Salah satu masalah pelik yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah penyalahgunaan narkoba. Semakin hari semakin banyak korban berjatuhan karena narkoba. Ada korban yang terus terikat narkoba dan berujung pada kematian. Namun, ada korban atau pecandu yang bisa lepas dan kemudian melanjutkan kehidupannya. Bahkan, tak sedikit yang kemudian meraih prestasi dan menemukan ladang pengabdian yang membanggakan.
Relon Star adalah contoh mantan pecandu narkoba yang kini berubah menjadi ‘juru kampanye’ antinarkoba. Bukan hanya itu, dia juga cukup produktif menuliskan pengalamannya dalam artikel-artikel motivasional di sejumlah website, majalah gereja, bahkan setidaknya sudah tiga buku dia luncurkan terkait pengalamannya tersebut. Perempuan kelahiran Palu, 7 Oktober 1979 ini menorehkan karya berjudul Run or Die, Became Extraordinary, dan yang terbaru Aku Bebas dari Jerat Narkoba (Gramedia, 2010).
Di buku ketiganya ini Relon Star ingin berbagi semangat pada korban, keluarga, maupun lingkungan pengguna narkoba. Menurut dia, masih ada harapan untuk lepas dan meraih masa depan yang cerah. Masih banyak tempat untuk tumbuh, mengabdi kepada masyarakat, dan mendapatkan pemenuhan pencapaian pribadi. Berikut petikan wawancara Yanuar Prihastomo dari AndaLuarBiasa.com dengan Relon Star di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bagaimana awal kenal dengan narkoba?
Jadi latar belakangnya sebenarnya sih karena saya waktu kelas 2 SMP. Papa kan beralih profesi yang dulunya dia kerja kantoran di AJB Bumi Putera. Terus beliau memutuskan jadi pendeta. Saya melihat sejak jadi pendeta itu banyak sistem yang berubah jadinya—khususnya buat saya pribadi yang waktu itu masih menginjak remaja jadi masih usia-usia peralihan—banyak dituntut. Enggak boleh ini, enggak boleh itu harus sopan ke jemaat terus kalau temenan itu harus selektif pergi dengan siapa, dan akhirnya saya merasa lama-lama seperti dikontrol. Waktu papa jadi pendeta, kami pindah rumah ke daerah Ciledug. Nah, pas saya ketemu teman-teman seperti itu ditawarin. “Relon mau cobain enggak, ganja?”
Yang paling sering dipakai apa?
Waktu awal-awal memang ganja. Cuma waktu ditawarkan putauw saya lebih menikmati putauw. Itu waktu SMP. Waktu SMA, mulai masuk lagi shabu-shabu kan ke Indonesia.
Ada pertimbangan ekonomi keluarga?
Enggak, sih… Kalau dulu saya pakai putauw itu enggak pernah dapat dari orang tua. Dulu justru situasinya orang tua sangat sulit dalam segi keuangan karena mendadak mama juga sakit. Saya lebih banyak dapat dari teman-teman, kebetulan dapat teman-teman itu yang orang kaya. Jadi mereka yang beliin-lah karena komunitas seperti itu ya toleransinya sangat tinggi…
Bagaimana kejadian Anda jatuh di pesta narkoba?
Waktu itu memang sengaja pesta narkoba aja dan itu biasa dulu ya jadi kita larinya ke Sentul ada sekitar 7 mobillah berangkat ke sana. Di sana itu ada semua persediaan yang ada dari ganja, budha stick, putauw, inex, shabu-shabu, itu semuanya tersedia… Jadi pas pulang temen saya ngomong, ?Ini tolong dicek semua barang-barang, kita sudah masuk daerah Senayan Asia Afrika. Tolong di cek ada barang bukti enggak.? Pas lagi ngecek-ngecek gitu temen saya ketemu. ?Aduh ada ineks setengah nih siapa mau siapa mau?? Gitu. Teman-teman saya yang lain di belakang itu dah pada mabuk, udah tidurlah mereka udah enggak ini… Ya udah deh saya aja kayak maksain. Terus saya telan yang setengah itu. Tiba-tiba aja langsung pusing terus mata saya tiba-tiba mendelik itu prosesnya cepat banget. Sempat paranoid dulu ngomongnya ngaco gitu kan. Beberapa lama kemudian saya pingsan.
Lalu dibawa ke RS?
Teman-teman enggak berani bawa ke rumah sakit karena kalau ketahuan dari urine, pasti kan teman berpikir ya pasti kayaknya dah mau mati yang ketangkep mereka. Jadi, bahaya sekali kan. Mereka waktu itu benar-benar udah berpikir ini pasti mati.
Seperti apa kejadiaannya ?
