Minggu, 13 Juni 2010

Mati Mendadak Saat Main Bola. Mengapa?

http://i2.ytimg.com/vi/l6_r8LGF4C8/0.jpgMati mendadak saat bermain sepakbola atau berolahraga beberapa kali terjadi di kalangan atlet. Apa sebenarnya yang terjadi? Dimana salahnya?
Antonio Puerta telah dikebumikan di Seville, kota kelahirannya, setelah menghembuskan napas terakhirnya, Selasa (28/8) pekan lalu. Gelandang Sevilla ini tiga hari sebelumnya mengalami henti jantung saat memperkuat klubnya dan memenangkan pertandingan atas Getafe dalam pertandingan pembuka Primera La Liga Spanyol.

Skor 4-1 telah dibawa pulang Sevilla. Namun, kejadian menyedihkan mengiringi kemenangan para matador lainnya. Kisah berawal saat di menit ke-35, Puerta sedang berlari ke gawang lawan dan terjadi tendangan gawang.

Pria 22 tahun ini tiba-tiba roboh memeluk bumi. Calon ayah ini sempat ditolong oleh tim medis dan sadar lagi. Sayang, di ruang ganti dia kembali pingsan, sehingga mesti buru-buru dibawa ke Rumah Sakit Virgen del Rocio, Sevilla.

Di rumah sakit, kondisinya makin memburuk. Napasnya pun harus ditopang dengan alat bantu dan penstabil tekanan darah. Hyang Kuasa berkata lain. Pria yang sudah 50 kali memperkuat tim Sevilla ini meninggalkan dunia.

Bilik Kanan Bengkak

Dokter jaga Francisco Murillo menyebutkan, Puerta mengalami serangan fatal yang dikenal sebagai arrhythmogenic right ventricular dysplasia (ARVD) atau juga disebut arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy (ARVC). Ringkasnya, Puerta mengalami malafungsi pada bagian jantung kanan bawah. Otopsi memperlihatkan pembesaran bilik jantung kanan. Inilah yang menyebabkan Puerta tidak bisa bertahan lama. Darah tidak bisa terpompa ke paru-paru yang membawa oksigen menuju ke seluruh tubuh sebelum kembali ke jantung lagi.

Bila bilik kanan ini mengalami aritmia (terganggunya ritme jantung), terjadi bahaya besar. Jantung akan terganggu siklus detaknya. Akibatnya persediaan oksigen ke seluruh organ tubuh berhenti. Tak heran, kematian Puerta disertai juga gagalnya organ-organ lain memfungsikan dirinya karena kekurangan oksigen.

Selain Puerta, ada banyak pemain olahraga belia yang mengalami hal sama. Sebut saja Anton Reid, yang meninggal 20 Agustus lalu. Pria 16 tahun ini meninggal saat berlatih bersama klubnya, Walsall.

Pemain bola lain, semisal Victor Alfonso Guerrero, meninggal 11 April 2006. Pria muda usia 17 tahun ini pingsan saat berlatih bersama tim cadangan klub Kolombia, Envigado, dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit.

Marc-Vivien Foe pingsan saat memperkuat Kamerun dalam pertandingan melawan Kolombia di ajang Piala Konfederasi. Pemain Manchester City ini meninggal 26 Juni 2003 dan diketahui mengalami kelainan jantung.

David Longhurst, 25 tahun. Striker yang memulai kariernya di tim muda Nottingham Forest ini meninggal karena serangan jantung saat bertanding untuk York City di tahun 1990. Masih banyak lagi pemain yang bisa disebut seperti Bobbie James (40), Miklos Feher (24), dan lain-lain.

Tidak Biasa

Risiko-risiko seperti yang dialami para pemain bola, terutama Antonio Puerta ini mesti dilihat dari sudut pandang yang benar. Kita tentu saja mesti berpikir bahwa para pemain ini adalah orang-orang yang profesional di bidangnya. Tidak seperti orang biasa atau suporter yang hanya melakukan pemanasan saat hendak bermain bola. Mereka tentu sudah melakukan latihan yang cukup memadai, sehingga fisiknya siap menjalani seluruh proses pertandingan.

