Sabtu, 07 Mei 2011
MenaNGis LaH
Bismillah..
Assalamu'alaikum.
Menangis adalah suatu terapi syari'e. Menurut tajuk sebuah buku.
Dalam menghadapi kehidupan, begitu banyak dugaan yang perlu diatasi. Dengan iman dan taqwa, kita menjadi manusia yang terselamat. Peningkatan usia seiring dengan perubahan tahap kehidupan kita,mungkin pada suatu masa dahulu kita agak selesa dengan keadaan hidup yang damai dan aman dari sebarang kekacauan. Secara tiba-tiba ujian demi ujian menghimpit, meninggalkan ruang sempit untuk kita bersenang-senang, sehinggakan hati sentiasa gundah memikirkan jalan keluar. Perasaannya adalah umpama saat kita sedang leka bermandi manda dalam suasana air yang tenang namun berombak ganas secara tiba2. Cemas, risau, berdebar, takut datang bercampur baur.
Dugaan tetap akan datang menguji setiap insan yang mengaku beriman kepada Nya. Hikmahnya untuk mengekalkan kita supaya sentiasa mengingati Nya. Bagaimana kita berusaha menepati kehendak syariatnya. Walau terkadang ujian yang tiba benar2 menggugah perasaan hati, membuatkan kita keletihan mencari jalan keluar, mengumbul kekuatan untuk tabah menghadapinya.
dan Menangislah...
merintih keampunan dan pengharapan kepada Nya. Mengadu segala kelemahan yang ada. Memuji dengan takzim atas segala sifat Kebesaran Nya. Merayulah dengan hatimu, berdoalah dengan ikhlas supaya hati damai setelah bermanja dengan Nya. Hanya dengan mengingati Allah, hati menjadi tenang.
Allah merindukan suara kita, yang bermunajat, mendamba untuk bercinta dengan Nya. Siapakah kita tanpa izin kekuatan dari Nya? Hatta mata yang berkelip pun adalah dengan izin Nya. dan hanya kepada-Nya lah sebaik-baik tempat kembali.
UWAIS AL QARNI : TERKENAL DI LANGIT ,TIDAK TERKENAL DI BUMI..
Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk syurga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan syurga tak ada yang ketinggalan kerananya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, darimana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak keluarga kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedangkan ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpelukan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon izin kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahawa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah SAW bersabda :
“Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a.,
dan bersabda :
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam.
Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.
Kerana desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.
Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !“katanya. “Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”
Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”.
Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”tanyanya. ”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ?
Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Detik-detik Menjelang Wafatnya Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW
sebelumnya saya ingin mengucapkan "SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARRAM 1431H" semoga hari2 yang akan datang lebih baik dari hari2 yang telah lalu..Amin Allahumma amin
Shalawat dan Salam kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi Wasallam
Limpahan Rahmat dan Karunia selalu tercurah padanya...
ketika membaca kisah dibawah ini saya tak kuasa menahan airmata,.. bagaimana dengan saudara2 ku sekalian? menangiskah anda ketika membacanya???
berikut kisahnya :
Dikutip dari Terjemah Durrotun Nasihin.
Tujuannya adalah berbagi hikmah dari kisah yang disampaikan.
SEMOGA BERMANFAAT
Bismillahirrohmanirrohim
”Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah
Kusempurnakan nikmatKu kepadamu serta telah Kuridhai Islam sebagai
agamamu” (Al-Maa’idah : 3)
Mendengar ayat ini menangislah Umar ra.
Nabi SAW bertanya : ”Apakah yang membuatmu menangis?”
Umar ra menjawab : ”Yang membuatku menangis adalah kalau kita selama
ini selalu bertambah-tambah dalam agama kita. Tetapi kalau sekarang
agama itu telah sempurna, maka sesuatu yang sudah sempurna tidak bisa
lain kecuali dia akan berkurang”
Nabi bersabda : ”Benar engkau!” (Abus Su’ud)
Telah diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan setelah Ashar hari Jum’at
di Arafah pada Haji Wada’. Waktu itu Nabi Muhammad SAW sedang
mengerjakan wukuf di Arafah diatas unta, dan setelah ayat ini tidak
lagi turun ayat tentang kewajiban.
