Sabtu, 30 April 2011

WALI ALLAH, Siapakah mereka ?

Mulyadi - Muhammad Ibnu Anwar

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang- orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS. Yunus : 62-63).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcY1_ivFIDR_bPouTXY7j6Irs4aPdPyn21pmHpAKRdAlkv_SZFcHjl3SU3-T-EcR1xOVrNlpFJ8ByMXJ8cHENDRcKM4JkVHE1IIipRBgVhKX2EDXZof7YMmIbHA9VD9XZ2DBIRm8G3-xaF/s320/doa.jpgAyat di atas mengandung pengertian bahwa wali Allah (waliyullah) ialah orang yang beriman dan bertakwa.(lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 2 hal 422). (Wali-wali Allah) ialah orang yang beriman kepada hal yang gaib, mendirikan salat, menafkahkan sebagian rezeki yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Mereka juga beriman kepada yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Al-Qur'an) dan yang diturunkan kepada nabi- nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, serta mereka meyakini adanya hari akhir. Mereka (wali-wali Allah) itu adalah golongan yang mengikuti Nabi Muhammad SAW (lihat Tafsir Tanwiirul Miqbas, hal 4).

Terhadap mereka (wali-wali Allah) terkadang tampak karamah ketika sedang dibutuhkan. Seperti karamah Maryam ketika ia mendapatkan rezeki berupa makanan di rumahnya (QS.3 : 35) (lihat Firqah an Naajiyah Bab 31).

Maka wilayah (kewalian) memang ada. Tetapi ia tidak terjadi kecuali pada hamba yang mukmin, taat dan mengesakan Allah. Adapun karamah tidak menjadi syarat untuk seseorang disebut sebagai wali Allah, sebab syarat demikian tidak diberitakan dalam Al Qur'an.

Tingkat kewalian yang terdapat dalam diri seseorang mukin sesuai dengan tingkat keimanannya. Para wali Allah yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para nabi, dan diantara para nabi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para rasul, dan diantara para rasul yang paling tinggi tingkat kewaliaanya adalah rasul ulul azmi, dan diantara rasul ulul azmi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Maka barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan dekat dengan-Nya (mengaku sebagai wali Allah), tetapi ia tidak mengikuti sunah Rasulullah Muhammad SAW, maka sebenarnya ia bukanlah wali Allah tetapi musuh Allah dan wali setan (lihat Al Furqan, hal 6) .

Apa yang tampak pada sebagian ahli bid'ah seperti memukul-mukulkan besi ke perut, memakan api dan sebagainya dengan tidak menimbulakn cedera apapun, maka itu adalah dari perbuatan setan. Hal yang demikian bukanlah karamah tetapi istidraaj agar mereka semakin jauh tenggelam dalam kesesatan (lihat Firqah an Najitaah Bab 31).

Mengenai hal tersebut, Asy Syeikh Hasyim Al Asy'ari r.a. (tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, NU) berkata : "Barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah tanpa mengikuti sunah, maka pengakuannya adalah kebohongan." (Ad Durar Al Muntasirah, hal 4)

Apa yang dikatakan oleh Asy Syeikh Hasyim Al Asy'ari di atas diperkuat dengan perkataan Imam Asy Syafi'I r.a. : "Jika kalian melihat seseorang yang mampu berjalan di atas air dan terbang di angkasa, maka janganlah kalian tertipu olehnya, sehingga kalian serahkan urusannya kepada Al Qur'an (dan As Sunah)*."(lihat Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyah hal 573) *Maksudnya jika tingkah laku sehari- hari orang tersebut sesuai dengan dengan Al Qur'an dan As Sunah, maka ia adalah seorang wali Allah, tetapi jika tidak sesuai, maka ia adalah seorang wali setan. pen.

Menurut persepsi kebanyak orang, wali adalah orang yang mengetahui ilmu gaib. Padahal ilmu gaib sesuatu yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Memang terkadang hal itu ditampakan pada sebagian Rasul-Nya, jika Dia menghendakinya (QS Al Jin : 26-27).

Sebagian orang lagi menyangka bahwa setiap kuburan yang dibangun di atasnya kubah adalah wali. Padahal bisa jadi kuburan tersebut di dalamnya adalah orang fasik, atau bahkan mungkin tad ada manusia yang dikubur di dalamnya.

Seorang wali bukanlah yang dikuburkan di dalam masjid atau yang dibangun di atasnya suatu bangunan atau kubah. Hal itu justru melanggar syari'at Islam, bahkan Rasulullah SAW melarang mengkapur kuburan atau dibangun sesuatu di atasnya (HR. Muslim) (lihat Firqah an Naajiyah Bab 31)

Kesimpulan :
Semua orang yang beriman adalah wali Allah, dan di dalam diri setiap orang yang beriman terdapat tingkat kewalian sesuai dengan tingkat keimanannya. (lihat Mujmal Ushul Ahlissunnah wal Jamaah fi Al Aqidah, pasal 2).

Posting Milis (MediaKita)Manajemen Qolbu No 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com