Rektor Institut Teknologi Bandung, Akhmaloka, mewakili sivitas
akademika ITB meminta maaf ke khalayak luas terkait kasus suap Rudi
Rubiandini.
“ITB menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada masyarakat dan bangsa Indonesia atas kejadian yang memprihatinkan dan sangat tidak kita harapkan ini,” kata Akhmaloka di Ruang Rapat Pimpinan Gedung Rektorat ITB (Tempo.co, 16/8/2013).
Soal memaafkan saya pikir rakyat Indonesia adalah bangsa pemaaf. Bahkan mungkin lebih dari itu: rakyat Indoensia sudah memaafkan jauh sebelum koruptor ditangkap KPK. Tidak ada bangsa yang kelapangan hatinya seluas rakyat Indonesia. Percayalah, ingatan rakyat terkait kasus suap Rudi Rubiandini akan segera tergerus oleh kasus lain. Minimal tergerus oleh kerasnya kerja memenuhi kebutuhan hidup.
Rakyat Indonesia tidak tertindas oleh ketidakmenentuan dalam kehidupan bernegara. Republik ayo, kerajaan monggo. Presidensial silakan, parlementer tak apa. Kalau pengurus negerinya mengabdi kepada mereka, ya, tidak dipuji. Kalau mengabdinya kepada diri penguasa sendiri, ya, dibiarkan. Kalau tidak mengabdi malah menganiaya, ya, dikutuk beberapa saat saja, tulis Cak Nun dalam Champion of Life.
Maka jangan kawatir Pak Akhmaloka, rakyat akan memaafkan bukan hanya kasus suap Rudi Rubiandini. Rakyat Indonesia sudah memaafkan bahkan tidak menuntut kepemimpinan kepada pemimpin.
Mengutip tulisan Cak Nun tentang “daya tahan” rakyat Indoensia, (mereka) tidak menuntut komitmen kerakyatan kepada petugas pemerintahan yang mereka upah. Tidak menagih kesejahteraan kepada pengelola tanah airnya, bahkan menyedekahkan kekayaan kepada kepala negara kepala pemerintahan dan seluruh jajarannya.
Yang bikin saya bingung menjawab adalah ketika putra saya, kelas lima sekolah dasar, bertanya, “Pak, Guru Besar kok Korupsi?”
Spontan saya terdiam. Apa saya harus menjawabnya seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa korupsi dilakukan karena ada peluang. Kekuasaan sering membuat pemiliknya menyalahgunakan kewenangan (Tempo.co, 16/8/2013).
Apakah saya harus berceramah, seorang Guru Besar juga manusia yang gampang tergoda untuk mempertahankan atau mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi? Bahkan seorang “Guru Kecil” pun juga amat gampang melakukan manipulasi di sekolahnya dan mengajar seenaknya di kelas? Manipulasi SK demi lolos sertifikasi dilakukan ratusan guru di Jawa Timur (Jawa Pos, 16/8/2013).
Guru Besar sampai “Guru Kecil” terlibat korupsi dan manipulasi. Permintaan maaf rasanya seperti menyederhanakan masalah. Sementara yang dihadapi adalah darurat pendidikan yang miskin teladan.
Benar juga apa yang ditulis Cak Nun. “Jangankan tentang isi dunia, sejarah, negara, pemerintah, penggadaian kekayaan tanah air, korupsi, dan perampokan oleh luar maupun dalam negeri: sedangkan terhadap surga sesungguhnya mereka tidak rindu-rindu amat, dan terhadap neraka mereka tidak benar-benar ngeri.”
Atas pertanyaan putra saya tadi, sungguh, saya belum menemukan jawabannya. []
Pong Sahidy
by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/16/anak-kelas-5-sd-pak-guru-besar-kok-korupsi-581708.html
“ITB menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada masyarakat dan bangsa Indonesia atas kejadian yang memprihatinkan dan sangat tidak kita harapkan ini,” kata Akhmaloka di Ruang Rapat Pimpinan Gedung Rektorat ITB (Tempo.co, 16/8/2013).
Soal memaafkan saya pikir rakyat Indonesia adalah bangsa pemaaf. Bahkan mungkin lebih dari itu: rakyat Indoensia sudah memaafkan jauh sebelum koruptor ditangkap KPK. Tidak ada bangsa yang kelapangan hatinya seluas rakyat Indonesia. Percayalah, ingatan rakyat terkait kasus suap Rudi Rubiandini akan segera tergerus oleh kasus lain. Minimal tergerus oleh kerasnya kerja memenuhi kebutuhan hidup.
Rakyat Indonesia tidak tertindas oleh ketidakmenentuan dalam kehidupan bernegara. Republik ayo, kerajaan monggo. Presidensial silakan, parlementer tak apa. Kalau pengurus negerinya mengabdi kepada mereka, ya, tidak dipuji. Kalau mengabdinya kepada diri penguasa sendiri, ya, dibiarkan. Kalau tidak mengabdi malah menganiaya, ya, dikutuk beberapa saat saja, tulis Cak Nun dalam Champion of Life.
Maka jangan kawatir Pak Akhmaloka, rakyat akan memaafkan bukan hanya kasus suap Rudi Rubiandini. Rakyat Indonesia sudah memaafkan bahkan tidak menuntut kepemimpinan kepada pemimpin.
Mengutip tulisan Cak Nun tentang “daya tahan” rakyat Indoensia, (mereka) tidak menuntut komitmen kerakyatan kepada petugas pemerintahan yang mereka upah. Tidak menagih kesejahteraan kepada pengelola tanah airnya, bahkan menyedekahkan kekayaan kepada kepala negara kepala pemerintahan dan seluruh jajarannya.
Yang bikin saya bingung menjawab adalah ketika putra saya, kelas lima sekolah dasar, bertanya, “Pak, Guru Besar kok Korupsi?”
Spontan saya terdiam. Apa saya harus menjawabnya seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa korupsi dilakukan karena ada peluang. Kekuasaan sering membuat pemiliknya menyalahgunakan kewenangan (Tempo.co, 16/8/2013).
Apakah saya harus berceramah, seorang Guru Besar juga manusia yang gampang tergoda untuk mempertahankan atau mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi? Bahkan seorang “Guru Kecil” pun juga amat gampang melakukan manipulasi di sekolahnya dan mengajar seenaknya di kelas? Manipulasi SK demi lolos sertifikasi dilakukan ratusan guru di Jawa Timur (Jawa Pos, 16/8/2013).
Guru Besar sampai “Guru Kecil” terlibat korupsi dan manipulasi. Permintaan maaf rasanya seperti menyederhanakan masalah. Sementara yang dihadapi adalah darurat pendidikan yang miskin teladan.
Benar juga apa yang ditulis Cak Nun. “Jangankan tentang isi dunia, sejarah, negara, pemerintah, penggadaian kekayaan tanah air, korupsi, dan perampokan oleh luar maupun dalam negeri: sedangkan terhadap surga sesungguhnya mereka tidak rindu-rindu amat, dan terhadap neraka mereka tidak benar-benar ngeri.”
Atas pertanyaan putra saya tadi, sungguh, saya belum menemukan jawabannya. []
Pong Sahidy
by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/16/anak-kelas-5-sd-pak-guru-besar-kok-korupsi-581708.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com