Penulis : Dr. Alwi Shihab, Ph.D
Penerjemah : Dr. Muhammad Nursamad
Penerbit : Pustaka Iman
Waktu terbit : Juni 2009
Jumlah halaman : 343 halaman
RESENSI
Indonesia
merupakan salah satu bangsa yang dikenal dunia sebagai bangsa yang
memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, hal ini dapat kita amati
dari ajaran yang ada pada setiap agama, dan Islam pada khususnya. Dari
masa penyebaran ajaran agama Islam, para pendakwah telah menanamkan
nilai-nilai spiritual di setiap ajaran yang disampaikan kepada
masyarakat. Spiritualitas Islam atau yang lebih dikenal di Indonesia
disebut dengan tasawuf, tasawuf telah ada sejak penyebaran agama Islam
di wilayah nusantara ini, berkembang pesat seiring diterimanya ajaran
agama Islam ditengah-tengah masyarakat kala itu. Menurut catatan
sejarah, ajaran Islam dapat berkembang karena disampaikan olah para
pendakwah dari beragam negeri di Asia hingga Timur Tengah, diantara mereka ada yang
berasal dari bangsa Arab, India, dan Persia. Menurut Abu Al-‘Ala
Al-‘Afifi, kehidupan spiritual pada dasarnya bukan hal baru bagi Islam,
melainkan sudah terlebih dahulu hidup dan berkembang di setiap negeri
yang
dimasuki Islam. Jika Islam pada hakikatnya adalah agama terbuka dan
tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis,
tasawuf Islam telah membuka wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang
meliputi agama-agama lain. Yang patut disyukuri dan lebih menarik lagi,
bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak dilalui dengan agenda perang,
karena Islam datang dan diterima dengan damai dan tangan terbuka.
Buku
yang berjudul “Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi; Akar Tasawuf
di Indonesia” oleh Alwi Shihab merupakan hasil penelitian disertasi yang
berjudul asli “Al-Tashawwuf Al-Islami wa Atsaruhu fi Al-Tashawwuf Al-Indunisi Al-Mu’ashir,
yang akhirnya menjadi salah satu kontribusi penting bagi dunia tasawuf
di Indonesia. Karya dari sarjana peraih gelar doktor dari dua
universitas; Temple University dan University of Ain Shams Cairo, Mesir,
setidaknya dapat melengkapi data-data sejarah perkembangan Islam di
Indonesia, dan lebih khusus perkembangan ajaran-ajaran tasawuf.
Pada
kesempatan ini, Alwi Shihab merupakan salah satu sarjana yang berasal
dari Indonesia yang hendak mempersembahkan sebuah karya tentang sejarah
tasawuf di nusantara dengan lebih detail dan informatif. Yang patut
disyukuri adalah bahwa buku yang lahir dari sebuah disertasi ini
merupakan sebuah karya ilmiah yang ditulis dalam bahasa Arab yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena melihat kondisi
yang sangat perlu tidaklah ragu bahwa buku ini layak menjadi salah satu
pegangan wajib bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah tasawuf sunni
dan tasawuf falsafi di Indonesia. Meskipun buku ini disajikan tidak
secara holistik, namun sangatlah bermanfaat untuk dapat menjadi jembatan
pemikiran antara tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. Alwi berusaha untuk
mengungkap fakta sejarah perkembangan tasawuf yang telah berkembang
sejak awal kedatangan Islam di tanah nusantara, dari zaman datangnya
para pendakwah yang juga pedagang dari Arab, Persia, dan India, hingga
kemunculan Wali Songo di tanah Jawa pada khususnya.