Ketika turun ayat ini Nabi Muhammad SAW merasa tidak kuat menanggung
arti dari ayat tersebut. Beliau bertelekan (bersandar) pada untanya dan
unta pun tertunduk.
Turunlah Malaikat Jibril dan berkata :”Ya Muhammad, benar-benar telah
sempurna hari ini perihal agamamu dan telah selesai apa yang telah
diperintahkan Tuhanmu kepadamu, dan apa yang dilarangNya padamu.
Kumpulkan sahabat-sahabatmu dan kabarkan pada mereka bahwa aku tidak
akan lagi turun kepadamu setelah hari ini.”
Lalu kembalilah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Dikumpulkannya
sahabat-sahabatnya dan dibacakannya ayat tersebut kepada mereka serta
menceritakan kepada mereka tentang apa yang dikatakan oleh Jibril AS.
Mendengar berita tersebut bergembiralah para sahabat dan mereka berkata :“Telah sempurna Agama kita”
Kecuali Abu bakar ra. Dia sangat bersedih dan kembali kerumahnya. Dia
mengunci pintu dan tenggelam dalam tangisnya siang malam. Para sahabat
mendengar keadaan Abu Bakar itu, mereka berkumpul dan mendatangi rumah
Abu Bakar ra.
Mereka bertanya : ”Hai Abu Bakar, mengapa engkau menangis pada
saat kita harus bergembira dan senang? Karena Allah SWT telah
menyempurnakan Agama kita.”
Abu Bakar berkata : ”Hai para Sahabat,
kamu semua tidak mengetahui bencana yang akan menimpamu.
Bukankah kamu mendengar bahwa suatu perkara apabila telah sempurna maka
akan muncul kekurangannya? Ayat ini mengabarkan tentang perpisahan
kita, tentang keyatiman Hasan dan Husain dan tentang Istri-istri Nabi
Muhammad SAW yang akan menjadi janda.”
Maka terjadilah teriakan diantara para sahabat, mereka semua menangis,
dan Sahabat-sahabat lain yang tidak ikut hadir dirumah Abu Bakar
mendengar tangisan dari kamar Abu Bakar, lalu mereka datang kepada Nabi
Muhammad SAW, dan mereka berkata :”Ya Rasulullah, kami tidak tahu bagaimana keadaan para sahabat itu, hanya saja kami mendengar tangisan dan teriakan mereka.”
Maka berubahlah wajah Nabi Muhammad SAW dan berdiri segera menuju rumah
Abu Bakar dan bertemu para sahabat. Beliau melihat mereka dalam keadaan tersebut diatas,
Kemudian bersabda : ”Apakah yang membuat kamu menangis?”
Berkatalah Ali ra.: ”Tadi Abu Bakar berkata, Aku telah mencium bau wafat Rasulullah SAW dari
ayat ini. Apakah benar ayat ini dapat diambil sebagai petunjuk atas wafatmu?”.
Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Benar Abu Bakar dalam ucapannya itu. Memang benar telah dekat keberangkatanku dari hadapanmu dan telah tiba saat perpisahanku dengan kamu semua.”
Setelah Abu Bakar ra. mendengar sabda Rasulullah itu berteriaklah dia sekeras-kerasnya dan jatuh tak sadarkan diri.
Ali ra. bergetar tubuhnya dan para sahabat lain menjadi ribut, mereka
ketakutan semuanya dan menangis sejadi-jadinya, hingga gunung-gunung
dan batu-batu ikut menangis bersama mereka, demikian pula para
Malaikat. Ulat-ulat dan binatang-binatang darat maupun di laut,
semuanya ikut menangis.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berjabatan dengan para setiap orang dari
para sahabat, berpamitan dan menangis serta memberi wasiat kepada
mereka. Kemudian Beliau hidup setelah turunnya ayat tersebut dalam
delapan puluh satu hari.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa setelah dekat wafat Nabi
Muhammad SAW, Beliau memerintahkan Bilal untuk menyerukan shalat kepada
manusia. Bilal lalu menyerukan Adzan dan berkumpullah para Sahabat
Muhajirin dan Anshar ke Masjid Rasulullah SAW. Beliau mengerjakan
shalat dua rakaat ringan bersama para sahabat. Kemudian naik mimbar,
memuji dan menyebut keagungan Allah SWT.
