SEBUAH KISAH PANJANG TENTANG PEMUJAAN/ PESUGIHAN
Seperti biasa, saya akan memakai bahasa aku sebagai peran pelaku. Kisah
ini bersumber dari kehidupan nyata saya yaitu, sahabat saya ditempat
kerja, sebenarnya dia malu untuk bercerita karena ini menyangkut atas
nama keluarga besarnya, namun entah karena apa tiba tiba dia telepon dan
mengajak saya bertemu ditempat biasanya kita saling curhat, dia
bercerita kisah perjalanan hidupnya yang sampai masih teringat di
benaknya, sebenarnya kejadian ini sudah lama, namun apa salahnya saya
ceritakan untuk dipostingkan di page Selayang Pandang in, biar bisa jadi
pembelajaraan bahwa pemuja itu sesat.
Baiklah akan saya mulai awal kisah ini.
Aku merupakan anak perempuan paling bungsu diantara lima bersaudara,
namun sampai cerita ini aku beberkan semua keluarga saya sudah tiada,
hanya tinggal saya yang masih hidup dengan tante tante saya yang masih
terbilang saudara jauh, sementara ayah, ibu dan saudara kandung saya
telah meninggal dunia.
Aku seorang sarjana lulusan universitas
bergengsi di Surabaya, dari hasil buka restoran itulah orang tuaku bisa
membiayai kakak dan aku menjadi seorang sarjana, bahkan kehidupan kami
dimasyarakat, terbilang kami orang kaya, dimana setiap Hari Raya Kurban,
orang tuaku selalu berkurban lima ekor sapi dan lima ekor kambing, itu
setiap tahunnya. Namun entah kenapa kalau disarankan menunaikan ibadah
haji, ayah dan ibu selalu menolak, dan Naudzubillah orang tuaku jauh
dari sholat dan puasa, hanya zakat fitrah dan kurban aja syariat islam
yang dikerjakannya.
Dari restoran yang dipunyai orang tua
itulah segala kemewahan aku nikmati, namun yang aku herankan dulu
sewaktu kecil ada sebuah kamar tepatnya dibelakang sendiri yang tidak
boleh dibuka, diusia yang masih kecil itulah semua saudaraku kakak dan
termasuk aku mengacuhkan dan menuruti saja.
Dari waktu ke waktu usia kamipun beranjak dewasa, aku selalu tanya ke ibuku,
“ibu kenapa sih setiap kamis malam jumat legi ibu ama ayah selalu
memakai pakaian hijau, dan aku lihat ibu aneh selalu beli dupa”? tanyaku
pada ibu
“Sudah diam saja, ini sudah tradisi keturunan nenek moyang ayahmu yang harus menghormati leluhurnya,” itu saja alasan ibu.
Dan ibu selalu melarang anaknya untuk sholat, berhubung saudaraku laki
semua, kakakku jadi bejat, diskotik dan obat obatan terlarang serta
pelukan kupu kupu malam tiap harinya dinikmati. Entah kenapa denganku,
setiap aku dikasih ibu uang buat foya foya, aku selalu meragu.
Waktu itu aku masih SMU aku sering curhat ke guru agamaku, dan secara
sembunyi sembunyi aku selalu sholat, dengan mengunci terlebih dahulu
kamarku, takut ketahuan ayah dan ibu, karena pernah aku dapat kado
mukena dari kekasihku dibakar ama ayahku. Rupanya dengan sholatku itulah
keadaan restoran ibu menurun dan sepi, entah dari mana asalnya, waktu
itu kami semua dikumpulkan diruang keluarga, ayah dengan mata marah,
menanyai anaknya satu persatu.
“ siapa yang sholat dalam rumah ini”?tanya ayahku dengan murkanya.
Aku terkejut, namun tetap bungkam, tapi aku berani bertanya.
“memang kenapa kalau sholat bukankah itu perintah agama sebagai seorang
muslim,bukankah ibu dan ayah seorang muslim” jawabku ingin tau
“ Diammm..” bentak ayahku.
