Senin, 01 April 2013

Tersiksa Selama Pacaran

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQxbZDlPi_wQIsRmgtcj3A4okw1DpM7RzQ90RicWz8wHU-55wbgTBXh75P3CA3i2BKvUpmq0Y0OArNUrmRozV0n8lhzRIibaPJ0RZzcq0CQugo_X8jdkkvmEwSqsKpjlBcJ5WFlFrMp4g/s1600/uncategorized-200474064006.jpgUntuk menghormati privasinya, saya tidak akan menyebut nama lengkapnya di sini. Hanya saja, untuk kepentingan tulisan ini, mari kita panggil dia dengan nama Dewi. Saya mengenal dia hamper tujuh tahun yang lalu, ketika itu berwajah masih sangat polos dan imut-imut. Maklum, saat itu baru lulus SMA dan memulai kuliah di tempat di mana saya mengajar. Mulailah kami berkenalan sebagai mahasiswa dan dosen. Bagi saya, Dewi anak baik, sopan, lugu, sangat sabar, tetapi juga pintar.
Setahu saya Dewi punya seorang pacar ketika dia duduk di semester tiga. Waktu itu saya senang karena ternyata berpacaran itu cukup member motivasi buat belajar. Dan seingat saya, hubungannya dengan sang pria yang adalah satu kampus beda jurusan itu berlangsung hingga mereka lulus dan diwisuda. Sesudah itu ternyata mereka putus. Sewaktu saya sedang belajar di Eropa (2010-2011), Dewi sangat sering curhat ke saya via media sosial. Dari obrolan kami itulah saya tahu alasan mengapa Dewi berinisiatif memutus hubungan mereka.
Kata Dewi, sang pria ternyata sudah dijodohkan oleh orangtuanya yang konon lebih kaya secara materi dari orangtuanya Dewi. Sudah begitu, calon pasangan sang pria itu kuliah di Amrik, dan konon setelah menikah nanti mereka akan berpindah dan menetap di negeri Paman Sam itu. Okelah, itu urusan mereka. Yang menarik perhatian saya adalah cerita Dewi bahwa dua tahun menjelang mereka putus, sang pria sering berlaku kasar kepadanya. Karena penasaran, saya pun bertanya, “Kasar gimana? Maksud kamu, apakah cowok itu memukul kamu?”
“Bukan pak,” jawab Dewi. Lanjutnya, “Pacarku itu sering berkata kasar. Dia mengatai aku foolish kalau aku terlambat membalas SMS-nya, Kadang juga dia bilang aku oon jika tidak menelpon atau pergi ke tempat teman tanpa memberitahu dia.” “Ow, itu yang disebut kasar, ya,” jawab saya. “Koq teganya dia melakukan hal itu,” jawabku sebisanya. “Dan yang lebih parah lagi nich pak,” lanjut Dewi, “cowok itu pernah memaksa berhubungan [maksudnya berhubungan badan] denganku.”
Kasihan kamu, Wi, aku hanya bergumam dalam hati. Kamu yang seharusnya dicintai, ternyata disakiti. Dari situ saya belajar satu hal, bahwa berkata-kata secara kasar, memperlakukan pacar secara tidak sopan, bahkan cara memandang sang kekasih pun tidak luput dari kekerasan. Dan kalau kita mau baca literatur seputar itu, ternyata banyak sekali pembahasan mengenai kekerasan selama pacaran. Para ahli psikologi mensinyalir bahwa kekerasan selama masa pacaran merupakan hal yang lumrah alias sering terjadi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh DirectGov, sebuah situs online di Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan remaja, mencatat bahwa 25 persen remaja putrid dan 18 persen remaja putra pernah mengalami kekerasan dari pasangannya, baik secara fisik maupun emosional.
Jenis kekerasan seperti apakah yang sering terjadi selama pacaran? Paling sedikit terdapat lima kekerasan yang berpotensi terjadi selama pacaran, yakni (1) kekerasan emosional, (2) kekerasan verbal, (3) perilaku yang suka mengontrol, (4) kekerasan fisik, dan (5) kekerasan seksual.
Pertama, kekerasan emosional. Jenis kekerasan ini yang paling sering terjadi selama masa pacaran. Kekerasan emosional meliputi kebiasaan mengumpat pasangan, merendahkan pasangan, baik ketika berdua sendirian maupun di hadapan teman-teman lainnya.
Kedua, kekerasan verbal. Mengacu ke penelitian yang dilakukan oleh DirectGov, lebih dari 75 persen remaja putrid pernah mengalami kekerasan verbal. Bentuknya yang paling nyata adalah mengata-ngatai atau menghina pasangan secara verbal (dengan kata-kata).
Ketiga, perilaku suka mengontrol. Kebiasaan mengontrol pasangan dapat mengarah kepada bentuk kekerasan. Jenis kekerasan ini umumnya berupa mengontrol telpon pasangan, misalnya mencari tahu secara detail siapa yang menelpon atau mengirim SMS, memeriksa status FB, mengendalikan jenis pakaian yang dipakai, dan sebagainya.
Keempat, kekerasan fisik. Kekerasan fisik juga berpotensi terjadi selama masa pacaran. Bentuknya bisa macam-macam, misalnya mendorong dengan kasar, menendang, menarik, menampar, dan sebagainya. Tentu kekerasan ini dapat berakibat fatal dan mengarah ke kriminal.
Kelima, kekerasan seksual. Bentuk kekerasan ini juga bukan tidak mungkin terjadi di kalangan remaja. Realisasinya dapat berupa pelecehan dan pemaksaan seksual, menyentuh bagian sensitif pasangan yang dia sendiri tidak menginginkannya, mengirim pesan pendek yang berbau porno, memaksa pasangan menonton film porno, dan sebagainya.
Tampaknya kisah si Dewi yang saya angkat di atas mencerminkan kelima jenis kekerasan ini. Saya tidak tahu apa ini sebuah kebetulan atau memang kisahnya cocok sebagai “bukti” betapa kekerasan menjadi sebuah fakta yang tak terelakkan selama masa pacaran. Jika ini sebuah fakta yang tak terelakkan, maka saya sendiri benar-benar khawatir akan masa depan anak-anak saya, dan anak-anak kita semua. Seperti apa jadinya hubungan pacaran anak-anak kita kelak? Pertanyaan ini bisa jadi akan terus menghantui kita saat kita mengikuti secara detail perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita, mulai dari ketika mereka masih kecil sampai sekarang sudah menginjak usia remaja.
Semoga Tuhan melindungi anak-anak kita.
sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/27/dewi-yang-tersiksa-selama-pacaran-472837.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com