Beliau berkhutbah dengan sebuah khutbah yang dalam, hati menjadi takut karenanya, dan air mata bercucuran karenanya.
Kemudian Beliau bersabda :
”Wahai sekalian muslimin, sesungguhnya aku adalah seorang Nabi kepada kamu,
pemberi nasihat dan berda’wah kepada Allah SWT dengan seijinNya. Dan
aku berlaku kepadamu sebagai seorang saudara yang menyayangi dan
sekaligus sebagai ayah yang belas kasih. Barang siapa diantara kamu
yang mempunyai suatu penganiayaan pada diriku, maka hendaklah dia
berdiri dan membalas kepadaku sebelum datang balas membalas di hari
kiamat.”
Tidak ada seorangpun yang berdiri menghadapnya, sehingga Beliau
bersabda demikian kedua kali dan ketiga kalinya. Barulah berdiri
seorang laki-laki bernama Akasyah bin Muhshin.
Berdirilah dia didepan Nabi Muhammad SAW dan berkata : “Demi
Ayah dan Ibuku sebagai tebusanmu Ya Rasulullah, seandainya engkau tidak
mengumumkan kepada kami berkali-kali, tentu aku tidak akan mengajukan
sesuatu mengenai itu. Sungguh aku pernah bersamamu di Perang Badar.
Saat itu untaku mendahului untamu. Maka turunlan aku dari unta dan
mendekatimu agar aku dapat mencium pahamu. Tetapi engkau lalu
mengangkat tongkat yang biasa engkau pergunakan untuk memukul unta agar
cepat jalannya dan engkau pukul lambungku. Aku tidak tahu apakah itu
atas kesengajaan dirimu atau engkau maksudkan untuk memukul untamu ya
Rasulullah?”.
Rasulullah bersabda: ”Mohon perlindungan kepada Allah hai Akasyah, kalau Rasulullah sengaja memukulmu."
Bersabda lagi Beliau kepada Bilal: ”Hai Bilal, berangkatlah ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku.”
Maka keluarlah Bilal dari Masjid sedang tangannya diatas kepalanya:
”Ini adalah Rasulullah, sekarang Beliau memberikan dirinya untuk diqishash.”
Dia mengetuk pintu Fathimah, dan bertanyalah Fathimah: ”Siapa yang ada di depan pintu?”
Bilal menjawab: ”Aku datang untuk mengambil tongkat Rasulullah”
Fathimah bertanya : ”Hai Bilal, apa yang akan diperbuat Ayah dengan tongkat itu?”
Bilal menjawab: ”Hai Fathimah, Ayahmu memberikan dirinya untuk di qhisash."
Fathimah bertanya lagi: ”Hai Bilal, siapakah yang sampai hatinya mau membalas pada Rasulullah?”
Lalu Bilal mengambil tongkat itu dan masuklah dia ke Masjid serta
memberikan tongkat itu kepada Rasulullah, sedang Rasul kemudian
menyerahkannya kepada Akasyah.
Ketika Abu Bakar dan Umar ra. memandangnya, maka berdirilah mereka berdua dan berkata : ”Hai Akasyah, aku masih berada didepanmu, maka balaslah kami dan janganlah engkau membalas kepada Nabi Muhammad SAW.”
Bersabdalah Rasulullah SAW: ”Duduklah engkau berdua, Allah telah mengetahui kedudukanmu.”
Berdiri pula Ali ra. dan berkatalah dia: ”Hai Akasyah, aku
masih hidup didepan Nabi Muhammad SAW. Tidak akan aku sampai hati kalau
engkau membalas Rasulullah SAW. Ini punggungku dan perutku, balaslah
aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tanganmu.”
Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Hai Ali, Allah telah mengetahui kedudukan dan niatmu.”
Berdiri pula Hasan dan Husain, dan mereka berkata : ”Hai
Akasyah, bukankan engkau mengenal kami berdua. Kami adalah dua orang
cucu Rasulullah. Membalas kepada kami adalah sama seperti membalas
kepada Rasulullah.”
Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Duduklah engkau berdua wahai kegembiraan mataku.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Hai Akasyah, pukullah kalau engkau mau memukul.”
Akasyah berkata: ”Ya Rasulullah, engkau memukulku dahulu dalam keadaan aku tidak terhalang pakaianku.”
Lalu Rasulullah menyingkapkan pakaiaannya, dan berteriaklah orang-orang Islam yang hadir seraya menangis.
Ketika melihat putihnya jasad Rasulullah, Akasyah menubruknya dan mencium punggungnya.
Berkatalah dia:
”Nyawaku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah yang akan sampai hati untuk
membalasmu ya Rasulullah. Aku melakukannya hanya mengharapkan agar
tubuhku dapat menyentuh jasadmu yang mulia, dan Allah akan memelihara
aku berkat kehormatanmu dari neraka.”
Bersabdalah Nabi Muhammad SAW: ”Ingat, barang siapa yang ingin melihat penghuni surga maka hendaklah dia melihat orang ini.”
Semua orang Islam yang hadir berdiri, dan mencium antara kedua mata Akasyah seraya berkata : ”Beruntung sekali engkau, engkau berhasil mendapatkan derajat yang tinggi dan berkawan dengan Nabi Muhammad SAW di surga.”
Ya Allah, mudahkanlah kepada kami untuk mendapatkan syafa’atnya, berkat keagungan dan kemegahanMu
(Dari Mau’idhatul Hasanah)
Ibnu Mas’ud berkata: ”Ketika dekat wafat Nabi Muhammad SAW
berkumpullah kami di rumah Ibu kita Aisyah. Kemudian Beliau memandang
kami dan bercucuranlah air matanya.
Beliau bersabda:
”Marhaban bikum rahimakumullah” (selamat datang kamu semua, mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada kamu) aku berwasiat kepada kamu agar takwa kepada Allah dan taat kepadaNya. Telah dekat perpisahan dan telah tiba kembali kepada Allah dan ke surga Al-Ma’waa. Hendaklah nanti Ali yang
memandikan aku, Al-Fadhal bin Abbas yang menuangkan air dan Usamah bin
Zaid yang membantu keduanya. Kafanilah aku dengan pakaianku sendiri
kalau kamu mau, atau dengan pakaian buatan Yaman yang putih. Jika kamu
sudah memandikan aku letakkanlah aku di tempat tidurku didalam kamarku
ini di tepi liang lahadku. Kemudian keluarlah meninggalkan aku sesaat.
Karena pertama-tama yang menshalatkan aku adalah Allah Azza wa Jalla,
kemudian Jibril, kemudian Israfil, kemudian Mika’il, kemudian Malaikat
Maut beserta anak buahnya, kemudian semua Malaikat yang lain. Setelah
ini barulah kamu masuk sekelompok demi sekelompok dan shalatkanlah aku.”
Setelah mereka mendengar kata perpisahan Nabi Muhammad SAW ini mereka berteriak seraya menangis.
Mereka berkata:
”Ya Rasulullah, engkau adalah Rasul kami
dan kepala kumpulan kami. Serta penguasa perkara kami. Jika engkau
harus pergi, lalu kepada siapakah nanti kami akan kembali dalam
menghadapi kesulitan?”
Nabi Muhammad SAW bersabda :
”Aku tinggalkan kamu pada jalan kebenaran dan jalan
yang bersinar dan aku tinggalkan untuk kamu dua penasehat: Yang
berbicara dan yang diam. Yang berbicara adalah Al-Qur’an, sedang yang
diam adalah kematian. Apabila ada sebuah kesulitan pada kamu maka
kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan apabila hatimu keras
membantu lembutkanlah dia dengan mengambil pelajaran dengan hal ihwal
kematian.”
