by: http://filsafat.kompasiana.com/2013/08/23/tarif-ustadz-dan-problem-idealisasi-585867.html
Agama bekerja dalam ranah konsensus, tapi kontennya bukan hasil kesepakatan para peserta konsensus. Kesepakatan beragama adalah rasionalisasi monolog dari nabi kepada yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan idealisasi bahwa sumber rasionalitas berasal dari sumber ilahi. Tak ada paksaan dalam agama. Peserta konsensus mengikuti agama karena argumen yan g ditawarkan agama.
Agama bekerja dalam ranah konsensus, tapi kontennya bukan hasil kesepakatan para peserta konsensus. Kesepakatan beragama adalah rasionalisasi monolog dari nabi kepada yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan idealisasi bahwa sumber rasionalitas berasal dari sumber ilahi. Tak ada paksaan dalam agama. Peserta konsensus mengikuti agama karena argumen yan g ditawarkan agama.
Lantas, bagimana menyikapi isu seputar tarif ustad tersebut?
Menghadirkan ustad
sebagai penceramah adalah bentuk konsensus. Yakni ada kesepakatan
rasional antara sang ustad dan peserta ceramah. Jika menilik etika
diskursus habermas,polemik mengenai ustad yang memasang tarif, maka
kebenaran ada di pihak ustad.
‘Yang moral’ dari
polemik ini adalah keadilan. Yang etis adalah komersialisasi EO .
Prinsip keadilan adalah berlaku universal. Ustad harus dibayar sesuai
dengan pendapatan yang didapat dari mengundang ustad. Secara prosedur,
yang etis harus mengalah kepada yang moral. EO harus membayar kepada ustad setelah dikurangi biaya operasional dan keuntungan yang wajar.
Namun hal tersebut akan terlihat ganjal, karena akan terjadi merkantilisasi dakwah, atau dakwah berwajah kapital.
Yang menjadi masalah adalah justru prosedur konsensus itu sendiri. Prosedur mengadirkan pendakwah.
Dakwah adalah
derivatif agama, maka prosedur nya harus mengikuti idealisasi agama.
Idealisasi tersebut harus ada dari kedua belah pihak. Idealisasi harus
genuine dan tidak diintervensi oleh kepentingan uang dan kuasa. Jika
diintervensi, maka legitimasi tentang konsensus tidak bisa disepakati
bersama. Sebagai bukti, adalah adanya ungkapan ‘ustad mata duitan’ dan
‘ustad yang dimanfaatkan’. Artinya tidak ada keikhlasan diantara sesama
peserta konsensus.
Idealisasi pertama,
ilmu agama berhak dimiliki oleh semua orang. Implikasinya, ustad wajib
menyebarkan ilmu agama kepada semua golongan. Ceramah-cermah yang
memungut biaya merupakan pengkhianatan terhadap idealisasi bahwa ilmu
untuk semua.
Idealisasi kedua,
peserta majelis-majelis ilmu wajib memberi penghargaan kepada ustad.
Idealisasi kedua ini mungkin jarang digaungkan, sehingga yang dilakukan
ustad kurang dihargai. Rasionalisasi penghargaan ini bisa berupa
macam-macam dan tidak harus materi. Rasionalisasi berasal dari alasan
ketersediaan ustad untuk meluangkan waktu dan menyebarkan ilmunya.
Rasionalisasi tidak boleh di patok, dan harus subyektif berdasarkan
kemampuan pendengar ceramah dengan idealisasinya. Jika seseorang
memiliki harta trilyunan, maka member uang terima kasih kepada ustad
beberapa juta, maka kita sebut pelit. Rasionalisasi keuntungan tampil di
televisi adalah sepenuhnya milik ustad setelah dikurangi keuntungan
yang wajar. Artinya pihak televisi tidak menentukan dari awal tarif sang
ustad, tetapi hasil yang didapat tersebut berasal dari besar kecil
pendapatan acara tersebut. Peserta ceramah yang tidak mempunyai uang pun
(ceramah mandiri diluar televisi), harus menghargai ustad dengan
tenaganya. Semisal membantu pekerjaan ustad, atau memijit ustad.
Intinya, idealisasi yang kedua ini sangat penting, yakni peserta ceramah
jangan pernah berfikir untuk tidak memberikan penghargaan kepada ustad
yang telah diundangnya.
Namun, jika
berdasarkan penghargaan, kelemahannya adalah ustad bisa memilih jenis
dan siapa yang memberi penghargaan dengan cara membedakan peserta
ceramahnya. Jika demikian,idealisasi yang pertama harus ada pada diri
ustad sendiri. Menyebarkan ilmu
tidak dibatasi kepada golongan. Jadwal ceramah ustad tidak perlu
menimbang-nimbang siapa yang mengundang. Pertimbangannya hanya
visibilitas dan integritas memagang janji, tanpa ada satu yang mesti
didahulukan dibanding yang lain.
Idealisasinya adalah
ustad tidak boleh membeda-bedakan calon peserta ceramahnya, dan peserta
ceramah wajib mengapresiasikan secara kongkrit wujud terimakasih.
Pemikiran komersialisasi diantara keduanya harus dihapuskan.
Jadi, prosedur etis
harus mengalah dari prosedur moral. Prosedur etis bersifat memihak,
sedang prosedur moral bersifat universal. Ustad yang menimbang-nimbang
bayaran dan pendengar yang ingin ceramah ‘gratisan’ merupakan prosedur
etis yang harus dikesampingkan.
Universalisasi norma
bahwa ilmu agama untuk semua dan penghargaan kepada pemberi ilmu
merupakan norma moral yang harus diutamakan.
Tak perlu ada
standarisasi diantara ustad dan pengundangnya. Yang perlu hanya
idealisasi ustad bekerja secara ikhlas, dan idealisasi pengundang untuk
memberikan penghargaan sekuat tenaga tanpa pernah berfikir komersil atau
menghargai ustad dengan semenamena.
Yang juga penting
adalah pemahaman idealisasi. Idealisasi adalah ketika kita berusaha
menggambar lingkaran, maka diasumsikan lingkaran yang dibuat adalah
sempurna. Artinya ada niat membuat lingkaran, dan bukan membuat bujur
sangkar lantas berujar “kita bukan malaikat”. Itu konyol namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com