Cinta dalam bahasa arab umumnya menggunakan kata habba-yuhibbu "حُبُّ" hubbun, terdiri dari huruf (ح) ha dan (ب)
ba, dan memang sepertinya kata inilah yang tepat untuk menggambarkan
maksud atau makna cinta. Ada banyak makna tergantung kepada apa
disandarkan atau dinisbahkan. Bisa bermakna menyukai, menyenangi,
menginginkan, menghendaki, menggemari, memenuhi, mengutamakan,
mengasihi, menyayangi, memilih, ramah.
Selain itu ketika
disebutkan kata "cinta" maka makna yang pertama kali muncul pada pikiran
seseorang akan berbeda-beda tergantung kondisi zaman atau masa ketika
itu, opini yang berkembang ketika itu, dan juga konteks pembicaraan dan
pengetahuan orang tersebut.
Dan Al-Imam Ath-Thohawy dalam syarah aqidah ath-thohawiyah menyebutkan ada sepuluh tingkatan cinta (al-mahabbah) dengan maknanya masing-masing. Adapun Al-Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin, 3/9 mengatakan:
“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan
tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas,
(berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” Wallahu a'lam,
demikian perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Dan tentang macam-macam cinta maka ada beberapa jenis pembagian, diantaranya:
Dan tentang macam-macam cinta maka ada beberapa jenis pembagian, diantaranya:
Pembagian Cinta Berdasarkan Hukumnya
1. Ibadah
yaitu cinta kepada Allah dan cinta kepada perkara yang dicintai Allah
Allah ta'ala berfirman: "adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah" [Al-baqaroh: 165]
Rasul shallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:"Tiga perkara yang apabila ada pada seorang hamba ia
akan merasakan manisnya keimanan: (1)Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
dari selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang dan tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah (3) dan ia benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk di
ceburkan ke dalam neraka [HR.Bukhori: 16, Muslim: 43]
2. Kesyirikan
yaitu cinta kepada selain Allah sebagaimana kecintaannya kepada Allah atau bahkan lebih
Allah berfirman: "Dan
diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan
(Allah), yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah" [Al-Baqaroh:
165]
3. Kemaksiatan
yaitu mencintai perkara
yang haram, kebid'ahan, kemaksiatan, serta mencintai pelaku kebid'ahan,
dan pengikut hawa nafsu, dan yang lainnya dari kecintaan yang
menyelisihi syariat.
Allah berfirman: "Dan wanita-wanita
di kota berkata: "Isteri Al Aziz [1] menggoda bujangnya untuk
menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya
itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam
kesesatan yang nyata."
4. Mubah
yaitu cinta tabiat,
seperti mencintai anak-anak, keluarga, jiwa, harta, makan, tidur, dan
perkara-perkara lain yang dibolehkan syariat. Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖوَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖوَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Namun seharusnya kecintaan pada perkara ini hanya sebatas kecintaan tabiat yang manusiawi. Apabila perkara-perkara tersebut menyibukkan, atau memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah dan menjadikannya meninggalkan beberapa perkara yang diwajibkan, maka kecintaan seperti ini termasuk kecintan maksiat. Terlebih lagi apabila kecintaan ini sampai melampaui batas dalam kehidupannya dan hatinya dan dia mencintainya seperti mencintai Allah atau bahkan lebih, maka kecintaan ini menjadi kecintaan syirik (kesyirikan).[3]
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
يا
أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ
عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُولٰئِكَ هُمُ الْخاسِرُونَ
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi." [Al-Munaafiqun: 9]
رِجَالٌ
لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ
الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” [An Nur: 37]
Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa cinta terhadap wanita ada tiga jenis:
Yang pertama, Cinta sebagai amalan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) dan ketaatan. Cinta ini seperti cinta seorang pria kepada istri dan budak wanitanya (jariyah). Ini adalah cinta yang bermanfaat, karena lebih kuat mengajak kepada tujuan disyariatkannya nikah oleh Allah, lebih menahan pandangan dan hati dari melihat-lihat kepada yang bukan istrinya. Oleh sebab itu pemilik cinta ini dipuji di sisi Allah dan manusia.
Yang kedua. Adalah cinta yang menjadi kemurkaan Allah dan jauh dari rahmat-Nya. Inilah cinta yang lebih berbahaya bagi seorang manusia terhadap dunia dan agamanya, yaitu cinta kepada murdan (laki-laki berparas wanita, baik masih anak-anak atau remaja putra yang belum tumbuh janggut dan kumisnya). Tidaklah diuji dengan keadaan ini kecuali orang-orang yang memang jatuh derajatnya disisi Allah. Orang seperti ini diusir dari pintu-Nya, bahkan hatinya dijauhkan dari-Nya. Ini adalah tabir paling tebal antara seseorang dan Allah.