Detik-detik Rasulullah saw menjelang sakaratul maut.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini? " tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wasalim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Sumber : Akhi kasman
Wassalam,
Kushi
Selasa, 03 Mei 2011
MASIH INGAT PETRUK DAN GARENG (special version)
Jujur saya adalah penggemar berat dan pengoleksi komik-komik Petruk & Gareng dari serial Hantu sampai yang serial khusus komedi,dulu saya gak suka baca komiknya tapi liatin gambarnya aja gan,wkwk maklum masih anak kecil banget,hehe
jd nangis nih klo ingat masa lalu,rasanya pingin bener kembali kemasa lalu hiks,hiks,hiks.........
sekarang komik saya udah hilang entah kemana,hehe
hehe nih klo agan2 semua pada lupa sama tokoh2nya saya akan tampilkan gambar2 tokoh dikomik zaman dulu itu terutama petruk sama garengnya yang bikin kita ketawa terus,hehe
PROFILE PETRUK:
Nama:Petruk
Ciri-ciri:Hidung agak Panjang,hehe
Hoby:Suka jalan2 sama sahabat dekatnya Gareng,kadang suka berantem sama sahabatnya sendiri,hehe,kadang juga suka marah,seingat saya sih dikomik yang sering saya baca2 dulu
Kebiasaan:Suka godain cewe2 yg lagi lewat dijalan,hehe sama sahabatnya siGareng,hehe
PROFILE GARENG:
Nama:Gareng
Ciri-ciri:masa gak tau sih,hidungnya agak besar sih,hehe
Hoby:Selalu setia menemani siPetruk kemanapun pergi,suka nongkrong bareng sama Petruk dan Bagong,hehe Bagong tokoh yg jarang muncul gan,udah pada tau kali kan agan2 semua.
Kebiasaan:Sama seperti Petruk,suka godain cewe2 yg lagi lewat didepan mereka,kadang mereka bersaing utk mendapatkan cewe tersebut,hehe
PROFILE PAK SEMAR:
Nama:Semar
Ciri-ciri:perut agak besar,hidung kurang lebih seperti Gareng,kalau jalan sukanya pake sarung/tongkat seingat saya dikomik2 kesukaan saya dulu,hehe
Hoby:Mengusir Roh Jahat/hantu,membantu orang2 yang kesulitan,yg paling sering dibantu adalah Petruk dan Gareng karena mereka suka diusilin Dedemit dan Hantu,Pak Semar juga mempunyai kekuatan yang bisa melawan hantu,dedemit dan siluman.
Kebiasaan:kayanya sih suka makan,suka berbuat kebajikan mengusir hantu2 usil,hehe itu aja kali
PROFILE BAGONG:
Nama:Bagong
Ciri-ciri:setau saya mirip sama siGareng,kurang lebih,hehe,tapi klo gantengnya sih gak tau saya gan,hehe
Hoby:Bergabung sama Petruk dan Gareng,kadang2 sih,soalnya Bagong tokoh yg jarang muncul dikomik terpopuler pada zamannya itu,hehe
Kebiasaan:Sering ditakuti hantu bersama Petruk dan Gareng.
TOKOH-TOKOH YANG SERING MENAKUTI PETRUK DAN GARENG (SETAN,DEDEMIT DAN SILUMAN)
SETAN:Sukanya nakutin Petruk dan Gareng kalau mereka sok jadi pahlawan,wkwk
Dedemit:Suka menipu Petruk dan Gareng dengan berubah wujud dan langsung menakuti mereka,wkwk masih ingat kan semua.
Siluman:Kalau siluman sih sering digambarkan seperti Siluman Babi Ngepet dan manusia yang berubah wujud harimau,ular dan semacamnya menyerupai binatang.
Ada juga loe gan Serial SUPERHERONYA,nih langsung aja agan liat:
ROBOCOP DAN MEGALOMAN,Jrenggggg!!!!!!jrengggggg!!!!!!!
SERIAL:SPIDERTRUK,SPIDERMAN PETRUK....hehe.....