Aku semakin penasaran dan masih terus berusaha mencari tau kenapa ayah
dan ibu tidak mau sholat, dan apa hubungannya sholatku dengan sepinya
restoran orang tuaku?tepat jam satu dini hari, aku mencoba sholat
tahajud sesuai petunjuk guru agamaku minta petunjuk pada Allah SWT, saat
aku membaca Ayat Qursyi, tiba tiba ada jeritan memecah keheningan aku
lupa kalau masih memakai mukena, aku langsung berlari kesumber suara
tersebut, ternyata kakak sulungku meninggal dengan ada bekas menghitam
dileher seperti cekikan, dan suara teriakan itu ternyata kakakku kedua
setelah pulang dari diskotik, rupanya ayah murka tau aku memakai mukena,
aku dikurung dan dilarang sekolah, bahkan sajadah dan buku buku agamaku
dirampas ayah, aku memohon penuh hiba dengan tangis, namun ayah seperti
orang yang sudah kesetanan, bahkan menuduhku aku biang atau sumber
meninggalnya kakaku, dimana sesembahan ayah dan ibu marah.
Walaupun aku tidak bisa sholat karena mukena yang tidak ada, aku terus
berusaha melantunkan ayat ayat yang sedikit demi sedikit telah aku
pelajari dan aku hafal. Setelah kematian kakak yang aku curigai, namun
dimata tetangga, orang tuaku mengatakan kakakku kena angin duduk karena
sering pulang pagi, bahkan seorang ustad yang memandikan sebenarnya
curiga, namun tetap diam saja sebagai tugasnya untuk merahasiakan apa
yang terjadi pada mayat tersebut, itu yang saya ketahui sedikit dari
agama, bahwa seorang pemandi jenazah harus bisa menympan rahasia keadaan
mayat tersebut, biar tidak terjadi fitnah.
Setelah satu bulan
kematian kakak sulungku, keluargaku tertimpa bencana lagi , ayah
membelikan mobil pada kakak keduaku, namun saat mobil itu di rayen atau
dicoba, naas kecelakann itu terjadi dan yang didalam adalah kakakku
kedua dan ketiga, mereka mati ditempat dengan kepala pecah karena
tabrakan dengan trailer.
Ayah dan ibu tetap seperti tidak ada
beban dengan kematian ketiga putranya, mereka Cuma menjawab “itu sudah
jalannya”, kini tinggal aku ama kakakku no empat, aku sering cerita
tentang kecurigaan tingkah laku ayah dan ibu, namun kakakku ini
sepertinya sudah buta mata dan telinga, mungkin karena jampa jampi yang
sering diberikan ibu, dimana setiap kamis legi ayah dan ibu selalu
membeli ayam dan disembelih sementara darahnya disiramkan kekepala ular
yang sudah diawetkan kemudian darah itu disaring dibejana.
Ini
yang aku ketahui secara tidak sengaja, setetes darah selalu diteteskan
pada kopi kakakku, sementara aku tidak pernah dikasihnya, mungkin yang
aku ketahui aku sebagai penerus pesugihan yang dianut keluarga ayah,
belum sempat aku diwarisi, aku terlebih dahulu tau dan menentang, dan
jika aku menolak maka kata ayah aku akan melajang seumur hidupku, bahkan
lelaki yang ingin menyetubuhiku pun akan layu, jadi aku tetap perawan,
karena aku pernah coba bercumbu dengan kekasihku, alhasil maaf kelamin
kekasihku langsung loyo, itu dulu, karena sekarang aku sudah dirukyah
dan dirajah seorang ustad yang kini jadi suamiku, alhamdulilah kini aku
sudah mempunyai putra dua orang anak.
Aku sempat takut juga
jika jadi perawan tua, namun aku percaya Allah selalu memberikan jalan
buat hambanya yang sholeh, Aku menangis tatkala aku tahu kalau orang
tuaku seorang pemuja pesugihan ular, apakah itu blorong aku tidak tau.
Dari sering curhat inilah, guruku mengenalkan pada aku seorang santri
yang katanya bisa membantuku dalam menyelesaikan pelik keluargaku, dia
lulusan pondokan terkenal di Jombang, meskipun aku sudah lulus SMU, aku
masih terus sering main kerumah guru agamaku tersebut.
Berbagai
bujukan dilontarkan ayah dan ibu agar aku mau mewarisi ilmu pesugihan
tersebut dengan memberikan darah perawanku buat siluman yang dipuja,
dugaanku salah ternyata orangtuaku bukan pemuja blorong karena setahuku
blorong itu wanita, namun ini yang dipuja orang tuaku siluman ular laki
laki.
