kita baca atau kita dengar dari para ulama. Kitapun
sudah beberapa kali mencoba melaksanakannya, dengan mujahadah
(kesungguhan) melawan kantuk dan dinginnya malam. Namun, berkali-kali
juga kita mengalami futur (lalai), tidak dapat lagi melaksanakan
qiyamul-lail.
Ma’lumat dan pemahaman perihal keutamaan
Qiyamul-Lail tentunya kita sudah sama-sama mafhum. Jika belum silahkan
googling saja dengan keyword “qiyamul lail”, atau mampirlah toko buku
maka akan kita jumpai puluhan buku tentang keutamaan qiyamul-lail.
Namun mengapa demikian berat untuk taf’il (melaksanakan) Qiyamul Lail
tersebut?
Menurut saya, sebabnya adalah karena kita belum
dapat menikmatinya. Sehingga pikiran bawah sadar kita masih merasakan
bahwa qiyamul-lail itu beban yang berat.
Waktu sepertiga
malam, saat dimana bumi mengeluarkan gelombang kekhusyu’an (alfa),
sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”
(Al-Muzammil 6). Seharusnya, saat-saat inilah zikir dan bacaan Al-Quran
kita lebih berkesan, hati lebih mudah bergetar ketika Asma Allah
disebut. Jiwa kita lebih bening sebening embun pagi di dedaunan. Air
mata lebih mudah meleleh bahkan tertumpah dan tak kuasa kita hentikan.
Hati menjadi halus dan lembut, sehingga hijab kita dengan Allah semakin
transparan. Pendeknya inilah surga dunia yang telah dinikmati oleh
para shahabat, tabi’in dan salafus salih. Maukah kita memperolehnya?
Mengapa
kita belum bisa menikmati Qiyamul Lail? Mungkin karena kita kurang
“Mujahadah” (memaksakan diri). Ya, betul… Namun bukan itu maksud saya.
Bisa jadi pada waktu-waktu yang lalu kita sudah mujahadah, namun
lagi-lagi giliran futur itu datang.
Kita sulit qiyamul-lail dan
hati kita mati karena kita masih melakukan banyak ma’shiyat dan dosa.
Bukankah ma’shiyat dan dosa akan menimbulkan noktah hitam di hati
hingga hati kita menjadi kasat dan mati. Do’a yang kita panjatkan tidak
diistijabah oleh Allah SWT. Ya, betul sekali, sangat tepat…! Tapi saya
ingin berangkat dari prespektif lain.
Prespektif lain
itu adalah, kita tidak dapat menikmati qiyamul-lail, dan masih banyak
melakukan ma’shiyat adalah karena “kita belum mengenal dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT”. Hati kita masih diisi oleh selain Allah, masih
jauh dari Allah.
Mari pertama-tama kita niatkan dan azamkan diri kita bahwa kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari
Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah
bersabda, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya
ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku
mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan
orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik
daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun
mendekatkan Diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku
sehasta. Aku pun akan mendekatkan Diri padanya sedepa. Jika ia
mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari
kecil”.
Waktu-waktu di keseharian kita, masih sunyi dari
zikir kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang duduk dalam
suatu tempat, lalu disitu ia tak berzikir kepada Allah, maka kelak ia
akan mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud). Dalam keseharian
kita, di ketika mandi, di perjalanan kantor, istirahat, hati dan
pikiran kita tidak zikir kepada Allah dan lantas diisi oleh selainnya.
Bahkan! bangun tidur kita lupa berdo’a, masuk dan keluar kamar mandi
lupa berzikir, selesai makan lupa memuji dan berterima kasih
kepada-Nya. Astaghfirullahh… beristighfarlah berulang kali saudaraku.
