Bahasa kiasan cenderung menggambarkan situasi jauh lebih berat dari keadaan sebenarnya. Kiasan “ hati tertusuk sembilu” sebenarnya hanya ingin menggambarkan kalau seseorang sakit hati atau tersinggung. Tak ada korban yang fatal. Tetapi si pengarang kiasan tak pernah menyadari bahwa jika hati benar2 benar tertusuk sembilu, itu adalah kondisi gawat darurat yang berat dan bisa fatal. Belum tentu setiap rumah sakit mampu menangani. Masih banyak contoh lain. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan”. Pembunuhan itu kekejaman yang sudah paling mentok, ada korban terbunuh.
Contoh lain "Jika ditampar pipi kiri, berikan pipi yang kanan". Meskipun yang nampar madame Halimah, nggak mungkin saya mau menawarkan pipi yang lain untuk ditampar lagi. Dulu sewaktu SMA pernah belajar berbagai bahasa kiasan. Ada nama khusus gaya bahasa yang cenderung memperberat dari keadaan yang sebenarnya. Nggak tahu sudah lupa saya.
Mari coba kita hayati kiasan hati tertusuk sembilu dalam dunia nyata dan bandingkan dengan kecelakaan nyata yang hampir mirip.
Musim kering tahun 1970. Lewat jam dua siang hari. Saya tiduran di kamar pondokan, di Gerjen, Suronatan, Yogyakarta. Irama lagu padang pasir mengalun dari ruang sebelah. Pak Darwis yang punya rumah memang pemain keroncong dan irama padang pasir. Rasanya masih jengkel benar. Tak tahu apa salahnya tadi dipulangkan dari praktikum ilmu faal di Karangmalang.
Praktikum sebenarnya jam satu sampai jam tiga. Saya dalam keadaan lapar ok belum sempat makan siang. Kami bertiga sebenarnya hampir selesai mengerjakan eksperimen. Hanya pas asisten datang ke meja kami, salah satu anggota rombongan tak nampak. Dia memang pamitan tadi mau ke belakang. Teman satu ini memang seperti burung jalak. Setiap habis makan selalu buang hajat ke belakang. Saya tahu sebelum praktikum tadi dia sendirian makan pecel sama papaya. Ditunggu lima menit belum kembali, asisten memutuskan untuk membatalkan eksperimen kami bertiga. Berarti harus inhaal. Mengulang lagi nanti di akhir semester untuk dapat surat puas sebagai syarat ujian. Edan.
Udara panas berdebu. Pulang balik Mangkubumen Karangmalang, naik sepeda total 20 km, tanpa hasil. Untung musim kering, kalau musim hujan doa kami mungkin sudah kesampaian, moga moga asisten tadi disamber geledhek. Mau jengkel sama siapa. Teman satu tadi memang anusnya tak tahu aturan. Setiap habis makan lari ke belakang, sang anus memancarkan sebagian yang masuk perut. Mau dikomplain wong anus anusnya sendiri, bisa apa kita.
Badan capai, pikiran kisruh, hanya tiduran di tempat tidur. Enggak sampai tidur. Musik padang pasir itu seperti mengejek saja rasanya sejak tadi. Pikiran masih nanar tidur tidur ayam, ketika tiba tiba ada ketukan di pintu. Jam empat kurang sedikit. Hawa tak begitu panas lagi.
“Gus Ki ada temannya yang mencari”, pembantu setia pak Djo memberi tahu. Agak kaget ok biasanya teman kuliah kalau datang biasanya sesudah magrib. Kepala terasa pusing, badan nggak segar. Hati masih mangkel.
Saya lihat ADI teman satu kuliah sudah menunggu di ruang tamu. Dia berpakaian rapi sekali sore itu. Nampak senyum senyum. Senyumnya mengingatkan seperti senyum sinis sang asisten faal tadi. Ada nada ejekan kemenangan dibaliknya. Untung Adi perawakannya sedang sedang saja, nggak seperti si asisten sial yang tinggi kurus itu. Kalau perawakannya tinggi kurus, dengan senyum nyinyir begitu, sudah cukup alasan untuk nggajul dia sebenarnya. Belum tahu siapa saya. Tapi saya berusaha tenang. Saya juga masih keki sama teman satu ini karena peristiwa tak menyenangkan minggu lalu. Eh malah datang ke rumah. Kutuk marani sunduk, kata orang Jawa.