"Ini tidak ada kaitannya dengan fitnes," kata Dr. Craid Panther, spesialis kedokteran olahraga yang bekerja untuk Fulham. "Di belakang semua ini ada masalah jantung yang harus diperhatikan. Sesuatu yang terkait dengan kondisi saat bayi, tumbuh, atau derita akibat virus. Hal ini dapat menyerang siapa saja, tidak hanya para profesional," tambahnya.

Dr. Brian Aarons, mantan dokter klub Wimbledon yang sekarang bekerja untuk tim penyandang cacat FA menambahkan, "Kita tidak bicara soal serangan jantung konvensional yang terkait dengan merokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.

Ini adalah keadaan yang sangat jarang. Memang, 400 orang meninggal kelihatannya banyak, tetapi coba pikir berapa banyak yang meninggal setiap hari saat berolahraga. Lebih dari 100.000 orang Inggris meninggal setiap tahunnya karena serangan jantung biasa."

Dr. Francisco Murillo yang sempat menangani Antonio Puerta, menyebutkan, keadaan yang dialami gelandang Spanyol ini sifatnya congenital atau bawaan sejak lahir. Biasanya kondisi ini sulit terdeteksi.

Jantung Tidak Lengkap

Penyakit jantung tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak, bahkan bayi, bisa mengalaminya. Dokter menyebutnya kelainan atau penyakit jantung bawaan (PJB). Ini merupakan kondisi tidak normalnya struktur jantung sejak bayi seperti tidak lengkap atau beres.

Ketidaklengkapan ini misalnya ruang jantungnya tidak komplet atau ada kebocoran pada sekat bilik atau serambi, juga pada pembuluh. Ada pula keadaan menyempitnya katup atau pembuluh, dan banyak lagi bentuk lainnya.

Menurut Dr. Teddy Ontoseno, Sp.AK, Sp.JP, terjadinya PJB adalah akibat gangguan pada pembentukan organ jantung saat janin berusia 3-6 minggu. Saat itulah organ jantung terbentuk untuk pertama kalinya.

"Ini adalah masa paling rawan untuk terbentuknya organ jantung. Bisa terjadi organ tidak lengkap atau menyimpang, bocor, terbalik, atau dengan kombinasi cacat lain," papar kepala Divisi Kardiologi Lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair-RSUD Dr. Soetomo, Surabaya ini.

PJB umumnya dialami seseorang sejak masih bayi sampai meninggalnya. Karena itu, Dr. Dedi Affandi, Sp.J, dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutnya sebagai penyakit "dari kandungan sampai batu nisan".

"Sekitar 80 persen penyakit ini dibawa anak sejak dalam kandungan, 20 persen lainnya didapat setelah lahir," ujar Dr. Teddy.

Sulit Terdeteksi

Pendeteksian-dini adanya PJB tidaklah semudah penyakit lain. Dr. Dedi Affandi, Sp.J, menyebutkan di beberapa negara maju hal ini sudah bisa dilakukan secara tepat meski kadang tetap sulit terdeteksi. Selama ini pemeriksaan jantung bayi dalam kandungan baru sampai pada tahap mengetahui kualitas denyut jantung.

Tidak jarang terjadinya PJB baru diketahui sesudah anak mulai menginjak usia remaja Bahkan, Dr. Dedi menyebut bahwa penyakit ini bisa muncul saat usia 20-an atau lebih. Untuk itu, pedu diketahui tanda-tanda atau gejaia PJB. Ada tanda-tanda yang secara langsung bisa diiihat. Gejaia itu biasanya terjadi pada anak yang menderita PJB biru.

Gejada-gejala itu bisa tampak dan warna biru atau ungu di baberap bagian tubuh, seperti cuping hidung, bibir, ujung jari, atau kuku saat seorang bayi atau anak menangis. Hal ini terjadi karena adanya pencampuran darah kotor (rendah oksigen) dengan darah bersih (kaya oksigen) akibat kebocoran jantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com