Aku terus melawan orang tuaku tak lupa doa doa terus
kuucap tatkala aku merasakan ada yang lain dikamarku, aku semakin
memberanikan diri doa doa yang diberikan teman lelakiku itu terus aku
baca, Masyaallah tepat jam 2 malam, aku usai sholat tahajut terdengar
seperti ada ledakan rumahku terguncang, namun cuma beberrapa saat saja,
bersamaan itu aku dengar teriakkan ibuku dan disusul ayahku, aku
langsung lari kekamarnya, Ya Allah ayah dan ibuku dalam keadaan bugil
dengan erangan kesakitan namun aku masih terdengar ucapan ibu, bahwa dia
telah disetubuhi siluman itu dengan teramat kasar, hingga ibu kesakitan
karena maaf vaginanya hancur, sementara ayah juga melayani siluman ular
yang wanita hingga kelaminnnya luka dan berdarah, ternyata orang tuaku
memuja sepasang siluman ular yang diwarisi dari leluhur ayah.
Jika anak perawan tidak mau maka ibunya yang harus melayaninya.
Kulihat ayahku sudah tak bernyawa dengan kelamin yang hampir putus
darah dimana mana serta tiada setengah jam ibuku menyusul, aku histeris
sekeras kerasnya, aku baca doa yang diberikan temanku itu dan aku baca
doa nurbuwah yang terkenal keampuhannya, Alhamdulilah sepasang siluman
itu sirna bersama asap yang mengepul didalam kamar, entah kemana siluman
itu, aku menangisi kedua orang tuaku, aku telepon guru dan teman
lelakiku itu, mereka membantuku menjaga rahasia ini sampai prosesi
pemakaman, aku bilang ketetangga ibuku sakit jantung dan disusul ayah
ikutan terserang jantung karena tidak menyangka ibu secepat itu
meninggalkannya.
Kini semua kekayaan orang tuaku hancur lebur
termakan berbagai bencana. Kakakku ke empat sekarang menjadi gila, saat
dirawat di RSJ, kakakku bunuh diri dengan menyayat sendiri urat nadinya.
Ternyata setelah aku ketahui bahwa keperawananku yang ditunggu siluman
ular yang selama ini dipuja nenek moyangku aku adalah keturunan ke tujuh
yang kata tanteku, bisa menambahkan kekayaan hingga tujuh turunan lagi,
dan restoran orang tuaku sebenarnya hanya kedok saja menutupi
keganjilan kalau mereka pemuja iblis berwujud ular.
Maka itu
setiap kamis malam legi ular yang diawetkan oleh leluhurku itu
dimandikan air kembang dan bilasan air itu ditampung disebuah bejana
kemudian airnya dibuat masak direstoran tersebut, ternyata inilah kayaan
keluargaku, memuja pada siluman ular, meskipun tanpa buka restoranpun
uang itu datang sendiri setelah ayah dan ibu melakukan persetubuhan
dengan sesembahannya.
Kini mumi ular yang diawetkan itu
berhasil dibakar oleh teman lelaki itu yang kini jadi suamiku. Disaat
mumi ular itu dibakar, restoran serta rumah mewah keluargakupun hangus
dilalap si jago merah karena korsleting. Jangan dikira ibu kota jauh
dari mistik, ini jaman cari uang susah, tapi inilah kisah nyata yang aku
alami, aku malu pada tetanggaku dan kini ikut suamiku berpindah ke kota
Probolinggo.
Setelah kejadian itu semua, tidak membuatku
tenang masih sering aku mendengar desis ular, bahkan dalam mimpipun aku
sering dihantui teriakan ayah dan ibuku yang seakan menjadi budak di
istana siluman ular, namun berkat kegigihan suamiku yang selalu
membimbingku dengan memperbanyak doa dan istiqfar, agar dijauhkan dari
segala marabahaya yang bersifat gaib. Sampai kinipun aku masih sering
trauma jika melihat ada ular didepanku.
Ingatlah kekayaan dunia
tidak abadi apalagi dengan cara memuja, jika pemuja meninggal alhasil
kekayaan yang didapat hasil mujapun ikutan sirna.
Sekian kisah ini saya ceritakan nyata adanya, dan ini pernah saya kirimkan di harian memo disurabaya sebagai kisah misteri.
sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=367255766684531&id=361135397296568
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com