Dalam keadaan pingsan kan teman-teman bopong saya ke rumah dan saya sadar, saya menyadari kalau saya sendirian. Padahal saya tadi kayaknya ramai-ramai hahahihi… Di mana ini teman-teman? Gitu kan… Kayak ada perasaan kosong banget. Di situ ada suara aja, suara hati gitu ambil buku. Saya ikuti aja gitu. Emang ini ya, cara Kristiani, supranatural memang. Ambil buku, saya juga enggak ngerti buku apa nih tengah malam. Pokoknya saya pingsan kurang lebih tiga jam. Jam 12-an saya pulang ke rumah dan sadar-sadar sudah jam tiga. Ambil buku, saya terus baca—buku rohani yang sudah dua tahun ada di meja tapi tidak pernah saya baca. Dulu, saya anti banget—karena papa kan kayak gitu, saya anti banget sama kekristenan—sampai Alkitab saja tidak punya. Ya sudah ternyata buku rohani, dan saya baca buku itu. Di situ saya merasa kayak cocoklah. Jadi, kebutuhan saya terjawab di buku itu. Tentang kembali ke Tuhan lah, gitu.
Adakah beberapa ayat yang sampai sekarang masih diingat?
Ya, Yesaya 42 ayat 90 kalau enggak salah. Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau… Ketiga kakak saya itu baik-baik, saya sendiri yang kacau. Saya merasa diperlakukan beda. Nah, dari ayat itu saya kayaknya seperti semburan air gitu. Pasti Tuhan terima saya sudah keadaan berdosa kayak gini. Ya sudah saya dapat ayat itu, saya merasa (mendapat) suatu jawaban—selama ini yang saya cari—dan saya sadar banget. Saya bisa bangun lagi, bisa apa ya kembali sadar setelah tiga jam koma. Itu, karena ada tangan yang tak terlihat itu… Invisible Hand itu.
Apakah Anda langsung berhenti pakai narkoba setelah kejadian itu?
Setelah itu, memang di situ titik saya berjuang. Cuma, saya tahu kalau saya berjuang sendiri enggak bisa. Jadi, besoknya saya cerita sama semua keluarga. Saya kumpulin semua keluarga, terus saya ceritakan gini lho sebenarnya perbuatan saya itu sudah sejauh ini. Di situ kaget semua kan, ?Kamu narkoba??
Setelah peristiwa itu, masih kesulitan lepas dari narkoba?
Itu perjuangannya yang sulit banget. Jadi beberapa kali saya mengalami sakauw di Malang. Apalagi dipicu dari cuacanya dingin kan, itu bikin tulang-tulang sampai menusuk gitu. Cuma saya bersyukurnya, saya bertemu lingkungan yang mendukung saya. Jadi, support system itu saya dapat banget di situ. Jadi, saat saya sakauw teman-teman itu gantian ajak ngobrol—dialihkan pikirannya—gitu lho. Diajak ngobrol, ya dihibur pokoknya diceritain sesuatu. Puji Tuhan cukup berhasil cara mereka.
Setelah direhab di Malang?
Saya pilih ke Bandung karena saya masih takut ke Jakarta. Pokoknya saya sudah pikir selama saya belum kuat, nih… Jangan ke Jakarta dululah. Jangan tinggal di Jakarta.
Takut lingkungan atau takut aparat?
Lingkungan. Kalau aparat dulu kan belum terlalu segencar sekarang ya. Iya. Dulu itu saya masih bebas-bebas saja lingkungannya. Karena kalau saya sudah ngerasa sembilan bulan bebas nih. Enaklah lebih sehat, jadi enggak maulah balik lagi (kena narkoba-Red). Ke Bandung tinggal sama kakak, di sana saya kuliah ambil Teologi.
Terkait kemampuan menulis, terdorong karena minat baca?
Iya, sejak kuliah tepatnya. Banyak tugas-tugas yang mengharuskan saya baca. Dan saya pikir, saya dulu masih dangkal banget nih. Apa ya pengetahuan saya tentang agama kan? Jadi benar-benar haus banget. Semua buku saya lahap, gitu.
Bagaimana kok bisa tertarik menuliskan pengalaman hidup itu?
Pengalaman sebenarnya dari orang-orang. Jadi, saya cerita orang bilang, ?Kamu bagus itu.” Sampai akhirnya kan stasiun SCTV buat program “Solusi”. Pas tayang kata MC-nya bilang, “Ini yang ratingnya cukup ini karena narkoba kali ya?” Mungkin, karena waktu itu masih pas kesaksian saya tayang itu jaman-jamannya Roy Martin ketangkep. Saya pengen bagaimana pencegahan narkoba tapi yang meluas gitu supaya cerita saya bisa didengar banyak orang. Ditawari bisnis seseorang, saya tolak kan, terus orang ini nanya, “So, what your vision? Pencegahan narkoba. Melalui apa?? Saya juga bingung sebenarnya. Spontan aja. Saya terinspirasi sama seorang wanita, saya lagi pegang buku dia. Jadi wanita itu namanya Mc Dellin Kawoco. Dia ini juga penginjil wanita. Dia menulis buku. Melalui buku. “Kamu bisa nulis enggak?” “Enggak, tapi saya mau coba.” Saya bilang gitu. “Ok. Kamu tulis empat bulan ya waktunya, jadi saya support kamu.? Kata-kata itu, saya support kamu, itu membuat saya seperti bensinlah, bahan bakar buat saya. Langsung, setelah itu pulang saya bikin sketsanya tadinya cuma tiga bab. Saya bikin siang malam, akhirnya satu bulanlah jadi kisah hidup itu. Satu bulan terus cari-cari penerbit, cari-cari endorsement, baru di bulan ke empat sudah jadilah. Cari penerbit ya kebetulan diterima.
