KHUTBAH PERTAMA:
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Salah satu karakter menonjol syariat Islam, adalah agama kita datang dengan membawa dan menjunjung tinggi kasih sayang. Begitu banyak nas dari al-Qur’an maupun Sunnah yang menjelaskan hal itu. Di antaranya:
Firman Allah ta’ala,
Juga sabda Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam,
Jama’ah Jum’at yang kami hormati…
Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak cukup hanya dengan memaparkan konsep global, namun juga menjabarkannya secara terperinci. Menyebutkan potret-potretnya secara detil dan menggambarkan dengan begitu jelas praktek nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik dari sisi kekerabatan maupun agama, semuanya berhak mendapat kasih sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama. Tidak cukup hanya para manusia yang perlu disayangi, makhluk lain, semisal binatang dan tetumbuhan pun mendapatkan jatah kasih sayang, jauh hari sebelum orang-orang barat mengkampanyekan kasih sayang terhadap binatang atau mencanangkan program green life.
Mengenai kasih sayang terhadap anak, kiranya kisah yang terjadi di zaman nubuwwah berikut bisa sedikit menggambarkannya. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bertutur,
Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati Allah…
Untuk memotivasi sifat saling menyayangi sesama muslim, selain dengan menjelaskan hak dan kewajiban di antara mereka, Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam juga membuat sebuah perumpamaan yang sangat indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin berkasih sayang di antara mereka,
Bahkan Islam juga menerangkan jalan yang seharusnya ditempuh untuk mengantarkan kepada terciptanya kasih sayang tersebut. Di antaranya, dalam sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam,
Para hadirin dan hadirat yang kami cintai…
Dalam menebarkan kasih sayang, Islam tidak hanya berhenti dalam wilayah sesama muslim saja, namun juga merambah hubungan dengan non muslim. Di antara potretnya yang paling jelas, Islam memotivasi mereka untuk masuk dan mengikuti agama kasih sayang; agama Islam, agar mereka bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
Andaikan mereka enggan masuk Islam dan tidak memerangi kaum muslimin, mereka tetap berhak untuk disikapi secara lahiriah dengan baik. Allah ta’ala menjelaskan,
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Yang lebih menakjubkan lagi, agama kita tidak hanya memperhatikan kasih sayang sesama manusia, namun juga mengajarkan kasih sayang kepada penghuni bumi lainnya, yaitu binatang dan tetumbuhan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengisahkan,
Tidak cukup hanya mengajarkan kasih sayang semasa hidup para hewan tersebut, bahkan Islam juga memerintahkan agar mempraktekkan kasih sayang, sampaipun di detik-detik akhir hidup para hewan tersebut, yakni manakala kita bermaksud untuk menyembelihnya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
Jamaah Jum’at yang kami hormati …
Masih banyak potret lain yang menggambarkan betapa ajaran Islam sangatlah menjunjung kasih sayang. Kasih sayang kepada pelaku kesalahan terutama dari kalangan orang-orang yang terbatas ilmunya. Kasih sayang kepada tetumbuhan. Kasih sayang kepada orang tua dan kerabat. Kasih sayang kepada tetangga. Dan segudang contoh lainnya, yang tidak mungkin dipaparkan dalam kesempatan singkat ini. Semoga sedikit pemaparan di atas bisa menggambarkan pada kita betapa Islam benar-benar agama yang mengutamakan kasih sayang dan memotivasi umatnya untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari…
Itulah sekelumit konsep kasih sayang dalam Islam. Namun demikian, di zaman kita ini, ada dua kubu yang bertolak belakang dalam menyikapi konsep tersebut.
Golongan pertama: yang kurang mempedulikan salah satu tujuan utama kedatangan Islam ke muka bumi itu.
Sedangkan golongan kedua: yang kebablasan dalam menerjemahkan kasih sayang.
