Anda mungkin tercengang bila mendengar misil Amerika menghantam kantor stasiun TV. Terheran-heran Amerika menjebloskan jurnalis ke penjara Guantanamo dengan tuduhan terorisme. Tak habis pikir Presiden George Bush dan Jendral Collin Powell meminta Emir Qatar agar menutup atau menjual Al Jazeera Network. Tapi itulah kisah nyata. Bisa jadi karena tidak berkenan dengan gaya liputan berita blak-blakan ala Al Jazeera untuk memberi hak jawab kepada semua pihak yang bertikai. Sebuah spirit keterbukaan informasi yang mengancam dominasi Barat untuk terus mencekoki dunia dengan pemberitaan yang sesuai dengan kepentingan nasional mereka.
Atau, Amerika (baca: Barat) hanya melaksanakan keinginan kliennya yaitu para diktator di Timur Tengah yang merasa terancam ketika rakyat melek apa yang sebetulnya dilakukan oleh Raja dan Presiden mereka.
Penulis tidak akan bahas detail profile al Jazerra Network yang dapat ditemui di banyak sumber. Namun lebih kepada sisi-sisi menarik perjuangan panjang sebuah media massa dari negeri kecil di jasirah Arab yaitu Qatar. Sebuah rangkaian perjuangan yang layak untuk diteladani oleh media-media serupa di negara berkembangan, misalnya Indonesia. Agar tidak terlena dengan penjajahan informasi dengan segala dampak negatifnya yang merugikan negara-negara kecil dan berkemembang.
Kenapa Al Jazeera? Apa yang menarik?
1) Siapa menyangka dunia Arab yang dikenal tertutup mampu memukau dunia dengan kehadiran jaringan TV kelas dunia yang menjadi santapan wajib petinggi Gedung Putih sejajar dengan CNN dan Foxnews?
2) Siapa menyangka keluarga emir Qatar bertekad menggedor publik Arab dengan keterbukaan media massa yang bertentangan dengan media milik pemerintah yang penuh kebohongan?
3) Siapa menyangka bahwa negeri kecil Qatar serupa Singapura menjadi pusat inspirasi gerakan demokrasi, revolusi rakyat, dan keterbukaan informasi yang justru membuat negara-negara Barat dan Arab panik?
4) Saking paniknya - Barat dan diktator Arab - Al Jazeera pun mencatat buku hariannya yang ditulis oleh banyak media massa di dunia dengan kisah pembunuhan jurnalis, penganiayaan, pelarangan liputan, dan pengusiran oleh pejabat Arab dan Barat.
>
Awal perjuangan
Al jazeera bermula tahun 1996 dengan merekrut sebagian crew dari BBC milik Saudi yang bermarkas di Doha Qatar yang ditutup karena crew BBC menolak sensor dari Kerajaan Saudi. Dunia Barat menyambut Al Jazeera sebagai corong keterbukaan informasi di dunia Arab untuk menyuarakan pendapat rakyat secara demokratis. Perlu diketahui bahwa media milik pemerintah di negara Arab serupa dengan TVRI dan koran Suara Karya pada jaman Orde Baru Indonesia. Tapi bulan madu dengan Barat tidak berlangsung lama.
Ciri khas Al Jazeera adalah gesit dalam pemberitaan dari suara langsung dari rakyat, mengangkat topik yang tidak dijamah oleh kebanyakan media, memiki crew militan yang berani mati demi memperoleh informasi dari tangan pertama.
Al Jazeera menuai kecaman dan permusuhan dari elite Barat dan Penguasa Arab ketika pasca tragedi 9/11 menayangkan video Ossama Bin Laden. Amerika marah karena menilai sebagai propaganda pro terorisme. Al Jazeera beralasan bahwa tugas jurnalis untuk beri kesempatan bicara kepada semua pihak yang bertikai.
