Senin, 25 Maret 2013

Kisah Nyata Hancurnya Sebuah Keluarga

http://static.liputan6.com/201010/101015bmarah-siluet-stok.jpg
Mahasiswa China Xu Jingjing, 25 tahun, melarikan diri dari China ke Amerika Serikat karena penganiayaan rezim komunis terhadap ibunya yang berlatih Falun Gong.
Nasibnya nampaknya sama dengan siswa luar negeri yang lain. Namun, apa yang membawanya ke Amerika adalah sebuah cerita panjang memilukan. Ibunya, di China, masih di dalam penjara.
Ayah Xu adalah pedagang. Ibunya dahulu bekerja di kantor cabang Bank Industri dan Komersial China Ltd. Mereka hidup tenang dan normal. Peristiwa apa yang terjadi yang akhirnya membawa mereka ke Amerika Serikat?
Berikut ini adalah penuturan Xu tentang nasib keluarganya di China
Saya hidup bahagia dengan kedua orang tua saya. Hidup kami penuh kasih. Ibu berlatih Falun Gong, Ayah dan saya mendukungnya. Orang tua saya menetapkan standar yang tinggi bagi saya. Saya disuruh menjadi orang baik sejak usia dini. Mereka juga menetapkan standar yang tinggi bagi diri mereka sendiri. Kami bertiga adalah keluarga yang sangat bahagia.
Namun, itu semua berubah ketika Partai Komunis China (PKC) mulai menindas Falun Gong pada 1999. Sejak  itu, polisi sering kerumah saya. Tanpa alasan dan tidak mengikuti prosedur hukum, mereka sewenang-wenang mengobrak-abrik seisi rumah kami. Mereka memecahkan perabotan rumah tangga, pintu lemari dibuka, dokumen dan pakaian berantakan. Para petugas mengambil barang berharga apapun yang bisa mereka temukan.
Ayah tidak bisa berbuat apa-apa selain mengumpulkan apa yang masih tersisa, mengeluarkan airmata dalam diam. Saya belajar dari orang-orang yang lebih tua seperti tahun-tahun Revolusi Besar Kebudayaan antara akhir 1960-an dan awal 1970-an.
Saya duduk di sekolah menengah. Setiap hari saya duduk di barisan terakhir di pojok, berusaha menghindari cemooh dari teman sekelas dan tatapan merendahkan dari para guru. Sebelumnya saya termasuk lima siswa terbaik di kelas. Sekarang saya di peringkat terakhir. Setelah pulang sekolah, saya khawatir tentang kekerasan yang dilakukan polisi. Saya terus-menerus hidup dalam ketakutan dan stres, seolah-olah langit akan runtuh.
Ketika penganiayaan terhadap Falun Gong semakin meningkat, Ibu dipecat dari bank. Bisnis ayah sangat terpengaruh. Polisi sering datang dengan alasan untuk mendenda ayah. Semua barang berharga diambil selama penggeledahan yang melanggar hukum. Saya hampir pingsan. Dunia menjadi gelap. Hidup tidak ada artinya bagi saya.
Saya tidak peduli tentang apa-apa, tidak juga diri sendiri. Saya dapat nilai buruk pada pendaftaran ujian senior. Saya  tidak ingin pergi ke sekolah lagi. Ibu tidak menyerah.
"Ya, kamu masih muda. Dengan pengetahuan, kamu dapat lebih melindungi diri sendiri," kata Ibu.
Dia mendorong dan meyakinkan saya setiap hari. Meskipun kondisi keuangan keluarga sangat buruk, Ibu menghabiskan lebih banyak uang agar saya mendaftarkan diri di sekolah menengah yang dekat dengan rumah kami.
Bisnis ayah terus merosot. Dia menderita kerugian yang cukup besar. Pada akhirnya, ia harus menutup bisnisnya dan membuka sebuah toko swalayan kecil. Tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. Polisi terus datang untuk mengganggu kami. Mereka bahkan mengambil apa pun yang mereka suka dari rak, seolah-olah mereka tidak akan berhenti sampai kami terkejar ke  ujung tebing. Menghadapi kemunduran terus menerus, Ibu tetap optimis.
"Sayang, jangan takut, penderitaan ini akan selesai suatu hari," katanya.
Suatu hari, polisi muncul dan mengklaim ibu saya punya masalah mental. Mereka memaksa membawanya ke rumah sakit jiwa. Ibu disuntik dengan obat yang tidak diketahui. Dia merasa pusing sepanjang waktu. Setelah dia dibebaskan, dia tidak lagi dapat menjalankan tokonya. Meskipun dia kembali ke rumah, setiap hari saya khawatir polisi akan muncul dan membawanya pergi lagi. Ketidakpastian dan penyiksaan mental sulit untuk ditahan.