Baik
tasawuf sunni ataupun tasawuf falsafi, keduanya memiliki akar yang kuat
bagi perkembangan ajaran tasawuf di Indonesia, baik secara nadzari
(teoritis) dan amali (praktis). Dua aliran tasawuf ini berkembang pesat
hingga saat ini, meski pada awalnya tasawuf sunni lah yang lebih dikenal
dahulu oleh masyarakat pada saat itu. Tasawwuf sunni yang dibawa dan
dikenalkan oleh para da’i memiliki karakter khusus, yaitu sebagai
representasi dari ajaran tasawuf Abu Hamid Al-Ghazali. Banyak kalangan
yang menganut ajaran tasawuf ini mempelajari teori dan praktik tasawuf
berdasarkan pada kitab-kitab yang dikarang oleh Al-Ghazali, sedangkan
yang terjadi pada tasawuf falsafi, figur Mansur Al-Hallaj, Ibn ‘Arabi,
dan lain-lain, memegang teguh ajaran panteisme, meskipun pada
kenyataannya banyak pula para pelaku jalan tasawuf falsafi yang
menyimpang dari yang sebenarnya. Terlepas dari itu semua, pada
kenyataannya, pada masa kini jalan spiritual atau tasawuf merupakan
jalan alternatif yang sanggup menjadi benteng pertahanan tauhid, iman,
serta ihsan bagi masyarakat Indonesia pada khususnya; tanpa menonjolkan
doktrin yang dimuat dalam tasawuf sunni maupun tasawuf falsafi. Bagi
mereka, selama dapat menjalani ibadah dan muamalah dengan tenang dan
khusyu’ sudah cukup, dan memilih untuk mengikuti tasawuf sunni ataupun
tasawuf falsafi sebagai jalan untuk ditempuh adalah perkara lain, karena
berkaitan dengan keyakinan sepenuh hati.
Buku
ini terdiri dari pendahuluan dan tiga bagian, terdiri atas bagian
pertama yang membahas tentang Kehidupan Spiritual di Indonesia, bagian
kedua membahas tentang dan mesih
seputar “Kehidupan Spiritual di Indonesia; Sumber-Sumber dan
Tokoh-Tokohnya.” Bagian ketiga merupakan penutup dan catatan akhir.
Bagian pertama ini diawali
dengan kehidupan spiritualitas di Indonesia sebelum kedatangan
ajaran-ajaran Islam, kemudian rangkaian sejarah asal – usul kedatangan
para pendakwah dari berbagai negeri yang menyiarkan Islam dan ajarannya.
Hal ini menarik perhatian bahwa para pelopor dakwah Islam di Indonesia
dapat diklasifikasi menjadi tiga bangsa atau negeri; India, Persia, dan
Arab. Kemunculan para Wali Songo pun tak ketinggalan menjadi data
penting dalam penulisan buku ini, karena Wali Songo bisa dikatakan
sebagai trend-setter bagi perkembangan tasawuf di Indonesia,
pulau Jawa pada khususnya. Pada kala itu, masyarakat di Indonesia lebih
banyak mengenal sosok Wali Songo dari pada sosok ulama yang lain, hal
ini diakibatkan karena metode dakwah yang disampaikan lebih sederhana
dan dapat dengan mudah dimengerti oleh khalayak. Untuk itu, para Wali
Songo dapat dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyebaran dan perkembangan Islam dan tasawuf di Indonesia, sejarah
mencatat bahwa seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang telah memiliki
warisan karya tentang ajaran tasawuf yang manfaatnya sangat berpengaruh
sampai sekarang. Sedangkan bagian kedua membahas tentang kehidupan
spiritual di Indonesia; Sumber-sumber dan tokoh-tokohnya. Pada bagian
ini dipaparkan sejarah mengenai tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi yang
berkembang pesat di Indonesia, dengan disertai pula para tokoh dan
karya-karya mereka yang hingga saat ini masih terasa pengaruhya. Di
Indonesia Syaikh Nur Al-Din Ar-Raniri dan Syaikh ‘Abd As-Shamad
Al-Palimbani dikenal sebagai pelopor bagi perkembangan tasawuf Sunni,
karena metode dan ajaran-ajaran yang disampaikan sedikit banyak diserap
dari hasil karya pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Imam Al-Ghazali, salah satu karyanya “Ihya Ulum Ad-Din”
merupakan salah satu pegangan wajib bagi pengajaran tasawuf Sunni pada
masanya dan hingga saat ini. Raniri berupaya keras dalam
menanamkan serta mengembangkan ajaran tasawuf Sunni, hal ini tidak lain
demi menunjukkan sikap antipati terhadap keadaan sosial masyarakat
ketika itu, yang sangat mengagungkan materi sebagai gaya hidup, tasawuf
Sunni disamping sebagai sikap juga dapat dikatakan sebagai alternatif
dan solusi untuk menghindarkan masyarakat dari kecintaan terhadap
hal-hal duniawi. Sepeninggal Raniri, ‘Abd Shamad Al-Palimbani berdiri
tegak untuk meneruskan semangat perjuangan gurunya meskipun banyak
pertentangan dimana-mana, Raniri yang begitu keras memperjuangkan
tasawuf Sunni dengan mengadakan kampanye anti-tasawuf falsafi mendapat
kecaman yang luas, meskipun pada akhirnya tetap mendapatkan tempat di
masyarakat, perjuangannya tidaklah sia-sia dan berhenti sampai disitu.