Saya masih ingat peristiwa minggu lalu. Benar benar sakit hati sama si Adi ini. Kisahnya sepele.
Dia pinjam buku catatan kuliah. Kebetulan pas waktunya kuliah dia lupa nggak bawa buku itu. Pulang kuliah kami sudah janjian mau mampir ke rumahnya ambil buku itu. Pas mau pulang saya ketemu sama Amad, teman dri Solo yang pernah saya ceritakan. Hanya omong2 sekilas, say hello barang tiga menit. Tetapi si Adi enggak mau berhenti, dan berjalan duluan ok rumah kostnya dekat dengan kampus. Saya sama Amad jalan sama sama sekalian mampir ke rumah si Adi maunya. Hanya kurang lebih sepuluh menit kemudian kami sampai di tempat kostnya. Tetapi sampai di sana, pintu kamarnya sudah tertutup. Dia tinggal di kamar samping di luar rumah besar. Ada tulisan di kardus yang terpasang di pintu “Jangan ketuk pintu. Mas Adi sedang istirahat”.
Sewaktu kami berdua terlolong di muka pintu, ada pembantu yang bilang “Mas Adi tak bisa diganggu”.
Amad benar benar keki. Dia ambil kertas dan ditulisi spidol “ Tak akan ngetok pintu. Hanya pengin ngetok gundulmu”.
Kami pulang dengan rasa jengkel, tersinggung. Amad menggerutu “”Adi gemblung pakanane iwak kebo, ndableg kaya kebo””. Katanya orang kalau makanannya daging kerbau, bisa ketularan ndableg. Memang Adi kesukaannya makan daging kerbau. Hati saya marah, tersinggung. Hati tertusuk sembilu.
Sore itu hati saya masih jengkel karena gagal praktikum. Ditambah ingatan akan peristiwa minggu lalu yang menyakitkani. Si Adi datang dan mungkin tahu kalau kami baru dikeluarkan dari praktkum ? Nggak peduli lah. .
“”Ki ada masalah penting. Saya butuh anda, dan anda pasti akan selalu butuh saya”” Bicaranya memang lugas orang satu ini.
Dia mulai nerocos, tanpa minta maaf insiden pinjam buku dan insiden menutup pintu minggu lalu. Seolah semuanya hanya peristiwa normal sehari hari. Saya hanya diam mendengarkan. “”Saya ada kenalan baru, siswi SKKA dari Kudus”. SKKA singkatan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Tingkat Atas. “”Cantik sekali mirip Lenny Marlina. Mari kita samperin””.
Saya males sekali menanggapi. Masih terus bicara dia. “ Jangan mikirkan asisten faal konyol. Nggak ada untungnya. Kita samperin saja anak SKKA itu. Molig molig siapa tahu”. Dia terus saja bicara tanpa henti. Saya jadi pendengar setia. Malas mau ikut ikutan ngurusin anak SKKA, bukan daerah operasi saya. “Saya nggak ada nyali nyamperin sendirian. Banyak temannya satu kost, semuanya cantik cantik. Siapa lagi kalau nggak sama kamu Ki ”.
Akhirnya saya luluh ketika dia bilang katanya asrama putri tersebut jarang ada yang ngapeli. Belum ada karbol yang tahu. Tak ada saingan potensial. Karbol itu taruna Akademi Angkatan Udara.
Jam lima kurang seperempat saya siap sudah. Pakaian putih putih. Boncengan pakai sepeda si Adi yang baru merk Rayleigh, kami melaju ke utara ke daerah Ngampilan. Hanya butuh waktu lima belas menit ke rumah kost anak SKKA di Ngampilan. Rumah bercat kuning dengan halaman luas dan ada beberapa pohon jambu di depan. Rupanya si Adi memang sudah janjian. Oleh karena teman putri yang dicari ternyata sudah bersolek. Tak perlu menunggu lama.