Golongan pertama adalah mereka yang menampakkan Islam sebagai agama yang garang, galak dan gemar menumpahkan darah –tanpa aturan–. Setali tiga uang, ada pula yang menggambarkan pada umat bahwa seorang muslim yang berpegang teguh dengan ajaran Islam, haruslah bermuka sangar, bertutur kata pedas, tidak ramah, enggan menebarkan salam dan seabreg perilaku kurang simpatik lainnya.
Kebalikannya, golongan kedua, yakni orang-orang yang keliru dalam menafsirkan kasih sayang. Mereka menjadikan kasih sayang sebagai dalih untuk mempertahankan tradisi yang bertolak belakang dengan Islam. Tidak cukup sampai di situ, bahkan mereka melontarkan tuduhan miring kepada pihak yang berusaha mengembalikan umat kepada ajaran murni Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, sebagai kaum yang tidak peduli dengan prinsip kasih sayang.
Memang lembaran sejarah mengatakan, bahwa setiap kali muncul penyimpangan yang bernuansa ekstrim dan berlebihan, hampir bisa dipastikan akan muncul tandingannya berupa penyimpangan yang bernuansa bermudah-mudahan.
Adapun sikap yang benar adalah: sikap pertengahan di antara keduanya.
Sekurang-kurangnya, seorang muslim tertuntut untuk bisa memadukan antara dua hal: tegas dalam berprinsip dan santun dalam bersikap. Tegas dalam berprinsip menggambarkan keteguhannya dalam berpegang dengan ajaran Islam yang benar. Sedangkan santun dalam bersikap dan keluwesan dalam bermu’amalah dengan siapapun –selama masih dalam koridor yang dibolehkan agama– merupakan penjabaran dari kasih sayang kepada sesama insan. Bahkan perilaku simpatik tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendakwahi orang-orang yang menyimpang dari garis lurus tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam.
Semoga Allah berkenan mengaruniakan taufik-Nya pada kita agar termasuk golongan pertengahan tersebut. Amien ya Mujibas sâ’ilin…
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ
كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Salah satu karakter menonjol syariat Islam, adalah agama kita datang dengan membawa dan menjunjung tinggi kasih sayang. Begitu banyak nas dari al-Qur’an maupun Sunnah yang menjelaskan hal itu. Di antaranya:
Firman Allah ta’ala,
“وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ“
Artinya: “Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam”. QS. Al-Anbiya’: 107.Juga sabda Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam,
“الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ؛ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ”
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi Allah Yang Maha
Penyayang. Sayangilah siapa yang ada di atas muka bumi, niscaya kalian
akan disayangi oleh siapa yang ada di langit”. HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr dan dinilai hasan sahih oleh Tirmidzy.Jama’ah Jum’at yang kami hormati…
Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak cukup hanya dengan memaparkan konsep global, namun juga menjabarkannya secara terperinci. Menyebutkan potret-potretnya secara detil dan menggambarkan dengan begitu jelas praktek nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik dari sisi kekerabatan maupun agama, semuanya berhak mendapat kasih sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama. Tidak cukup hanya para manusia yang perlu disayangi, makhluk lain, semisal binatang dan tetumbuhan pun mendapatkan jatah kasih sayang, jauh hari sebelum orang-orang barat mengkampanyekan kasih sayang terhadap binatang atau mencanangkan program green life.