Sejak itu musuh musuh Al Jazeera berusaha mengaitkannya dengan kelompok Al Qaeda di Afghanisan, Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hammas di Palestina, dan Hisbullah di Syiria/Libanon. Namun tidak pernah terbukti. Malah tudingan ngawur tsb menarik simpati kalangan intelektual independen dunia untuk menjadi konstributor berita, esei, dan analisis. Sehingga Al Jazeera kian bergengsi di mata dunia sebagai media alternatif.
Belakangan terbukti banyak analis independen Barat mengendus kemarahan Barat tidak lain karena runtuhnya dominasi media massa Barat di Timur Tengah menyusul rontoknya ekonomi mereka disalip oleh China.
Tadinya baru menempatkan kantor cabang di Kuala Lumpur, London, Washington. Kini tersiar kabar Al Jazeera melebarkan sayap ke Bosnia, Pakistan, Turki, India, China, dan Rusia. Malahan ancang ancang untuk menerbitkan koran Al Jazeera berskala internasional. Hambatan dan rintangan menghadang dari banyak pihak yang tidak suka dengan keberadaan Al Jazeera yang lain daripada yang lain di tengah padang pasir. Namum kegigihan pemilik dan crew mampu membukukan prestasi gemilang dan mencengangkan.
Al jazeera menjelma menjadi media paling digemari di jasirah Arab. Kini Al Jazeera mengklain tak kurang dari 50 juta pemirsa setia saben hari. Bahkan 100 juta pemirsa di seluruh dunia. Sebuah penilitian menemukan rakyat Arab 80% penyuka Al Jazeera versus 20% penyuka media milik pemerintah. Sejak Maret 2006 Al Jazeera Network menjelma mejadi media dunia, kini terdiri atas beberapa flagship: Al Jazeera Arabic channel, Al Jazeera English, Al Jazeera Documentary, Al Jazeera Sport, Al Jazeera.net (the English and Arabic web sites), the Al Jazeera Media Training and Development Center, the Al Jazeera Center for Studies, Al Jazeera Mubasher (Live), and Al Jazeera Mobile.
Bahkan ketika terganjal masalah bahasa Inggris untuk versi dunia maka September 2007 Al Jazeera menyewa Phil Lawrie, mantan Vice President CNN untuk Distribusi Komersial, tujuannya adalah “to spearhead the effort as Director of Global Distribution,” kata PR Al Jazeera diplomatis.
Daftar Presenter dan jurnalis Al Jazeera meliputi berbagai bangsa a.l.: Khadija Benguenna, Nima Abu-Wardeh, Laila Al Shaikhli, , Jasim Al-Azzawi, Tayseer Allouni, Tareq Ayyoub, Jihad Ballout, Stephen Cole, Jane Dutton, Ghida Fakhry, David Foster (journalist), Yosri Fouda, David Frost, Steve Gaisford, Imran Garda, Steff Gaulter, Shiulie Ghosh, Richard Gizbert, Jamal Rayyan, Darren Jordon, Rizwan Khan, Hamish MacDonald, Teymoor Nabili, Maryam Nemazee, Rageh Omaar, Shahnaz Pakravan, Amanda Palmer (journalist), Verónica Pedrosa, Faisal al-Qassem, Sohail Rahman, Robert Reynolds (journalist), Josh Rushing, Kamahl Santamaria, Mark Seddon, Barbara Serra, Lauren Taylor, Sami Zeidan, Ahmed Mansour.
Belum termasuk para kontributor, guest speaker, blogger yang berdatangan dari penjuru dunia.
Berikut ini beberapa halangan dan rintangan yang menghadang dari para penguasa yang bernapsu untuk menghancurkan Al Jazeera:
>
- Desember 2001: Cameraman Al Jazeera Sami Al Hajj ditahan hingga May 2008 tanpa tuduhan yang JELAS di Guantánamo Bay, disertai penganiayaan fisik dan secara seksual . Pejabat Amerika mengatakan karena alasan keamanan. Sami Al Hajj dipaksa mengaku sebagai anggota Al-Qaeda.