Al-Palimbani muncul untuk mengusung visi dan misi yang sama dengan
gurunya. Dengan berbekal ilmu dari berbagai negeri yang telah ia
kunjungi, Al-Palimbani tetap mengajarkan para pengikut tasawuf Sunni
dengan ajaran-ajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Semasa
hidupnyaAl-Palimbani telah menulis sebanyak delapan karya, sebagian
karya-karyanya merupakan tarjamah dari kitab-kitab Imam Al-Ghazali,
dengan ditambahkan komentar-komentar. Tapi berbeda dengan gurunya, dalam
hal pengaruh pemikiran yang ada padanya, Al-Palimbani terlihat jelas
sangat terpengaruh oleh pemikiran Ibn ‘Arabi, hal ini nyata ketika dalam
thesisnya tentang ruh, Al-Palimbani lebih mengutamakan konsep yang
digagas oleh Ibn ‘Arabi, namun meskipun begitu Al-Palimbani tetap
berusaha untuk membuat sinthesis terhadap pemikiran keduanya, hal ini
sebagai bentuk upaya untuk menjembatani antara pemikiran Imam Al-Ghazali
dan Ibn ‘Arabi. Al-Palimbani berusaha untuk membuktikan bahwa ajaran
tasawuf Ibn ‘Arabi tidaklah berseberangan bahkan bertentangan dengan
akidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Dalam
sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia, peran tasawuf Falsafi tidak
dapat dipisahkan begitu saja, apalagi banyak kontribusi yang telah
diberikan dalam pemikiran-pemikiran tasawuf di Indonesia. Pada bukunya,
Alwi menyusun beberapa tokoh pelopor tasawuf Falsafi, diantaranya:
Syaikh Hamzah Fansuri dan Syaikh Muhyi Al-Din Al-Jawi. Hamzah Fansuri
dikenal sebagai seorang Sufi nusantara dengan pengaruh paham wujudiyyah
Ibn ‘Arabi, yang telah dianggap sebagai ajaran tasawuf yang sesat oleh
Nur Al-Din Ar-Raniri, oleh karena itu Hamzah Fansuri dijatuhi hukuman
mati semasa Raniri menjabat sebagai mufti, karya-karyanya telah habis
dibinasakan, hingga dipastikan tidak ada lagi yang dapat mempelajari apa
yang disampaikan oleh Fansuri, nasib serupa juga dialami para
pengikutnya. Para murid dan pengikut ajaran tasawuf Falsafi yang digagas
oleh Fansuri mendapat tekanan dari Syaikh Raniri dan juga pengikutnya.
Rasanya tidak lengkap jika membahas ajaran tasawuf tanpa membicarakan
tarekat, tarekat yang tak ubahnya seperti tasawuf praktis. Bersama
dengan ajaran tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi yang berkembang sangat
pesat, tarekat-tarekat yang dipimpin oleh para mursyid pun secara
alamiah ikut pula berkembang. Tarekat biasanya dipelopori oleh seorang
mursyid yang telah lebih dulu menuntut ilmu kepada gurunya atau
syaikhnya, dan ketika dianggap telah layak dan mumpuni, barulah
seseorang mendapatkan ijazah untuk dapat mengajarkannya kepada orang
lain. Di Indonesia sendiri terdapat dua klasifikasi tarekat, yakni
tarekat mu’tabarah (valid) dan tarekat ghairu mu’tabarah (invalid).