Mengenai kasih sayang terhadap anak, kiranya kisah yang terjadi di zaman nubuwwah berikut bisa sedikit menggambarkannya. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bertutur,
“قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ
التَّمِيمِيُّ جَالِسًا. فَقَالَ الْأَقْرَعُ: “إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنْ
الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا”. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: “مَنْ لَا
يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ”
“Suatu saat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mencium (cucu
beliau) al-Hasan bin ‘Ali dan saat itu ada al-Aqra’ bin Hâbis at-Tamimy
duduk di samping beliau. Serta merta al-Aqra’ berkomentar, “Aku memiliki
sepuluh anak, sungguh tidak pernah satupun di antara mereka yang
kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam pun memandangnya
seraya berkata, “Barang siapa tidak mengasihi maka ia tidak akan
dikasihi!”. HR. Bukhari dan Muslim.Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati Allah…
Untuk memotivasi sifat saling menyayangi sesama muslim, selain dengan menjelaskan hak dan kewajiban di antara mereka, Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam juga membuat sebuah perumpamaan yang sangat indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin berkasih sayang di antara mereka,
“مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ
عُضْوٌ؛ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى”.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwah, kasih sayang dan
kepedulian sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota
tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bersolidaritas dengan ikut
begadang dan merasa sakit”. HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu.Bahkan Islam juga menerangkan jalan yang seharusnya ditempuh untuk mengantarkan kepada terciptanya kasih sayang tersebut. Di antaranya, dalam sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam,
“لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا،
وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ
إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ”
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian
tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian
kutunjukkan tentang sesuatu yang jika kalian praktekkan niscaya kalian
akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.Para hadirin dan hadirat yang kami cintai…
Dalam menebarkan kasih sayang, Islam tidak hanya berhenti dalam wilayah sesama muslim saja, namun juga merambah hubungan dengan non muslim. Di antara potretnya yang paling jelas, Islam memotivasi mereka untuk masuk dan mengikuti agama kasih sayang; agama Islam, agar mereka bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ
بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ
يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ؛ إِلَّا كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ”
“Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi
atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan
belum beriman dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni
neraka”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.Andaikan mereka enggan masuk Islam dan tidak memerangi kaum muslimin, mereka tetap berhak untuk disikapi secara lahiriah dengan baik. Allah ta’ala menjelaskan,
“لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ
يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ، وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن
تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ”.
Artinya: “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu dalam urusan
agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil”. QS. Al-Mumtahanah: 8.Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Yang lebih menakjubkan lagi, agama kita tidak hanya memperhatikan kasih sayang sesama manusia, namun juga mengajarkan kasih sayang kepada penghuni bumi lainnya, yaitu binatang dan tetumbuhan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengisahkan,
“كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ، فَرَأَيْنَا
حُمَرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ، فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا، فَجَاءَتْ
الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تَفْرِشُ. فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا؟ رُدُّوا
وَلَدَهَا إِلَيْهَا!” وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا
فَقَالَ: “مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ؟” قُلْنَا: “نَحْنُ” قَالَ: “إِنَّهُ لَا
يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ”
“Suatu hari kami bepergian beserta Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam. Di tengah perjalanan, beliau memisahkan diri
untuk menunaikan hajat. Saat itu kami melihat induk burung bersama
kedua anaknya yang masih kecil. Maka kami mengambil dua anak burung itu.