Sebagaiman kata sebagian salaf (pendahuluan yang shaleh), "Apabila seorang hamba sudah jatuh nilainya dalam pandangan Allah, niscaya Allah menimpakan bala kepadanya berupa perasaan cinta terhadap murdan."
Cinta seperti inilah yang membawa umat nabi Luth kepada apa yang mereka rasakan. Tidaklah mereka mengalaminya kecuali dari arah 'isyq ini. Allah berfirman:
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
"Demi umurmu (Muhammad) Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)"[al-Hijr: 72]
Kata 'isyq sendiri artinya ifrath fil mahabbah (berlebihan dalam mencintai), yakni berkuasanya ma'syuq (yang dicintai) atas hati 'asyiq (yang mencintai) hingga ma'syuq tidak pernah hilang sekejap pun dalam khayal dan pikirannya. Awalnya mudah dan manis. Di tengah, dia adalah kegelisahan dan kesibukan hati (memikirkan si dia) dan racun. Adapun akhir dari 'isyq ini adalah celaan dan pembunuhan apabila pelakunya tidak mendapatkan pertolongan atau perhatian dari Allah.
Obat penyakit ini adalah istighatsah kepada Yang membolak-balikkan hati, jujur mencari perlindungan kepada-Nya, menyibukkan diri dengan zikir kepada-Nya, mengganti cinta itu dengan cinta kepada-Nya, dan dekat kepada-Nya, memikirkan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh rasa 'isyq ini, kelezatan yang hilang karenanya, sehingga mengakibatkan kehilangan cinta yang lebih besar, mendapat sebesar-besar sesuatu yang tidak disukai.
Jika jiwa seseorang melangkah kepada perasaan tersebut, bahkan mengutamakannya hendaklah dia bertakbir untuk jiwanya empat kali sebagaimana takbir shalat jenazah, karena hatinya telah mulai mati, atau telah mati. Hendaknya dia mengetahui bahwa petaka sedang mengepungnya.
Yang ketiga, adalah cinta yang mubah, yang tidak dapat dikuasai. Hal ini seperti cinta seseorang yang diberitakan kepadanya sosok wanita yang cantik atau dia melihatnya secara tidak sengaja, lalu hatinya terpikat dan menumbuhkan cinta. Rasa cinta itu tidak pula melahirkan satu kemaksiatan pun. Cinta seperti ini tidak mungkin dikuasai, tidak pula ada hukumnya. Tetapi, yang berguna dalam menghadapinya adalah menepisnya dan menyibukkan diri dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. Wajib pula menyembunyikan dan menjaga kehormatan dirinya serta bersabar atas ujian yang diterimanya ini.
Kalau sudah demikian Allah akan memberinya pahala dan memberinya ganti karena kesabaran dan sikap 'iffah-nya (menjaga diri) serta menolak menaati hawa nafsunya dan lebih mendahulukan keridhaan Allah serta apa-apa yang ada disisi-Nya.[4]
Pembagian Cinta kepada Allah
Berkata Ibnul qoyyim rahimahullah: Ada empat jenis cinta yang harus dibedakan masing-masingnya, dan akan sesatlah orang yang tidak dapat membedakannya.1. Mencintai Allah
dan tidak cukup dengan hal ini saja untuk dapat selamat dari adzab Allah dan mendapatkan pahalanya dikarenakan kaum musyrikin dan para ahli ibadah nashrani, yahudi dan selainnya juga mencintai Allah.2. Mencintai perkara yang dicintai Allah,
Kecintaan seperti adalah kecintaaan yang menggolongkan seseorang ke dalam islam, dan mengeluarkannya dari kekufuran dan orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling kuat dan kokoh kecintaannya dalam perkara ini.3. Mencintai karena Allah
Kecintaan ini adalah konsekwensi dari kecintaan kepada perkara yang dicintai Allah dan tidaklah tegak kecintaan kepada perkara yang dicintai Allah melainkan dengan kecintaan karena ikhlas kepada Allah dan karena mentaati Allah.4. Kecintaan kepada sesuatu bersamaan dengan kecintaan kepada Allah
yaitu kecintaan yang sama atau lebih dari kecintaan kepada Allah. Ini adalah kecintaan syirik dan semua orang yang mencintai sesuatu bersamaan dengan kecintaan kepada Allah bukan karena ikhlas kepada Allah dan bukan juga karena mentaati Allah, maka sungguh ia telah mensekutukan Allah. Inilah kecintaan kaum musyrikin. [5]SUMBER: http://ittaqi-tafuzi.blogspot.com/2013/01/makna-cinta-sejati-pembagian-cinta-hukum-cinta-dalam-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com