Rabu, 25 Juli 2012

Ketika Ketika Uang Bukan “Ukuran Kebahagiaan” Di Usia Senja

Menjelang akhir Desember 2011 lalu, saya memilih melewatkan saat - saat pergantian tahun itu dengan bercengkerama di rumah bersama sanak saudara dan keluarga di Yogyakarta.

Siang itu seorang simbok bernama Partini datang menyerahkan beberapa ikat sayuran kegemaran saya, daun pakis dan bunga pepaya. Ibu memanggil dan mengenalkan aku padanya.

Wajahnya terlihat sumringah menjabat erat tanganku, sambil berkata” Putrinipun panjenengan bu?” tanya Simbok Partini sambil memandang ibuku. Ibu mengangguk tersenyum seraya menyerahkan beberapa lembar uang seribuan.

Aku membalas senyuman simbok tersebut, dia sosok yang menarik meski aku baru sepintas melihatnya. Aku tidak terlibat banyak pembicaraan saat itu karena harus segera ke RS Panti Rapih menjumpai iparku.

13410961692067867631

pembuat keset/2011/dok pri/bcrt

Keesokan harinya aku bersama sepupuku Yuda berniat menemui simbok Partini di rumahnya. Ternyata tidak jauh dari tempatku. Aku bertanya pada seorang ibu muda yang menggendong anaknya.

” Simbok sedang ke sungai mbak, mencari pasir” jawab perempuan itu.
Kami kembali ke rumah dan siangnya saya menuju rumah simbok Partini lagi. Selama perjalanan saya berpikir, sregep ( rajin ) sekali simbok ini. Di usianya yang sudah sepuh masih mencari pasir.

Siang itu aku bertanya lagi pada perempuan yang rupanya adalah menantunya.

” Simbok sedang kerja ngunduh melinjo di kebun tetangga mbak”

Hm…makin berlipat ganda rasa kagumku. Simbok ini aktif sekali ya, mencari dia susahnya bukan main. Melebihi sulitnya mencari pak esbeye kata sepupuku Yuda bercanda hehehe.

Lalu menantunya mengatakan kalau mau bertemu simbok biasanya jika ada pesanan keset dia baru duduk manis di rumah membuat keset dan menganyam sabut kelapa. Jadi jika tidak ada pesanan keset simbok sering bekerja ke luar rumah.

Anak - anak simbok ini sebenarnya lumayan berhasil, namun simbok sangat rajin bekerja dan tidak mau berpangku tangan kata ibuku. Padahal kiriman anaknya juga cukup.

“Tidak mau berpangku tangan” di usianya yang beranjak senja ini. Aktifitas membuat keset sudah lama dilakukan sejak suaminya meninggal .

Benda warisan kesayangannya adalah “obeng” yang berguna untuk mencungkit anyaman keset, benda kenangan dari suaminya itulah yang dipamerkan padaku saat berhasil menemuinya karena memesan keset.

1341059538286853354

pembuat keset/2011/dok pri/bcrt

Jangan heran simbok ini menjual keset hanya seharga Rp 3000 saja per keset. Bukan masalah pendapatan yang ia kejar namun merasa berarti dan tetap aktif bekerja di usisa senja menjadi kebahagiaan tersendiri baginya. Gambaran perempuan desa yang memiliki karakter dan kepribadian mengagumkan.

Memang di saat usia senja akan menjadi tetap sehat bila aktif bergerak dan melakukan hal - hal yang membuat diri berarti sebatas kemampuan. Luar biasa sekali, saya memetik banyak pesan tanpa kata di balik senyumnya yang tersungging setiap saat ketika kami berbincang. Tak jarang tawanya yang renyah menghiasi obrolan kami.

Sebuah refleksi bagi saya, bahwa ternyata tidak semua orangtua merasa nyaman berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun. Ada beberapa orangtua yang ingin tetap berarti dan memberi makna dalam masa senjanya. Jika memang orangtua masih kuat secara fisik dan pekerjaan ringan dilakukan dengan hati gembira maka aktifitas rutin dan teratur bagi orangtua akan menjadi kebahagiaan yang mengisi hari - harinya. Selanjutnya akan membuat ia lebih semangat , mengurangi kepikunan dan merasa sehat serta memperpanjang usia.

13410606031443794856

pembuat keset/2011/dok pri/bcrt

Sebuah karya yang dihasilkan yakni keset ini adalah contoh nyata bahwa simbok Partini telah memberi arti dan mewarnai masa senjanya dengan olah fisik yang bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri.

Kegiatan simbok Partini ini mungkin juga telah dilakukan oleh banyak para orangtua lain dalam bentuk aktifitas berbeda, dan saya bersyukur mendapat ijin untuk mengabadikannya bukan hanya dalam foto juga dalam rekaman video saat berbincang bersamanya selama “kursus kilat” membuat keset.

Kelak saya, Yuda, para sahabat juga akan bertambah usia. Saya ingin tetap aktif dan kreatif seperti teladan simbok Partini ini.

1341060486987542940

pembuat keset/2011/dok pri/bcrt/yogyakarta

Terimakasih simbok Partini, engkau telah mengajarkan arti memaknai hidup di usia senja, yang bukan hanya sekedar teori namun praktek nyata dalam hidupmu sehari - hari. Uang ternyata bukan ukuran kebahagiaan di usia senja. Semoga kehadiranmu di sini memberi inspirasi bagi para orangtua dan kaum muda lainnya.

Salam hangat

Bidan Romana Tari

Oya jangan lupa ikuti terus WPC nya di sini ya:

http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/06/30/weekly-photo-challenge-portrait-photography/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com