WAJAH Habibie terpekur. Sedih masih terpancar di wajahnya tatkala kekasih hatinya Hasri Ainun Habibie tutup usia di Rumah Ludwig-Maximilians-Univers
Presiden RI ke-3 itu amat paham dengan aksioma bahwa meskipun pencapaian teknologi telah membumbung tinggi laksana roket yang mengangkasa, namun tak pernah sanggup mengalahkan usia serta daur hidup manusia yang kelak akan bertemu maut. Pada akhirnya, manusia bisa seperti nujuman tentang alam semesta yang kelak akan lebur bersama waktu. Kata fisikawan Einstein, Tuhan tidak sedang bermain dadu dengan penciptaan semesta, bahkan pemusnahan semesta. Namun, bukankah manusia masih menyimpan lembaran kisah-kisah manis yang kelak akan menjadi prasasti yang tergurat abadi dalam hati?
Manusia memang bisa menyimpan lapis-lapis kenangan dan menjagainya dengan sepenuh hati. Sebuah kenangan adalah rekaman kejadian masa silam yang jejaknya tersisa di masa kini. Dan seorang Habibie pun tetap setia menyimpan rapi semua prasasti ingatannya tentang kisah cinta luar biasa yang dijalaninya selama puluhan tahun dengan perempuan asal Yogyakarta tersebut.
Saya selalu tersentuh setiap kali mendengar kisah cinta yang dahsyat. Apalagi jika kisah cinta itu dialami oleh manusia paling cemerlang yang pernah terlahir di bumi Indonesia, Prof Dr Ing BJ Habibie. Selama ini, saya hanya mengenal Habibie sebagai seorang fisikawan penerbangan yang paling cemerlang. Namun hari ini kesan saya tentang Habibie kian menguat. Ternyata ia adalah seorang pencinta yang luar biasa. Dalam satu catatan blog, saya menemukan kisah tentang betapa setianya Habibie menemani Ainun di saat-saat terakhir hidupnya. Sejak Ainun dirawat di rumah sakit itu, tak pernah sedetikpun Habibie beranjak. Ia setia menemani sang istri tercinta hingga detik akhir.
Pada tahun 2006, saya mengikuti seminar yang diadakan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di kantor BPPT Jakarta, di mana Habibie menjadi keynote speaker. Saya masih ingat betul bahwa saat itu, Habibie datang ditemani Ainun. Bahkan di saat usai berceramah, di saat semua wartawan datang merubunginya, ia masih mencari-cari di mana Ainun. Pada saat seorang wartawan bertanya tentang pendapatnya atas situasi di Timor Leste, Habibie hanya menjawab singkat. “Maafkan, saya sedang mencari di mana mantan pacar saya. Mana Ainun? Saya belum pernah pisah dengan Ainun. Mana Ainun?”
Di saat-saat seperti itu, ia masih mengingat Ainun. Saya hanya bisa menduga-duga. Bahwa habibie dan Ainun telah begitu banyak melewati berbagai macam pengalaman –baik yang menyenangkan maupun tidak. Sehingga di saat usia kian menua, mereka kian dekat dan tak mau berpisah barang sedetikpun. Saya yakin, kuntum-kuntum cinta yang pernah mereka tanam di masa muda, telah mekar dan harumnya semerbak hingga di saat usia mereka kian menua. Itulah digdayanya kuntum cinta.
Kisah Cinta
Seperti apakah kisah cinta mereka? Saya tak membaca dengan baik beberapa biografi Habibie yang ditulis Makmur Makka. Konon, mereka bertemu di bandung, saat Habibie masih menjadi mahasiswa Institut Teknologi bandung (ITB), sementara Ainun menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran di satu universitas. Pada masa itu, Habibie masih menjadi seorang perantauan yang meninggalkan Makassar demi menggapai cita-citanya. Sementara Ainun adalah putri H mohammad besari yang tinggal di Jalan Ranggamalela 21, Bandung. Dalam beberapa kali pertemuan, mereka lalu menjadi kekasih dan menikah pada 12 mei 1962.
Namun apakah cinta mereka semulus itu? Dalam satu tabloid terbitan ibukota, Ainun menyebut kisah cinta mereka persis kisah dalam sinetron Cinta Fitri yang ditayangkan SCTV. Pantas saja jika pada November tahun silam, keluarga Habibie sempat mengundang seluruh pemain Cinta Fitri untuk makan malam. Pada momen inilah meluncur cerita tentang kisah cinta Habibie – Ainun seperti kisah Cinta Fitri, sebagaimana bisa dibaca DI SINI. Salah seorang actor dalam sinetron itu, Teuku Wisnu, mengatakan, “Mereka bilang, mereka menyimak dialog Fitri dan Farrel saat jadian (pacaran). Menurut Ibu Ainun, kisah cinta Fitri dan Farel hampir mirip dengan kisah cinta mereka semasa muda. Perjuangan Farrel dalam mendapatkan cinta Fitri seperti perjuangan Pak Habibie dalam mendapatkan cinta Ibu Ainun. Cerita mereka juga, mereka sempat menitikkan air mata menyaksikan adegan Fitri-Farrel menjadi sepasang kekasih.”
Jika kisah cinta itu seperti dalam sinetron yang berliku-liku, maka berarti Habibie mengukir kisah cintanya tidak dengan cara yang mudah. Ia bekerja keras meyakinkan Ainun agar bersedia mendampinginya. Tidak hanya pada masa senang pula, namun juga pada masa-masa yang sulit. Tatkala perjuangan itu mencapai hasil, maka dimulailah sebuah komitmen baru. Keduanya saling menjaga dan sepakat untuk tidak terpisahkan sampai kapanpun.
Ainun membuktikan kesetiaan pada komitmen tersebut. Ia menemani Habibie pada berbagai saat sulit, khususnya ketika Habibie menjadi Presiden RI ke-3, di saat demonstrasi terus meletus di banyak kota. Habibie menjadi martir atas demokratisasi dan kebebasan berpendapat. Dan Ainun juga menjadi martir yang menyediakan dirinya untuk menemani Habibie pada saat-saat yang sulit sekalipun.
Kini, Ainun telah dipanggil yang Maha Kuasa. Kini, kisah cinta selama 48 tahun itu telah memasuki bagian akhir. Namun kenangan atas cinta yang dahsyat itu tak akan pernah berakhir bagi Habibie. Kenangan tentang cinta Ainun menjadi prasasti yang tergurat dalam hatinya. Dan ia akan memelihara kenangan yang membahagiakan itu. Agar kelak menjadi teladan yang abadi bagi siapapun.
Selamat jalan Hasri Ainun Habibie. Kami di sini tetap mencintaimu.
Sumber: http://timurangin.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com