- 13 November 2001: Serangan rudal AS menghancurkan kantor Al Jazeera di Kabul.
- 03 Oktober 2001 : Menlu Amerika Jendral Colin Powell membujuk Emir Qatar untuk menutup Al Jazeera.
- 24 Maret 2003: dua wartawan Al Jazeera yang meliput New York Stock Exchange (NYSE) dilarang beroperasi di lantai perdagangan bursa.
- 8 April 2003: Kantor Jazeera di Baghdad dihantam rudal AS, menewaskan reporter Tareq Ayyoub dan melukai lainnya.
- 4 Juli 2004 : Pemerintah Aljazair membekukan kegiatan koresponden Al Jazeera.
- 30 Januari 2005: New York Times melaporkan bahwa pemerintah Qatar di bawah tekanan rezim George W Bush untuk untuk menjual stasiun TV Al jazeera.
- 22 November 2005: Tabloid The Daily Mirror menerbitkan cerita memperoleh memo bocor dari 10 Downing Street (kantor PM Inggris) bahwa mantan Presiden George W. Bush mempertimbangkan pengeboman markas Al Jazeera di Doha pada bulan April 2004, ketika Marinir AS yang melakukan serangan diperdebatkan di Fallujah.
-15 Juli 2009: Otoritas Nasional Palestina menutup kantor Al Jazeera di Tepi Barat.
- FIFA 2010: Al Jazeera gagal tayang meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dilaporkan ada gangguan saluran dan ketika diperbaiki tetap tidak beres. The Guardian mewartakan bahwa gangguan tsb adalah ulah dari pemerintah Jordania.
- 30 Januari 2011: Pemerintah Mesir memerintahkan saluran TV untuk menutup kantornya, disusul sehari kemudian di mana Pasukan Keamanan Mesir menangkap enam wartawan Al Jazeera selama beberapa jam dan menyita peralatan kamera mereka.
- Pemerintah Israel hanya menginjinkan crew Al Jazeera interview dengan 3 pejabat teras, yang lain dilarang bicara dengan Al Jazeera.
- Perusahaan telekomunikasi Amerika menolak menyediakan channel untuk Al Jazeera agar publik Amerika tidak dapat sekedar menengok siaran TV Al Jazeera.
Bagaimana dengan Indonesia?
Adalah sangat disayangkan bila modal besar konglomerat Indonesia hanya untuk mendirikan stasiun TV Berita dan portal berita tanpa mengubah kedudukan sebagai narasumber kelas dua di bawah CNN, BBC, ABC dll untuk liputan berita di wilayah nusantara dan sekitarnya. Apalagi untuk berbicara di level Asia Tenggara, Asia, dan dunia. Akankah terus menjadi etalase dagangan produk asing dalam bentuk budaya, pemikiran, dan kebijakan publik yang belum tentu sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia?
Mungkin para petinggi TV One dan Metro TV perlu mengubah orientasi. Yaitu mengutamakan pemberdayaan masyarakat dan pencerdasan bangsa. Serta menahan diri untuk tidak turut serta berebut jabatan RI-1 dan RI-2 dengan media massa miliknya sebagai corong propaganda politik. Jika tidak demikian maka publik selalu mencurigai fungsi kontrol sosial media tersebut karena dibayangi oleh agenda tersembunyi pemilik media untuk merebut kursi nan empuk di istana negara.
Atau…. jangan-jangan pemilik Metro TV dan TV One menjadikan media tsb untuk mengejar ambisi politik pribadi. Hemmm.
*
Salam tuljaenak
RAGILE, 11feb2011
>
>
Sumber:- Al Jazeera English, The Guardian UK, The Huffington Post USA, About.com USA
>
Postingan sebelumnya :
Kebohongan Pemimpin dan Media Massa Barat Soal Revolusi Mesir
*
Postingan kawan Della Anna :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com