Itu support-nya dalam hal apa?
Yang orang tadi itu? Dia namanya, Bapak Elianto Widjaya. Support-nya dia sebenarnya lebih ke memberi semangat. Motivator gitu. Jadi dia benar-benar kalau empat bulan, empat bulan jadi. Kalau tipe saya kan mengalir. Kebetulan kakaknya dia senang menulis. Jadi, dia yang membedah buku saya dari yang tiga bab, “Kayaknya ini kurang klimaks-klimaksnya kurang jadi…” Jadi lima bab. Kakaknya dia yang bikin buku ini, jadi lebih bab per babnya. Itu lebih tajamlah konfliknya, gitu.
Setelah terbit bukunya?
Setelah Run or Die publish saya rasanya kok enggak puas gitu. Saya pengen benar-benar menulis. Saya cari buku di Gramedia tentang resep menulis bestseller gitu-gitulah.
Dapat buku apa?
Saya cari-cari banyak pilihan di situ. Saya milihnya bukunya Mas Edy itu, Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller. Saya baca waktu itu lho kok ada workshop, workshop menulis ini Sekolah Penulis Pembelajar. Setelah saya ikut, wah pas banget ketemu komunitas yang sama-sama doyan menulis. Kebetulan Mas Edy langsung merespon, “Kamu mau enggak menulis di AndaLuarBiasa.com?” Saya mau banget, itu kan wadah saya untuk belajar diasah.
Yang ditulis artikel pengalaman atau ada tema-tema lain?
Saya tertarik pengembangan diri, tapi masih berkisar seorang yang kalau bicara narkoba itu berarti sudah kehilangan masa depan ya. Dari seorang yang bisa masa depan suram menjadi menulis. Itu, bagaimana ininya gitu apa aja langkahnya motivasi sih. Akhirnya—lama-lama tulisan pengembangan diri lebih banyak—saya tulis pengembangan diri AndaLuarBiasa.com.
Apa kontribusi ilmu theologi dalam tulisan Anda?
Ya ada pengajaran, jadi ya sangat ada kontribusi theologinya.
Apakah sempat terpikir, karena enggak punya bakat mungkin kurang maksimal di dunia tulis-menulis?
Enggak, sih. Saya tipe orang yang kalau sudah berkeinginan itu kuat ya. Masalah bagaimana hasilnya itu nanti aja, tapi kalau saya belum coba kayaknya belum mengambil kesimpulan saya tidak di situ. Coba dulu baru analisis belakangan… hahaha.
Kemampuan tulis-menulis meningkat?
Banyak berubahnya di sini, website Andaluarbiasa.com. Karena secara langsung dibantulah sama Mas Edy. Jadi, Mas Edy kan bilang, misalnya saya ingat waktu tulisan pertama saya itu judulnya itu masih kepanjangan. Itu dikritiklah dikasih masukan. Kemudian saya mulai melihat-lihat kebetulan saya punya favorit penulis itu, Ibu Eni Kusuma. Saya ketemu itu di website Pembelajar.com. Saya lihat dia orang luar biasalah. Ya, dari kalau lihat latar belakangnya pembantu, dan dia benar-benar buktikan kompetensinya. Saya ambil sampai beli buku itu, ketemunya di Bandung, di BSM lagi yang jauh banget, sampai saya pesan gitu suruh antar ke rumah saya.
Apa yang membuat Anda tertarik Eni Kusuma?
Mungkin awalnya ini ya, awalnya sih story-nya dia ya dari seorang pembantu, tinggal di Hongkong. Tapi dia benar-benar berjuang menunjukkan kompetensinya di bidang menulis. Awalnya itu… Cuma pas saya baca bukunya saya mengambil kesimpulan ini orang lumayan juga wawasannya, smart. Ya, untuk orang seperti dia gitu kan… Jadi banyak belajar dari mbak Eni juga sama satu lagi, Jenny S. Bev… Iya.
Selain tulis-menulis kegiatannya apa?
Pembicara. Tapi munculnya profesi baru ini dari buku. Jadi setelah buku itu terbit mulai banyak undangan gitu ya. Seputarnya sih seminar narkoba, terus seminar tentang remaja bagaimana memahami remaja, terus ya itu di Gereja bawain ceramah, anak muda di sekolah-sekolah talkshow tentang karakter juga… seputar itu. (sn)
Foto-foto: dokumentasi pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com