Saya
teringat waktu masa kuliah dulu di Bandung, ada seorang sahabat,
jabatannya komisaris di Polda Jabar. Inisialnya S, saya panggil Pak S.
Saya kenal Pak S dari sahabat saya. Kebetulan sahabat saya itu tinggal di masjid perumahan tempat pak S tinggal.
Waktu bulan ramadhan, sahabat saya itu sering mengajak saya ke masjid.
pernah suatu hari saya dijemput dengan kendaraan pribadi pak S ke Sekre
kampus. Maklum, waktu kuliah sering saya tidur di Sekretariat kampus.
Saya merasa senang berkenalan dengan Pak S. Orangnya selalu memberikan
nasihat berbau agama yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman
ruhaniny.
Ia pernah bercerita,
tentang keajaiban sholat tahajud. Katanya, berdasarkan pengalaman
rohaninya, keinginannya itu selalu terkabul.
Pernah suatu hari, S sangat ingin memiliki jam tangan. Ia tahajud
memanjatkan permintaanya itu kepada Allah, alhamdulillah, tak lama
kemudian S memiliki jam tangan itu. orang tuanya memberikan gratis
untuknya.
Tak hanya itu, Pria yang beristrikan Polwan berbagi rahasia sukses denga tahajuan. ia bercerita tentang mencari jodoh.
Katanya,
Saat masa pacarannya dengan sang kekasih. Saat itu, Pak S ingin segera
memperistri pujaan hatinya. Sebut saja namanya Mawar.
“Ya Robb, mohon dia menjadi istri hamba,” pinta S dengan memohon kepada Allah dalam sholat tahajudnya.
Ia
sering ulangi permintaanya itu saat sholat tahajud. Bagaimanapun, Mawar
harus menjadi istri hamba, karena hamba begitu mencintainya. Seperti
sabda Rosul, tidak ada pernikahan tanpa percintaan.
Singkat
cerita, sayang seribu sayang ternyata, wanita pujaan Pak S, Mawar malah
menikah dengan orang lain. Pak S pun begitu kecewa kepada Allah karena
permintaanya itu tidak dikabulkan sama sekali. Padahal, Pak S yakin,
pada sholat tahajud, Allah tidak akan menolak doa seorang , hamba. Sebab
firmanNya dalam Al-Quran, “Akuakan perkenankan doa yang bermohon kepadaKu apabia dia bermohon”.
Pak
S pun kecewa. Ya Robb, kenapa aku memohon agar Mawar menjadi istriku
tidak Kau kabulkan. Aku sangat kecewa dengan mu Ya Robb, doa ku tidak
diperkenankan.
Setahun berlalu, Pak S pun akhirnya menemukan pengganti pujaan hatinya itu yang terlah dipingit orang.
Sebut saja namanya Melati. Ia seorang Polwan di Polda Jabar dengan tinggi 170 Cm, kulitnya putih, anggun mempesona.
“Seandainya saya menikah sama Mawar, saya akan menyesal,” kenang pak S.
“Lho kenapa Pak?, tanyaku
“Karena wanita yang saat ini menjadi istriku lebih cantik dari Mawar,”
Pak
S pun akhirnya menyesal karena mengungkapkan kekecewaanya kepada Allah.
Padahal, Allah memberikan istri yang lebih baik buatnya.
Allah
SWT tentu lebih mengetahui apa yang terbaik buat hambanya. Begitu juga
dengan jodoh. Kadang, kita terlalu cinta terhadap orang, padahal di mata
Allah orang itu belum tentu baik buat kita.
Seperti
yang dialami sahabat saya, sebut saja inisialnya M. Ia curhat perihal
perceraiannya dengan istrinya belum lama ini. perceraian itu dipicu
gara-gara istrinya selingkuh dengan pria lain.
Padahal, saat pacaran, M begitu cinta sekali kepada istrinya itu. pernah saya juga diajak ngelancong ke rumah istrinya, saat masih pacaran.
M
terpaksa menceraikan istrinya itu karena tidak tahan dengan sikap si
istri yang telah menghianati kepercayaannya. Padahal, M bersama istrinya
itu sudah memiliki dua buah hati. Tapi apa dikata, nasi telah menjadi
bubur dan akhirnya M bercerai.
Kasus perceraian di Indonesia terbilang cukup tinggi. Tahun 2010 saja tercatat sebanyak 285.184 kasus.
Data
yang dirilis Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, tahun 2012,
jumlah penduduk Indonesia yang menikah sebanyak 2 juta orang, sementara
285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian.Indra
Noveldy, seorang Relationship Coach mengungkapkan salah satu penyebab
utama tingginya angka perceraian adalah karena ketidakharmonisan antar
pasangan. Banyak anggapan bahwa cinta dan romantisme dengan pasangan
biasanya hanya ada pada awal-awal perkawinan.Menurut Indra,
pasangan yang ideal adalah mereka yang selain menjadi istri/suami atau
ibu/ayah juga mampu menjadi partner, sahabat sekaligus kekasih bagi
pasangannya. Dengan menjalankan ketiga peran tersebut, maka romantisme
dapat tercipta dengan baik.Sementara ada fakta atau
anggapan yang mengatakan, Ayah bersikap cenderung ‘cuek’ sementara Ibu
dianggap terlalu ‘menuntut’. Seringkali Ayah dianggap tidak mampu
menunjukkan romantisme akhirnya berujung kepada kekecewaan.
Teringat akan hadits Rosullulah, nikahi perempuan karena empat perkara,karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, (atau) karena agamanya.Pilihlah yang beragama, maka kau akan beruntung.
Tahajud Cinta | Tanyalah Ustazah
BalasHapusOleh: Ustazah Nourul Iman Niamat
InsyaAllah Bermanfaat