KEPINTARAN dalam memimpin itu banyak yang tidak ditemukan di bangku sekolah. Leadership itu justru ditempa dari keseharian mereka bersosialisasi dengan lingkungan, berkomunikasi dengan sesama, baik verbal maupun nonverbal. Dari cara bersikap, gaya menyampaikan pesan, seni memengaruhi orang lain, dan berbagai hal lain.
Sama dengan nasib yang dialami Bill Gates. Pria berkacamata yang terlahir di Seattle, AS itu. Dia bukan juara olimpiade science. Bukan juga penemu pertama teknologi komputer. Tetapi, kemampuan imajinasi, pikiran-pikiran futuris dan ketajaman analisisnya melampaui batas-batas kekinian. Dia mampu mendownload ide-ide masa, depan itu dalam sebuah manajemen yang konkret. Justru orang seperti dia ini yang membayar brilian-bri-lian komputer, jagoan-jagoan matematika, ahli-ahli marketing, dan tenaga ahli lain.
Itulah pentingnya mengembangkan otak kanan. Di banyak kesempatan Prof Suyanto PhD selalu berpesan kepada siapa saja yang terlibat membina anak-anak berkemampuan hebat itu. "Jadi, kalian tidak akan menjadi pemimpin besar, tidak akan jadi pengusaha hebat, kalau keahliannya hanya satu bidang saja!" tegas Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendiknas ini. Optimalkan, otak sebelah kanan.
Donald Trump, tokoh wirausahawan dan pionir program-pro-gram televisi di AS, juga sama. Dia yang pernah ngetop dengan buku "Trump The Art of the Deal" itu bukan ahli berhitung, bukan pula ilmuwan matematika, fisika, atau kimia. Tapi, dia menjadi orang yang sangat populer di seluruh dunia. Dialah yang mempekerjakan ahli-ahli dan juara-juara itu? "Mereka hebat di leadership," ujar pria yang hobi bermain tenis lapangan ini.
Prof Suyanto mencontohkan dua miliarder itu sebagai ilustrasi. Bahwa, pintar matematika, fisika, dan biologi saja belum cukup. Masih perlu diimbangi dengan bersosial, imajinasi, dan seni budaya. "Ibu-ibu setiap pagi ajak anak-anaknya untuk tertawa, bergurau, dan bermain. Biarkan mereka bermain lepas, kejar-kejaran sesama teman, berinteraksi, berkomunikasi, dan mengembangkan jiwa sosialnya. Dari situlah leadership mereka akan terbangun dengan baik," ungkap pria asli Ngawi, Jawa Timur, ini.
Malcolm Glad well, dalam buku Outliers menyebut sukses Bill Gates selain karena cerdas dan ambisius, juga menemukan momentum istimewa, dan dia bisa memanfaatkan kesempatan emas. Kepintaran dalam membaca situasi, menganalisis tren, meng- utak-atik opportunity, menjadi sangat menonjol. Buku itu menyebut keberhasilan tidak hanya ditunjang faktor interinsik seseorang. Bukan hanya k.rjna karena personalnya, tetapi juga oleh . pengaruh budaya, lingkungan, kesempatan, dan waktu yang tepat.
Dirjen Mandikdasmen itu tidak bermaksud mengkulluskan ASdalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan juga karena S-2 dan S-3-nya dari Negeri Paman Sam. Tetapi, soal-soal yang rumit sudah berhasil mereka kuasai. Bahkan, menurut Prof Suyanto, soal-soal yang dipecahkan di Olimpiade Iptek itu sudah selevel S-2, S-3. "Tidak ada yang meragukan kehebatan mereka. Mereka begitu lincah dan akrab dengan komputer. Tetapi, mereka seperti terasing di tengah lingkungan sosial. Masih ada waktu untuk memperbaiki situasi seperti itu, karena mereka masih muda-muda," kata dia.
Sekretaris Dirjen Mandikdasmen Dr Bambang Indriyanto juga membenarkan, soal kualitas putra-putra Indonesia itu tidak perlu diragukan. Prestasi gemilang yang ditoreh delegasi Indonesia dalam The 17h International Conference of Young Scientists (ICYS) itu bisa dijadikan indikator kemampuan anak negeri ini patut diacungi jempol. "Mereka telah membuktikan, bahwa sains itu bukan hantu yang menakutkan. Justru bidang yang menarik, menyenangkan dan menantang untuk dipecahkan," ujar Dr Bambang Indriyanto.
Salah seorang delegasi Merah Putih yang tampil gemilang adalah Dwiky Rendra Graha Subekti. Dia peraih medali emas bidang Environment Science, dengan penelitian bertajuk Big Match SuKa Kelor Caramel Versus Malnutrition. Dia juga mendapat penghar-gaan sebagai The Best Performance.
Presentasinya dinilai dewan juri sebagai Great Presentation dan demonstrasinya berupa membengkokkan sendok cukup memukau audience. Tim lain yang mengagumkan adalah Ilham Na-harudinsyah, Ardelia Dati Safira, dan Satria Putra Adhitama. Hasil penelitian mereka berjudul The Influence of Water lo The Deformation of Soils Surface mengantungi predikat The Best Performance di bidang Basic Mathematics.
Kemunculan Fauqia Tambunan, siswi SMA Mutiara Bunda Bandung, Jawa Barat, sebagai salah satu juara dalam The 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) di Denpasar, 12-17 April 2010 lalu itu, memberikan satu kesadaran, baru. Bahwa, siswa berkebutuhan khusus pun jika punya dorongan besar untuk berprestasi juga bisa tampil terbaik, bersaing dengan siswa-siswi normal lainnya.
Fauqia mengalami tuna daksa. Tetapi dia mampu mengungguli siswa-siswi dari pelbagai negara maju dan menyabet medali perunggu bidang fisika dengan judul penelitian "Uji coba agar-agar rumput laut sebagai membran pada proses pemurnian air laut Pantai Sayang Heulang, menggunakan metode osmosis balik (reverse osmosis) di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
M. Aricfianto, Kepala Sekolah SMA Mutiara Bunda, turut bang-ga dengan prestasi Fauqia. Itu bukti bahwa sekolah inklusi ramah dan bik bagi siapapun. "Jadi jangan takut memberikan layanan inklusi bagi siswa kita," ujarnya. Yang juga membuatnya bangga, Fauqia dan timnya tidak memanfaatkan situasi dengan meminta keringanan lantaran kesibukan melakukan penelitian. "Mereka tetap mengejar keting-galannya. Setelah tidak ikut belajar satu minggu, mereka cari tahu ke gurunya apa yang sudah mereka tinggalkan lalu mereka kerjakan," ujar Ariefianto.
Ariefianto berharap prestasi Fauqia dapat mcginspirasi dan memotivasi adik-adik kelas, teman, bahkan anak-anak di seluruh dunia bahwa siswa berkebu-tuhan khusus juga bisa menjadi juara dunia. Andras Widi Purnomo, siswa SMA Santa Laurencia Serpong, Banten, peraih emas, tidak mengira akan jadi juara pertama. Ia hanya yakin penampilan presentasinya akan membuahkan medali. Dia bertekad mengaplikasikan hasil penelitiannya berjudul Design of Vertical Turbine ke masyarakat.
Sama dengan Florencia Vanya Vaniara. Siswi SMA Santa Lauren-sia Serpong, Banten, meneliti "The Effectiveness of Embryonic Cell from Chicken (Psychotria rostrata) Egg and Mangostecn (Garcinia mangostana) Peel Extract in The Growth of Abnormal Cell by In Vitro Culture." (don)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com