oleh Drs Marzuzak SY,MM
AlQURAN, kitab suci yang di antaranya fungsinya sebagai Hudallinnas wabainatim minal huda walfurqan (petunjuk bagi sekalian manusia dan pembeda antara yang benar dan yang batil). Jejak manusia zaman lampau direkam apik dalam Alquran, mengandung pesan yang sarat nilai dan filosofi. Bahasa sastranya yang tertandingi, membuat banyak kisah yang diungkap begitu mempesona dan romantisme. Kisah-kisah dalam Alquran itu, Allah swt menyebutnya sebagai ahsan al-qashas (sebaik-baik kisah).
Simaklah romantisme Nabi Yusuf, yang berkisah tentang percintaan anak manusia yang dilukiskan Alquran dengan sangat memukau. Yusuf, pemuda tampan yang saleh, selalu menjaga kehormatan dirinya. Jika saja bukan karena keimanan yang mengerintal kepada Allah, mungkinkah Yusuf bisa menghindar dari godaan seorang perempuan cantik jelita kalangan jet set seperti Zulaikha yang merayunya untuk berbuat suatu yang tidak diredhai Allah?
Sulit dibayangkan! Yusuf, yang menjadi anak hilang semenjak kecil, terbuang jauh dari kampung halamannya di Kan’an, lalu tinggal dalam istana Raja Mesir yang megah, tak bisa menghindar dari rayuan perempuan secantik Zulaikha itu. Apalagi ketika itu andai ia berbuat mesum, pastilah tidak ada yang mengetahui. Tak akan ada hal yang menghebohkan bisa mencoreng nama baiknya.
Alquran juga melukiskan bagaimana Yusuf menghindari perselingkuhan dalam situasi yang amat genting. Ketika tingkat sensualitas sudah demikian memuncak membakar kedua insan itu (Yusuf dan Zulaikha), seperti disebut dengan ungkapan Walaqad hammat bihi wahamma biha (Sesungguhnya wanita itu sungguh bermaksud untuk melakukan perbuatan itu dengan Yusuf dan Yusuf pun demikian pula) (Q.S,Yusuf:24).
Dalam situasi amat genting itu, setan sedang mencengkramkan jejaringnya. Namun Yusuf bertindak dengan berusaha ke luar dari kamar sedapat mungkin menggapai pintu. Zulaikha yang terlanjur sedang berahi mengejarnya dan menarik baju Yusuf dari belakang yang kemudian tindakan kecil itu ternyata menjadikan bukti bahwa Yusuf tidak bersalah (karena bajunya robek di bagian belakangnya). Maka terhindarlah Yusuf dari terperangkap maksiat. Ia selamat dari jurang “gelap”. Alquran sama sekali tidak menutup “hasrat” dua insan berlainan jenis itu. Hasrat itu manusiawi dan harus dikelola dengan baik sesuai dengan manajemen yang Islami, yaitu lewat pintu pernikahan.
Simak pula kisah Ratu Bulqis. Perempuan penguasa (Ratu) Kerajaan Saba. Alquran melukiskan, pernah mencapai kejayaan dan kemakmuran sebagai “Baldatun Thaibatun Warabbun ghafur” (Q.S.Saba’:15). Syahdan, ketika sang ratu nan cantik itu memasuki istana Raja Sulaiman yang supermewah terbuat dari kaca berkualitas tinggi, membuatnya terpesona dan kehilangan control. Lantainya yang bening dikiranya kolam besar yang berair jernih, sehingga secara refleks disingkapnya kain yang menampakkan kedua betisnya. Alquran melukiskan dengan ungkapan, wa kasyafatn ‘an saaqaihaa. Ungkapan itu sangat menggetarkan, namun Alquran hanya melukiskan peristiwa yang sebenarnya.
Pada bagian lain, Alquran juga melukiskan betapa kedua insan berlainan jenis dari kalangan atas ini, saling jatuh cinta, memadu kasih dan mengantarkan mereka atas izin Allah menjadi sepasang suami istri yang berbahagia. Namun diawali sepucuk surat Nabi Sulaiman kepada sang ratu dengan nama Allah Yangmaha Pengasih dan Penyayang, mengajaknya masuk Islam.
Alquran juga melukiskan romantisme kisah cinta antara Nabi Musa dengan perawan yang ditemuinya di Madyan dalam pelarianya dari Mesir. Alkisah, Musa membantu dua orang perawan yang sedang bersimbah keringat memberikan minum pada domba-dombanya. Mungkin kedua perawan itu kalah bersaing dengan orang-orang yang berebut air di sekitar sumber air di tengah padang pasir yang tandus dan kerontang.
Ternyata kedua perawan itu adalah putri Nabi Syu’ib As yang ketika itu sudah berusia sangat lanjut. Salah seorang dari putri Nabi Syu’ib itu jatuh cinta kepada Musa. Ia mendatangi Musa dengan perasaan malu-malu. Alquran melukiskannya dengan ungkapan tamsyii ‘ala istihyaa. Ia mengundang Musa ke rumahnya, karena orangtuanya hendak memberikan imbalan atas pertolongannya. Akhirnya, perawan itu mengatakan kepada ayahnya, “Wahai ayah ambil dia sebagai orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan amanah.”
Nabi Syu’ib memahami maksud kata-kata putrinya itu. Sang ayah yang bijak dan sudah berusia lanjut itu, kemudian menjodohkan anaknya dengan Musa. “Pucuk dicinta ulam tiba.” Ternyata, romantisme lakon anak manusia di atas pentas kehidupan sesungguhnya bersifat universal, manusiawi, serta lintas bangsa, strata sosial dan generasi. Namun semua itu harus diperankan dengan arif, dikelola secara Islami agar tak terjebak dan terperangkap dalam jejaring Iblis. Karena puncak dari segala cinta hanya mengharap ridha ilahi·
* Penulis adalah mantan Pimred “Ceurana” Gemasastrin FKIP Unsyiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com