Tapi kalau yang satu ini bikin bingung saya gan,kapan terbitnya ya edisi ginian,wkwkwkk.....
Nih Penerbit Komik Komik Petruk dan Gareng gan:
PROFIL TATANG S - PENGARANG KOMIK PETRUK GARENG
Tatang S bernama lengkap Tatang Suhenra. Pada tahun 1970-an, kabarnya, ia pernah menjadi komikus yang bayarannya paling tinggi di Bandung. Ketika itu, ia dikenal sebagai komikus cerita-cerita silat. Karena ambisinya dalam mencipta komik sangat besar, tidak jarang ia sering ‘berbenturan’ dengan rekan-rekannya sesama komikus. Kasus yang menonjol adalah ketika ia terlibat ‘perang komik’ dengan Ganes TH. Ganes merupakan seorang komikus yang kesohor dengan karyanya, ‘Si Buta Dari Goa Hantu’. Pada suatu ketika, Ganes pindah dari sebuah penerbitan. Penerbit tersebut tak terima dan sakit hati dengan kepindahan Ganes. Tak lama kemudian Tatang direkrut oleh penerbit itu untuk menyaingi komik sohor karya Ganes. Tatang lalu membuat komik ‘Si Gagu dari Goa Hantu’ untuk menyaingi ‘Si Buta dari Gua Hantu’-nya Ganes. Lalu apa yang terjadi? Ternyata komik karya Tatang ini cuma beredar sebanyak tiga edisi sampai akhirnya dibredel. ‘Si Gagu dari Goa Hantu’-nya Tatang membuat dunia perkomikan Indonesia gempar. Secara tidak langsung, Tatang telah menjadi korban pemainan penerbit, sehingga karir Tatang sebagai seorang komikus silat hancur.
Karir Tatang kembali bersinar setelah ia membuat komik dengan tokoh Punakawan (Gareng, Petruk, Semar, Bagong). Pada 27 April 2003, Tatang S meninggal dunia. Menurut sejumlah rumor yang beredar, ia meninggal karena penyakit kencing manis. Penyakit ini diderita lantaran Tatang, yang sering kerja pada malam hari, ketagihan meminum minuman bersoda. Meski kehidupannya diliputi misteri, Tatang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk komik Indonesia. Komik Petruk Gareng ini telah menorehkan kenangan tersendiri bagi yang pernah membacanya yang mungkin sekarang usia pembacanya sudah di atas umur 30 tahunan .. :)
Andai saya Memiliki studio Animasi dan Kartun,pasti saya akan membuat serial kartun Petruk dan Gareng,hehe membuat tokoh2nya lucu seperti serial kartun spongebob
udah lengkap kan gan postingannya,silahkan dicopas gan,jangan lupa cantumin sumbernya ya gan,hehe,thnks sobat atas kunjungannya
sumber:www.eryevolutions.co.cc
Awas!!! anda bisa diSembunyikan Hantu
katanya sih dulu...Dikota sy Banjarmasin sering terjadi hal yang dianggap aneh oleh masyarakat kota Bjm,yaitu anak-anak kecil-remaja bahkan dewasa pernah disembunyikan oleh hantu,maksudnya diculik/disembunyiin.
Setahu saya hantu2 itu suka nyembunyiin anak2 yang sukanya main petak umpet/sembunyian2 diwaktu senja apalagi malam hari/ditempat2 angker dan sepi
Saya juga dengar kalau ingin mencari anak yang hilang pada senja/malam hari akibat diculik hantu dengan cara keliling kampung beramai2 bersama warga diiringi doa-doa ayat suci al-qur'an bisa juga dengan tolak bala.
mungkin kaya gini gambarnya orang tolak bala
Apabila anak tersebut sudah ditemukan,biasanya sih anak2/orang itu badan agak licin seperti habis dijilati hantu,hiyyyyy seremmm juga ya.
