Kali Jali yang bermuara di Pantai Ketawang itu terlihat begitu tenang dengan airnya yang berwarna coklat muda. Dari pucuk pohon kelapa yang bersebelahan dengan puluhan hektar kebun tebu aku bisa melihat dengan jelas lekuk tubuhnya yang mirip jejak ular raksasa. Tumbuhan gulma setengah kering memenuhi hampir sepanjang tepinya.Di sana, dua ekor sapiku tengah asyik merumput.
Tiga butir kelapa muda sudah kupetik. Siang yang panas membuatku rakus meminum airnya yang segar. Sambil duduk di atas pelepah daun kelapa. Aku mencoba menikmati pemandangan indah yang terhampar di bawah sana. Garis Pantai Selatan yang penuh misteri dengan ombaknya yang menggunung dahsyat. Konon, pemerintah Belanda telah berupaya keras membangun pelabuhan di Pasir Puncu, di Muara Kali Jali itu, tetapi derasnya ombak selalu menggagalkan rencana mereka. Ada yang bilang Kanjeng Nyai tidak berkenan. Sampai sekarangpun, bekas pelabuhan yang hancur itu masih bisa dilihat. Konstruksi batu beton yang maha kokoh itu limbung dan pecah. Tak berdaya melawan kiriman ombak laut selatan yang perkasa.
Berbicara tentang Kanjeng Nyai, aku jadi teringat kejadian dua malam yang lalu. Ketika orang-orang desa datang ke rumahku utk mengabarkan sesuatu. Ya, di tengah malam mereka melihat iring-iringan obor yang berjalan di atas Kali Jali. Terdengar irama musik gamelan yang syahdu dan mendirikan bulu roma. Iring-iringan itu terlihat sangat panjang, menuju Pantai Selatan. Kata ayahku, Kanjeng Nyai sedang mantu.
Angin kemarau menerpa kulit mukaku. Sebenarnya aku masih betah berlama-lama. Tetapi aku harus segera mencari rumput. Maka aku pun bersiap turun. Pada saat itulah aku melihat sesuatu yang aneh bergerak di atas permukaan air Kali Jali. Pada mulanya sesuatu itu bergerak pelan, menimbulkan gelombang air yang bergerak tak beraturan. Kedua Sapiku yang ku ikat di dekat sungai masih asyik merumput.
Dari atas pohon kelapa aku mengamatinya dengan heran. Aku mencoba menajamkan mata. Tapi aku tidak melihat apa-apa. Yang kulihat hanya gelombang air yang semakin bergolak keras dan meluncur ke tepi sungai, ke arah dimana sapiku berada. Aku tercekat. Degup jantungku bertalu. Aku kembali naik ke pelepah kelapa karena kakiku semakin bergetar keras. Dan apa yang kulihat saat itu hampir membuatku terkencing karena saking ngerinya. Seekor buaya yang berukuran sangat besar berwarna putih tiba-tiba menyembul dari dalam sungai dan bergerak cepat meyambar sapiku, tepat di kepalanya dan menariknya dengan sangat kuat sehingga tali yang kuikat di sebatang pohon terputus. Sapiku melenguh keras. Sedangkan sapiku yang satunya lagi berjingkat menjauh dengan panik. Buaya puith itupun segera menarik sapiku ke dalam air. Dan aku hanya bisa melongo di atas pohon kelapa.
Ketika aku pulang dengan masih gemetar aku ceritakan hal tersebut kepada ayahku. Dan beliau hanya menggumam pasrah.
“Kanjeng Nyai sedang butuh hidangan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com