Induk burung pun mengepak-epakkan sayapnya gelisah. Manakala Nabi
shallallahu’alaihiwasallam datang beliau bertanya, “Siapa yang menyakiti
burung ini (dengan mengambil) anaknya? Kembalikan anaknya kepada sang
induk!”. Beliau juga melihat ada perkampungan sarang semut telah
dibakar. Beliaupun berkata, “Siapa yang membakar ini?”. “Kami”. “Tidak
pantas menyiksa dengan api kecuali Penguasa api” . HR. Abu Dawud dan isnadnya dinilai sahih oleh al-Hakim.Tidak cukup hanya mengajarkan kasih sayang semasa hidup para hewan tersebut, bahkan Islam juga memerintahkan agar mempraktekkan kasih sayang, sampaipun di detik-detik akhir hidup para hewan tersebut, yakni manakala kita bermaksud untuk menyembelihnya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ
فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ؛ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ
ذَبِيحَتَهُ”
“Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik dalam segala
sesuatu. Jika kalian akan membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Jika
kalian akan menyembelih sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah
kalian mengasah pisau kalian dan menenangkan hewan yang akan
disembelihnya”. HR. Muslim dari Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu.Jamaah Jum’at yang kami hormati …
Masih banyak potret lain yang menggambarkan betapa ajaran Islam sangatlah menjunjung kasih sayang. Kasih sayang kepada pelaku kesalahan terutama dari kalangan orang-orang yang terbatas ilmunya. Kasih sayang kepada tetumbuhan. Kasih sayang kepada orang tua dan kerabat. Kasih sayang kepada tetangga. Dan segudang contoh lainnya, yang tidak mungkin dipaparkan dalam kesempatan singkat ini. Semoga sedikit pemaparan di atas bisa menggambarkan pada kita betapa Islam benar-benar agama yang mengutamakan kasih sayang dan memotivasi umatnya untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari…
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِسُنَّةِ سَيِّدِ
الْمُرْسَلِيْنَ، إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْأَرْبَابِ، وَمُسَبِّبِ
الْأَسْبَابِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْعَزِيْزُ
الْوَهَّابُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ
مَنْ قَامَ بِالدَّعْوَةِ وَالْاِحْتِسَابِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُوْلِي الْبَصَائِرِ
وَالْأَلْبَابِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ
يَوْمِ الْمَآبِ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…Itulah sekelumit konsep kasih sayang dalam Islam. Namun demikian, di zaman kita ini, ada dua kubu yang bertolak belakang dalam menyikapi konsep tersebut.
Golongan pertama: yang kurang mempedulikan salah satu tujuan utama kedatangan Islam ke muka bumi itu.
Sedangkan golongan kedua: yang kebablasan dalam menerjemahkan kasih sayang.
Golongan pertama adalah mereka yang menampakkan Islam sebagai agama yang garang, galak dan gemar menumpahkan darah –tanpa aturan–. Setali tiga uang, ada pula yang menggambarkan pada umat bahwa seorang muslim yang berpegang teguh dengan ajaran Islam, haruslah bermuka sangar, bertutur kata pedas, tidak ramah, enggan menebarkan salam dan seabreg perilaku kurang simpatik lainnya.
Kebalikannya, golongan kedua, yakni orang-orang yang keliru dalam menafsirkan kasih sayang. Mereka menjadikan kasih sayang sebagai dalih untuk mempertahankan tradisi yang bertolak belakang dengan Islam. Tidak cukup sampai di situ, bahkan mereka melontarkan tuduhan miring kepada pihak yang berusaha mengembalikan umat kepada ajaran murni Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, sebagai kaum yang tidak peduli dengan prinsip kasih sayang.
Memang lembaran sejarah mengatakan, bahwa setiap kali muncul penyimpangan yang bernuansa ekstrim dan berlebihan, hampir bisa dipastikan akan muncul tandingannya berupa penyimpangan yang bernuansa bermudah-mudahan.
Adapun sikap yang benar adalah: sikap pertengahan di antara keduanya.
“وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا”
Artinya: “Demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang pertengahan”. QS. Al-Baqarah: 143.Sekurang-kurangnya, seorang muslim tertuntut untuk bisa memadukan antara dua hal: tegas dalam berprinsip dan santun dalam bersikap. Tegas dalam berprinsip menggambarkan keteguhannya dalam berpegang dengan ajaran Islam yang benar. Sedangkan santun dalam bersikap dan keluwesan dalam bermu’amalah dengan siapapun –selama masih dalam koridor yang dibolehkan agama– merupakan penjabaran dari kasih sayang kepada sesama insan. Bahkan perilaku simpatik tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendakwahi orang-orang yang menyimpang dari garis lurus tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam.
Semoga Allah berkenan mengaruniakan taufik-Nya pada kita agar termasuk golongan pertengahan tersebut. Amien ya Mujibas sâ’ilin…
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحكم الله– على الصادق
الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على
إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد
كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…
oleh Ust. Tri Setiadi, S.Pd.I di sadur dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com