Kami kehilangan pendapatan setelah toko kami ditutup. Ibu harus pergi naik sepeda untuk menjual sayuran yang diawetkan. Ayah pergi ke luar kota mencari kerja sambilan. Hidup kami sengsara. Saya tidak pernah bisa melupakan bahwa pada pagi hari awal musim dingin, Ibu bangun sebelum fajar. Dia membilas setiap daun dari sayuran hijau dalam air dingin. Jari-jarinya berubah merah dan bengkak. Tangannya perlahan-lahan berubah kasar dan gelap. Saya merasa saya tidak melakukan bagian pekerjaan saya saya. Saya tidak ingin terus pergi ke sekolah. Biayanya sangat mahal. Saya ingin pergi menjual sayuran bersama ibu.Namun Ibu mencegah.
"Tidak, anakku tersayang. Kamu masih muda. Kamu perlu memiliki masa depanmu sendiri," ujarnya.
Menjelang akhir tiga tahun di SMA, saya menghadapi gelombang tekanan. Pemerintah mengambil kesempatan pendaftaran ke perguruan tinggi untuk lebih menganiaya Falun Gong. Pemerintah terus menuntut sekolah tinggi untuk memeriksa latar belakang siswa dan mengisi formulir. Semua pemohon perguruan tinggi dipaksa untuk melaporkan apakah ada dalam keluarga mereka yang berlatih Falun Gong. Siswa yang dekat dengan anggota keluarga yang berlatih Falun Gong didiskriminasi ketika mengajukan permohonan untuk mendaftar di perguruan tinggi.
Demi mempertimbangkan hal terbaik dari diri saya, Ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai meskipun mereka cinta satu sama lain. Secara formalitas, saya akan diambil oleh ayah, sehingga saya bisa mengisi formulir aplikasi bahwa tidak ada seseorang pun di keluarga saya berlatih Falun Gong. Setelah belajar tentang pengorbanan mereka, saya merasa seperti hati dipotong-potong dengan gunting yang tajam. Saya menangis sepanjang malam.
Kemudian, saya diterima di Sekolah Seni Propinsi Jilin. Untuk menghindari berimplikasi keluarga, Ibu pergi keluar untuk bekerja dan pekerjaan sambilan untuk membantu membayar uang kuliah saya. Pada 13 Agustus 2007, ia ditangkap oleh polisi karena membagikan brosur tentang klarifikasi bagaimana dia dan para praktisi Falun Gong lainnya dianiaya sejak 1999. Pada 26 Oktober, ia dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara.
Dengan penangkapan ibu, polisi datang ke sekolah saya untuk interogasi dan paksaan. Pelecehan mereka berkepanjangan merusak ketenangan hidup saya. Guru yang dulunya baik terhadap saya mulai menjauhkan diri. Teman kuliah menatap saya dengan pandangan berbeda. Saya sedang terisolasi. Kader politik di sekolah seni bertindak atas nama polisi untuk memaksa saya tidak memihak terhadap ibu.
Sementara polisi mulai muncul di rumah saya untuk penggeledahan sewenang-wenang. Sekali lagi, mereka mengambil semua barang berharga dari rumah saya. Saya menghabiskan hari-hari dengan tangis.
Satu tahun setelah saya lulus, saya berada di bawah pengawasan terus menerus dan dibuntuti. Ketakutan tak berkesudahan dan tekanan menyebabkan depresi. Saya mengunci diri di kamar, menolak untuk berbicara dengan siapa pun. Saya tidak ingin terluka lagi setelah bergaul dengan orang lain, kemudian dikucilkan, dilecehkan dan diinterogasi.
Ayah dan teman-teman dekat juga kerabat datang dengan biaya kuliah yang hanya cukup untuk mengirim saya ke Amerika Serikat untuk belajar mandiri atas sponsor sendiri. Sekarang saya di negara dimana kebebasan keyakinan dilindungi. Namun saya tidak dapat membantu mereka tapi selalu memikirkan ibu yang masih dipenjara di China hanya karena keyakinannya pada Falun Gong, dan ayah yang tinggal sendirian dengan bisnisnya yang hancur karena bersimpati dengan keyakinan ibu. (EpochTimes/man)
Ini adalah versi yang diterjemahkan dan diedit dari artikel pertama kali diterbitkan pada Kanzhongguo.com.
Baca artikel asli dalam bahasa Mandarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com