Dalam
bukunya, Alwi menyebutkan tarekat-tarekat dan ciri-cirinya yang berada
di Indonesia. Di samping itu, Alwi juga mendata para Syaikh yang
dianggap sebagai pelopor keberadaan tarekat di Indonesia, diantaranya:
Syaikh Yusuf Al-Makassari, ‘Abd Al-Shamad Al-Palimbani, dan Habib
Abdullah Al-Hadad. Dan tak lupa di akhir pembahasannya mengenai tarekat,
Alwi juga mengungkapkan tentang aliran kebatinan Jawa atau yang lebih
dikenal dengan sebutan kejawen. Ronggowarsito disebut-sebut sebagai
“bapak kebatinan,” semasa hidupnya Ronggowarsito banyak menghasilkan
karya dan pemikiran yang menjadi warisan spiritualitas di Indonesia.
Diantara karyanya seperti Suluk Jiwa, Serat Pamoring Kawula Gusti, Suluk
Lukma Lelana, Paramayoga, dan Serat Hidayat Jati.
Perkembangan
spiritualitas di Indonesia sangatlah dinamis dari beragam aliran dan
sumbernya, salah satu faktor yang menjadikan aliran-aliran spiritualitas
ini berkembang adalah kesadaran beribadah dan toleransi,
meskipun didapati tidak sedikit pula yang menjadikan para pengikutnya
fanatik atau anti terhadap aliran tertentu. Spiritualitas di Indonesia
pada khususnya, tidak dapat dipisahkan dari tradisi-tradisi serta adat
istiadat dimana spiritualitas itu berkembang, katakan saja tasawuf baik
Sunni maupun Falsafi, meskipun tidak didapati kesamaan di awal masuknya
Islam atau tasawuf itu sendiri. Para pendakwah harus bekerja dan
berjuang keras guna diterimanya Islam dan seisinya. Pada penutup dari
bagian buku ini, Alwi juga melampirkan sejarah pendatang Arab Hadhramawt
di Indonesia, ia mengatakan bahwa menulis sejarah bukanlah suatu tugas
mudah, data-data yang ada harus disesuaikan dengan fakta di lapangan.
Ulasan yang terakhir ini ditulis dan disusun sebagai bentuk koreksi
terhadap seorang peneliti Van den Berg, yang ia rasa memiliki
mispersepsi terhadap sejarah budaya Arab Hadhramawt. Dalam hal ini, Alwi
mencoba mengurai dari awal dan meluruskan kembali tentang konsep-konsep
inti yang dibawa dan disampaikan para pendakwah dari Hadhramawt
tersebut ketika berhijrah dan menyiarkan Islam di Indonesia. Berlanjut
kepada pendatang Arab Hadhramawt, bagi Alwi pendatang Arab Hadhramawt
yang berhijrah ke Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan dan kemajuan syiar Islam, mereka memiliki keistimewaan pada
bidang-bidang tertentu, contohnya: ekonomi, pendidikan, dan dakwah.
Tidak sedikit dari mereka yang membelanjakan hartanya di jalan Allah,
yang berguna untuk memajukan perdagangan di Indonesia kala itu,
membangun madrasah-madrasah
Islam, sampai mendidik para ulama yang tersebar di beberapa daerah di
Indonesia. Menulis sejarah sama halnya dengan mengungkap kebenaran,
tanpa adanya kontaminasi dari pengaruh apapun, terlebih diri sendiri.
Sejarah haruslah bersifat objektif tanpa didasari oleh kepentingan
tertentu, karena sejarah tinggal sejarah. Mungkinkah sejarah dapat
berbicara tentang dirinya sendiri? Jawabnya mungkin saja, bilamana
seorang penulis atau peneliti sejarah memiliki kemampuan kontemplasi
yang dalam, dirinya bersih dari segala bentuk pengaruh dari kemurnian
sejarah tersebut dan mendapat pertolongan dari Allah ‘azza wa jalla. Wallahu a’lam bi as-shawwab.
sumber: http://media.kompasiana.com/buku/2013/03/05/antara-tasawuf-sunni-dan-tasawuf-falsafi-akar-tasawuf-di-indonesia-539447.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com