Selasa, 06 Juli 2010

Candi Yang Menyisakan Cerita Yang Misteri

Written by usman

CANDI ARJUNA

Candi Arjuna (kanan)
Ketinggian 2.075 meter di atas permukaan laut menyembunyikan sebuah dunia lain di balik kabut. Dunia di mana pelukan alam sangat terasa. Dunia yang
menjadi tempat pertemuan antara manusia dengan dewa-dewa yangdipujanya. Tempat itu bernama Dieng. Berasal dari katadihyangyang berarti tempat arwah leluhur atau para dewa.

Empat gugusan candi masih berdiri anggun di dataran tinggi ini melewati putaran waktu ratusan tahun. Hanya itu yang berhasil selamat dari seleksi alam, yaitu dari gejolak alam pegunungan berapi di bawahnya, penduduk sekitar yang kurang memahami nilai historis, serta jarahan pencuri.
Saat ini, sebagian candi di empat gugusan candi itu hanya meninggalkan reruntuhan, bahkan hilang. Yang tersisa, gugusan Candi Arjuna yang terdiri dari Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra. Sementara itu, gugusan candi lain menyisakan masing-masing satu candi, yaitu Candi Gatotkaca, Dwarawati, dan Bima.

Tak mudah mengungkap kisah di balik candi-candi yang bertebaran di dataran tinggi yang ada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, ini. Sedikitnya 13 prasasti ditemukan di kompleks ini, tetapi tidak menjelaskan pendirian candi. Sebagian besar sulit dibaca, sementara yang terbaca tidak menyebut candi tertentu. Prasasti yang tertulis dalam huruf Pallawa dengan Bahasa Jawa Kuno ini memuat angka tertua 731 Saka (809 Masehi) dan termuda 1.132 Saka (1.210 Masehi).
Ciri arsitektur bangunan candi digunakan untuk memperkirakan masa pembangunannya.

Candi candi Dieng dibangun pada masa berbeda, yaitu antara abad VII – XIII. Peran candi di Dataran Tinggi Dieng sebagai pusat kegiatan agama Hindu, terutama pemuja Dewa Syiwa, tak diragukan lagi. Namun, seperti apa denyut nadi yang pernah menggerakkan percandian agung ini masih menjadi misteri. Bahkan, nama candi yang saat ini mengacu pada tokoh pewayangan pun diperkirakan baru diberikan berabad setelahnya. Nama asli masing-masing candi juga misteri. Misteri yang sangat menarik untuk diungkap demi pembelajaran bagi masa depan.

CANDI SEMAR
Ukuran: 4,65 m x 2,6 m x 2,8 m. Dilihat dari cara pemasangan tangga masuk ke bilik, candi ini diduga sezaman dengan Candi Arjuna. Kaki candi sebagai lantai tampak tebal dan tangga masuk ke bilik menempel di sisi lantai, sehingga kaki masih berfungsi sebagai lantai bangunan. Kala berbentuk raksasa dengan mulut tanpa rahang bawah.Makara berkepala binatang air yang berbelalai gajah mengarah ke samping kanan dan kiri pintu bilik. Kaki candi terdiri dari susunan bentuk padma. Bentuk ini juga ditemukan pada atapnya. Ventilasi udara/penerangan berbentuk genta, yaitu di dinding kanan dan kiri (masing-masing 2 buah), dinding depan (2 buah), dan dinding belakang (3 buah). Ruangnya kosong dan diperkirakan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat upacara atau ruang peristirahatan pandhita.


Candi Sembadra, Candi Puntadewa, Candi Srikandi.

Candi-candi di atas telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia.
Hasil pemeriksaan sementara menyebutkan, peti mati batu ini berasal dari jaman 500 tahun sebelum masehi hingga 300 tahun setelah masehi. "Umurnya sudah sangat tua, 2.500 tahun lebih," kata Kepala Balai Arkeologi DenpasarWayan Suantika yang memimpin pemeriksaan.

mari kita badingkan umur peti mati batu itu yg berumur 2500 tahun itu
dengan kata2 sabdo palon (semar)atao mungkin juga disebut batara Guru dibali begini

Perhatikan ungkapan Sabdo Palon berikut ini :

(Sabdo Palon berkata sedih: “Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, …..”)

Ungkapan di atas menyatakan bahwa Sabdo Palon (Semar) telah ada di bumi
Nusantara ini bahkan 525 tahun sebelum masehi jika dihitung dari berakhirnya kekuasaan Prabu Brawijaya pada tahun 1478. Saat ini di tahun 2007, berarti usia Sabdo Palon telah mencapai 2.532 tahun. Setidaknya perhitungan usia tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita, walaupun angka-angka yang menunjuk masa di dalam wasiat leluhur sangat toleransif sifatnya. Di kalangan spiritualis Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa “suara tanpa rupa”. Namun secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini
dengan istilah “mencolo putro, mencolo putri”, artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud berlainan di setiap masa.

Namun dalam perwujudannya sebagai manusia tetap mencirikan karakter Semar sebagai sosok “Begawan atau Pandhita”. Hal ini dapat dipahami karena dalam kawruh Jawa dikenal adanya konsep “menitis” dan “Cokro Manggilingan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com