yu kunyil
Dulu jaman aku masih kecil ada sesuatu yang sangat menakutkan aku, yaitu kata Ibu Tiri. Walaupun kata itu tak pernah muncul dalam keluargaku, tapi dilingkungan sekitarku kata-kata itu seperti menjadi mantra untuk menakut-nakuti anak-anak kecil. Terlebih lagi dulu ada filem yang berjudul Ratapan Anak Tiri dan ada lagunya yang kalau di dengar sangat menyayat hati.
Memiliki Ibu tiri saat aku kecil merupakan sesuatu yang sangat ditakuti, belum lagi cerita-serita tentang Ibu Tiri yang kejam dalam komiik Cinderella atau Putri Salju. Pokoknya Ibu Tiri adalah Monster yang sangat menakutkan bagi anak-anak kecil. Dan kalau ada teman kami yang memiliki Ibu tiri, kami akan selalu bertanya bagaimana sikap Ibu tirinya kepada dirinya. Dan kalau teman kami menjawab: Baik-baik saja, maka kami kontan bersuara: Pasti itu Cuma pura-pura saja sayang sama kamu.
Tiba-tiba saja hari ini aku jadi teringat akan lagu Ratapan Anak Tiri tersebut, dan sungguh aku sampai nggak habis pikir mengapa dulu aku percaya bahwa Ibu Tiri itu pasti jahat seperti cerita dalam Film Ratapan Anak Tiri.
Padahal seharusnya kita harus memberikan acungan 2 jempol kepada para wanita yang bersedia untuk menjadi Ibu bagi anak orang lain. Sebab rasa keIbuan itu memang seharusnya dimiliki oleh semua wanita di dunia ini sebagai anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak perduli memiliki atau tidak memiliki anak sendiri, kasih sayang seorang Ibu harusnya bisa diberikan kepada seluruh anak di dunia ini tanpa mengurangi dan menguras habis kasih sayang yang dia miliki. Karena semakin banyak kasih sayang yang dia curahkan maka kasih sayang yang dimiliki akan semakin tumbuh berkembang dan tak ada habisnya.
Bukankah karena kasih dan sayang seorang ibu untuk anak-anaknya, maka seorang Ibu akan senantiasa menjaga agar anak-anak terhindar dari kesalahan dan kekeliruan, jika dinasehati satu sampai dua kali masih saja bandel, mungkin saja seorang Ibu akan memarahi bahkan dengan sedikit menghukum agar anak-anaknya memahami bahwa berbuat salah itu akan menanggung konsekuensi. Semua ini adalah untuk mendidik bertanggung jawab. Seandainya ada seorang Ibu Tiri yang menghukum anak tirinya karena bersalah, bukan berarti Dia Ibu Tiri yang kejam selama hukumannya adalah untuk membangun pribadi yang baik dan bertanggung jawab.
Alhamdulillah sekarang kita sudah tidak lagi mendengar lagu Ratapa Anak Tiri, bahkan kalau boleh jujur kita sering sedih mendengar adanya para wanita yang dengan sengaja membuang anak kandung yang baru saja dilahirkannya ke tempat sampah, bahkan ada Ibu yang tega menjual anak gadisnya untuk di jadikan wanita tuna susila. Belum lagi cerita pilu tentang anak-anak kandung yang dihajar oleh Ibunya sendiri.
Tidak disangkal bahwa kehidupan yang sulit dan keras saat ini mungkin menjadi penyebab tindakkan yang sangat tercela yang dilakukan para wanita tersebut. Tapi bukankah jaman dulu keadaan juga sama sulitnya seperti sekarang ini tapi tidak ada yang membuang Bayinya sendiri, bahkan wanita jaman dulu bersedia mengorbankan nyawanya demi kelahiran anaknya, mengingat begitu sulitnya menjalani persalinan saat itu.
Kita mesti angkat topi untuk RA. Kartini yang rasa keibuannya begitu besar sehingga tidak menginginkan anak-anak perempuan menjadi bodoh dan tidak berdaya dalam memperjuangkan kehidupan yang sangat sulit saat itu, dimana wanita hanya dianggap sebagai Konco Wingking, Suwargo Nunut Neraka Katut, tidak memiliki hak untuk menyuarakan keinginannya sendiri, semua harus tunduk patuh kepada Orang Tua dan Suaminya, bahkan Ibunya sendiri saja tidak bisa memperjuangkan nasib RA Kartini.
Beruntung RA. Kartini memiliki Ayah yang berpandangan maju, sehingga memperbolehkan Kartini kecil untuk belajar dan bersekolah, walaupun Kartini hanya bisa bersekolah sampai umurnya 12 Tahun, dan kemudian harus dipingit seperti wanita Jawa pada masa itu, kartini mampu berbahasa Belanda dengan baik sehingga Kartini memiliki pergaulan yang luas dan mampu memahami bahwa dibelahan dunia yang lain para wanita sudah lebih maju dibandingkan perempuan yang ada di Negerinya.
Dari Rasa keIbuan dan kasih sayang yang dimilikinya, maka Kartini berjuang untuk bisa membuat sekolah bagi para wanita pribumi saat itu yang masih berada dalam keterbelakangan untuk bisa menjadi wanita yang lebih maju dan pintar. Sebab dari merekalah para wanita, generasi muda bangsa ini akan dilahirkan.
Selamat Hari Kartini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com