Pesan dari saya nih,singkat aja,bagi anda yang sudah mempunyai anak masih kecil/punya adik kecil harus dijaga dan ditegur kalau mereka sedang bermain dimalam hari/pd saat senja,kalau kejadian kan repot juga,hehe kalau bisa jaga diri anda juga,orang dewasa juga bisa disembunyiin hantu loe,haha bukannya nakuti2 cuma peringatin aja gan,hehe
silahkan beri komentar mengenai artikel ini/ada yang ingin anda tanyakan pada saya mengenai hantu yang suka nyembunyiin orang ini,hehe...
kayanya sih hantu yang suka nyulik orang itu wewe gombel kaya gambar2 dibawah ini:
sumber:www.eryevolutions.co.cc
Mengenal Hantu Air (Hantu Banyu)
Hmmmmm............... ingin bagi2 pengetahuan misteri aja nih gan,soalnya diKota saya Banjarmasin Hantu Air sangat terkenal dan sering terdengar ditelinga2 warga Banjarmasin termasuk saya juga sering mendengar soal Hantu air itu,hiyyy kayanya serammmmmmm ya gan.
Jgn bingung??? gan,hehhe saya terusin ya ceritanya,hantu air itu katanya sukanya menarik kaki anak2 yang sering mandi disungai,gitu sih sepengetahuan saya,sasarannya sih yang paling sering anak-anak bahkan orang dewasa juga bisa,mungkin itu mitos/fakta agan bisa cari kesimpulan sendiri gan,hehe sekian dulu posting dari saya.
Mungkin bagi anda yang penasaran hantu air (hantu banyu) itu rupanya seperti ini,mungkin saja gan,boleh percaya/tidak,hehhehe......
atau seperti ini kali,hehe
atau juga seperti ini,tinggal pikirkan aja gan sendiri,hehe
atau yang lebih seremmmmmmm nihhh gan!
atau seperti ini,jrenggggggggggg!!!!jrengggg!!!!!!!!!!
wkkwkkwk becanda gan,yang jelas itulah Hantu Air yg cukup dikenal dikota saya Banjarmasin,sekian dulu dan terima kasih dan berkunjung
silahkan dicopas gan,jgn lupa cantumin sumbernya ya gan,hehe
sumber:www.eryevolutions.co.cc
Romantisme Kisah Alquran
oleh Drs Marzuzak SY,MM
AlQURAN, kitab suci yang di antaranya fungsinya sebagai Hudallinnas wabainatim minal huda walfurqan (petunjuk bagi sekalian manusia dan pembeda antara yang benar dan yang batil). Jejak manusia zaman lampau direkam apik dalam Alquran, mengandung pesan yang sarat nilai dan filosofi. Bahasa sastranya yang tertandingi, membuat banyak kisah yang diungkap begitu mempesona dan romantisme. Kisah-kisah dalam Alquran itu, Allah swt menyebutnya sebagai ahsan al-qashas (sebaik-baik kisah).
Simaklah romantisme Nabi Yusuf, yang berkisah tentang percintaan anak manusia yang dilukiskan Alquran dengan sangat memukau. Yusuf, pemuda tampan yang saleh, selalu menjaga kehormatan dirinya. Jika saja bukan karena keimanan yang mengerintal kepada Allah, mungkinkah Yusuf bisa menghindar dari godaan seorang perempuan cantik jelita kalangan jet set seperti Zulaikha yang merayunya untuk berbuat suatu yang tidak diredhai Allah?
Sulit dibayangkan! Yusuf, yang menjadi anak hilang semenjak kecil, terbuang jauh dari kampung halamannya di Kan’an, lalu tinggal dalam istana Raja Mesir yang megah, tak bisa menghindar dari rayuan perempuan secantik Zulaikha itu. Apalagi ketika itu andai ia berbuat mesum, pastilah tidak ada yang mengetahui. Tak akan ada hal yang menghebohkan bisa mencoreng nama baiknya.
Alquran juga melukiskan bagaimana Yusuf menghindari perselingkuhan dalam situasi yang amat genting. Ketika tingkat sensualitas sudah demikian memuncak membakar kedua insan itu (Yusuf dan Zulaikha), seperti disebut dengan ungkapan Walaqad hammat bihi wahamma biha (Sesungguhnya wanita itu sungguh bermaksud untuk melakukan perbuatan itu dengan Yusuf dan Yusuf pun demikian pula) (Q.S,Yusuf:24).