Rasakanlah penyesalan dan biarkan air matamu meleleh…
Mulai
detik ini isilah setiap relung hati dan celah pikiran dengan zikir
kepada Allah. Di setiap waktu dalam 24 jam hidup kita isilah dengan
zikir. Jika kita melakukannya, bahkan dalam tidurpun kita tetap
bermimpi berzikir dan bershalawat. Banyak zikir-zikir singkat, seperti
dua kalimat yang paling berat di sisi Allah, yaitu, “SubhanaLlahi
wabihamdihi… SubhanaLlahil-azhiem…”. Atau dengan beristighfar,
“Astaghfirullah… astaghfirullah…”, bertasbih, “Subahanallahi…
subhanallahi”. Bahkan cukup dengan menyebut asma Allah, “Allah… Allah…
atau Yaa Allah.. Ya Allah”. Lakukanlah dimanapun, dan kapanpun, bahkan
multitasking sambil melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari. Jika ada
waktu senggang, zikir yang paling utama adalah Al-Quran. Membaca
Al-Quran, mentadabburinya, menghafalnya, mengulang hafalan atau bahkan
sekedar mendengarkan kaset murattal AlQuran sambil kita mengendarai
kendaraan.
Zikir ini akan mengikis dosa dan kotoran jiwa,
seperti mengikis karat hingga kemilau emas muncul kembali. Dengan
sendirinya, zikir akan mencegah kita berbuat dosa dan ma’shiyat lagi.
Ketika kita akan berbuat sesuatu yang dilarang Allah, hati yang telah
dipenuhi Asma Allah akan otomatis menolaknya.
Zikir akan
semakin menghaluskan hati kita. Semakin memudahkan kita menangis dalam
berbagai kondisi. Semakin memahami hakikat dan semakin ma’rifat kepada
Allah. Suatu ketika ada sekelompok shahabat yang telah mengalami
kehausan karena kehabisan minuman dalam perjalanan safar berhari-hari.
Ketika mereka menemukan sebuah sumber air, segera mereka minum dan
membasahi muka sepuas-puasnya. Namun ada seorang shahabat yang justru
ketika ia akan mengambil air ia menangis sesenggukan. Shahabat lain pun
bertanya, “Mengapa engkau menangis padahal Allah memberikanmu minuman
pada saat kehausan?”.
Shahabat tersebut berkata, “Ketika
aku membaca do’a “Allahumma bariklana fii maa razaqtana waqina
adzabannaar”, terbayang olehku penduduk neraka yang lebih haus dariku
namun diharamkan padanya meminum air sedikitpun. Firman Allah: “Dan
penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah kepada kami
sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu”. Mereka
(penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
keduanya itu atas orang-orang kafir, (Al-A’raaf: 50). Subhanallah,
shahabat tersebut mampu menangkap hakikat kalimat “waqina adzabannar”
dalam do’a mau makan dan minum, karena ia selalu berzikir mengingat
Allah.
Jika dalam setiap tarikan nafas kita selalu
berzikir, dalam setiap langkah kita diikuti dengan zikir, maka akan
muncul banyak keajaiban dalam hidup kita. Allah akan mengaruniai
limpahan kenikmatan yang menisbikan kenikmatan dunia. Barulah kita bisa
memahami kisah dalam hadits berikut :
Diriwayatkan bahwa
Haritsah RA berkata kepada Rasulullah SAW, “Pagi ini, saya menjadi
mukmin yang sebenarnya”. Beliau berkata kepadanya, “Seorang Mukmin yang
benar itu memiliki hakikat. Lantas apa hakikat dari keimananmu?” Ia
menjawab, “Saya jauhkan diriku dari dunia, hingga di mataku BATU dan
PERMATA terlihat sama….”
Subahanallah… batu dan permata terlihat sama. Kijang dan Alphard terlihat sama!
Kita lanjutkan haditsnya:
“…
Saya seakan-akan melihat singgasana Tuhanku tampak nyata. Saya
seakan-akan melihat penduduk surga bersenang-senang di dalam surga dan
penduduk neraka disiksa di dalam neraka.” Beliau SAW berkata, “Hai
Haritsah, kamu telah mengetahuinya. Karena itu, istiqomahlah”. Inilah
mungkin yang dalam tasawuf disebut “Kasyaf”.
Saudaraku,
mari hidupkan hati, lembutkan jiwa dengan selalu berzikir kepada Allah
SWT. Barulah kita bisa menikmati indahnya dan nikmatnya Qiyamul Lail.
Berikutnya kita akan merasakan berbagai kenikmatan spiritual dan
ayat-ayat keajaiban Allah dalam hidup kita.
Mari penuhi hidup kita dengan zikir, dan perhatikan apa yang akan terjadi. !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com