Kesan saya sih tak secantik Lenny Marlina, tetapi boleh tahan lah. Manis dan kalem sekali. Lipstick nya tipis secukupnya. Kapan itu pernah saya diajak teman nyambangi kenalan putrinya yang sudah bekerja. Lipstiknya sangat tebal berlepotan kesana kemari hampir sampai telinga.
Siswi SKKA ini memang bertampang kalem keibuan. Dandanannya enggak menyolok. Saya lebih banyak jadi pendengar setia. Mereka berdua ngobrol bergairah sekali. Kadang2 saya ikut komentar tetapi seluruh diskusi saya nggak bisa mengikuti arus. Topiknya agak jauh dari minat saya. Mana cerita mengenai Ratu Kalinyamat yang bertapa telanjang, mengenai pulau Mondolika, mengenai jenang Kudus dll. Nggak tertarik untuk ikut. Pikiran saya masih tak enak dengan praktikum faal yang gagal.
Tiba tiba sehabis minum teh Adi batuk tersengal sengal. Saya pikir ya tersedak biasa. Tetapi batuknya makin menjadi jadi dan napasnya tersengal sengal. Senyumnya hilang sama sekali. Wajahnya memucat. Si teman putri SKKA ikut bolak balik ke belakang. Kami panik semua. Penghuni kost yang lain ikut berhamburan keluar. Ada yang nyelethuk ” Masnya ini kan mahasiswa kedokteran””. Edan nggak tadi tadi keluar ikut ngobrol. Gadis gadis cantik itu mau keluar hanya dalam keadaan kritis.
Si Adi butuh pertolongan darurat. Nggak ada lagi kesempatan kenalan. Akhirnya saya putuskan pamitan saja untuk terus lari ke rumah sakit. Saya boncengkan Adi dengan sepeda barunya ke RS Mangkuwilayan. Kasihan dia. Wajahnya pucat sekali. Untung ada asisten dokter yang jaga di sana. Pemeriksaan dan tindakan segera dilakukan. Ternyata ada serabut kelapa yang menancap di tenggorokan. Untunglah segera bisa dicabut dan dikeluarkan. Hanya tindakan minor. Kondisi Adi membaik walaupun harus istirahat sejenak di rumah sakit, tak sampai mondok. Untung nggak sampai terjadi apa apa. Mau ngapelin kok harus berani mati. Untung ada saya.
Dalam perjalanan pulang saya membayangkan. Hanya tenggorok tertusuk sabut kelapa saja beratnya kayak begitu. Kalau nggak cepat ketolong mau apa jadinya. Bayangkan jika hati tertusuk sembilu. Pasti fatal. Yang saya tak habis pikir, siswi SKKA mestinya kan teliti menyiapkan air teh. Apa lagi untuk calon yang sedang berminat ngapelin. Kok bisa bisanya kemasukan serabut kelapa yang pasti tertinggal saat mencuci cangkir.
Saya tak sampai hati mau mangkel terus sama Adi melihat penderitaannya. Walau hanya tenggorok tertusuk sabut. Tetapi nyata. Hati saya tertusuk sembilu, tetapi cuma kiasan. Waktu Amad mendengar insiden itu komentarnya singkat, 'telak kebo sepet we diuntal". Tenggorokan kerbau, sabut pun dimakan. Adi memang akhirnya kawin dengan alumni SKKA kabarnya. Itu memang cita citanya sejak dulu. Tetapi bukan dengan gadis yang kami kunjungi waktu itu. Mungkin dipikir resikonya terlalu tinggi. Tenggorok tertusuk sabut. Atau bisa bisa butir kelapanya sekalian masuk perut. Dibanding sekedar kiasan hati tertusuk sembilu.
Salam
Ki Ageng Similikithi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com