Dalam situasi amat genting itu, setan sedang mencengkramkan jejaringnya. Namun Yusuf bertindak dengan berusaha ke luar dari kamar sedapat mungkin menggapai pintu. Zulaikha yang terlanjur sedang berahi mengejarnya dan menarik baju Yusuf dari belakang yang kemudian tindakan kecil itu ternyata menjadikan bukti bahwa Yusuf tidak bersalah (karena bajunya robek di bagian belakangnya). Maka terhindarlah Yusuf dari terperangkap maksiat. Ia selamat dari jurang “gelap”. Alquran sama sekali tidak menutup “hasrat” dua insan berlainan jenis itu. Hasrat itu manusiawi dan harus dikelola dengan baik sesuai dengan manajemen yang Islami, yaitu lewat pintu pernikahan.
Simak pula kisah Ratu Bulqis. Perempuan penguasa (Ratu) Kerajaan Saba. Alquran melukiskan, pernah mencapai kejayaan dan kemakmuran sebagai “Baldatun Thaibatun Warabbun ghafur” (Q.S.Saba’:15). Syahdan, ketika sang ratu nan cantik itu memasuki istana Raja Sulaiman yang supermewah terbuat dari kaca berkualitas tinggi, membuatnya terpesona dan kehilangan control. Lantainya yang bening dikiranya kolam besar yang berair jernih, sehingga secara refleks disingkapnya kain yang menampakkan kedua betisnya. Alquran melukiskan dengan ungkapan, wa kasyafatn ‘an saaqaihaa. Ungkapan itu sangat menggetarkan, namun Alquran hanya melukiskan peristiwa yang sebenarnya.
Pada bagian lain, Alquran juga melukiskan betapa kedua insan berlainan jenis dari kalangan atas ini, saling jatuh cinta, memadu kasih dan mengantarkan mereka atas izin Allah menjadi sepasang suami istri yang berbahagia. Namun diawali sepucuk surat Nabi Sulaiman kepada sang ratu dengan nama Allah Yangmaha Pengasih dan Penyayang, mengajaknya masuk Islam.
Alquran juga melukiskan romantisme kisah cinta antara Nabi Musa dengan perawan yang ditemuinya di Madyan dalam pelarianya dari Mesir. Alkisah, Musa membantu dua orang perawan yang sedang bersimbah keringat memberikan minum pada domba-dombanya. Mungkin kedua perawan itu kalah bersaing dengan orang-orang yang berebut air di sekitar sumber air di tengah padang pasir yang tandus dan kerontang.
Ternyata kedua perawan itu adalah putri Nabi Syu’ib As yang ketika itu sudah berusia sangat lanjut. Salah seorang dari putri Nabi Syu’ib itu jatuh cinta kepada Musa. Ia mendatangi Musa dengan perasaan malu-malu. Alquran melukiskannya dengan ungkapan tamsyii ‘ala istihyaa. Ia mengundang Musa ke rumahnya, karena orangtuanya hendak memberikan imbalan atas pertolongannya. Akhirnya, perawan itu mengatakan kepada ayahnya, “Wahai ayah ambil dia sebagai orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan amanah.”
Nabi Syu’ib memahami maksud kata-kata putrinya itu. Sang ayah yang bijak dan sudah berusia lanjut itu, kemudian menjodohkan anaknya dengan Musa. “Pucuk dicinta ulam tiba.” Ternyata, romantisme lakon anak manusia di atas pentas kehidupan sesungguhnya bersifat universal, manusiawi, serta lintas bangsa, strata sosial dan generasi. Namun semua itu harus diperankan dengan arif, dikelola secara Islami agar tak terjebak dan terperangkap dalam jejaring Iblis. Karena puncak dari segala cinta hanya mengharap ridha ilahi·
* Penulis adalah mantan Pimred “Ceurana” Gemasastrin FKIP Unsyiah.
JENERAL TALUT (PERANG KEMERDEKAAN)
|
| |