Nama Sukomade tak asing lagi bagi yang hobby berpetualang. Alamnya yang masih perawan seakan menjadi magnet tersendiri. Begitu juga dengan keindahan lautnya. Di balik pesonanya, Pantai Sukomade menyimpan sebuah misteri.
Pantai Sukomade masuk kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Total jarak tempuh dari Pusat Kota Banyuwangi hingga ke lokasi sekitar 97 Km, arah barat daya.
Seperempat perjalanannya harus melalui medan berat. Jalan terjal berbatu menjadi
tantangan tersendiri. Pantai yang terkenal akan pasirnya yang putih nan indah ini,
kali pertama ditemukan oleh Belanda pada tahun 1927.
Tempat ini pula, rumah bagi penyu untuk berkembangbiak. Lebatnya pepohonan di bibir pantai menjadi tempat aman bagi penyu untuk bertelur. Telebih secara administrasi, Pantai Sukomade di bawah pengawasan Taman Nasioanl Meru Betiri.
Saat perjalanan, wisatawan akan melewati dua lokasi yang tak kalah indahnya. Pantai Rajegwesi dan Teluk Ijo. Tak heran jika para pejabat setempat kerap mengunjungi Sukomade dan sekitarnya.
Namun di balik cerita keindahan pantai maupun lautnya, masyarakat setempat meyakini jika Nyi Roro Kidul yang berkuasa di sana. Wilayah kekuasaannya bahkan tidak hanya Sukomade saja. Melainkan seluruh pantai yang ada di kawasan laut selatan di Pulau Jawa.
“Kami di sini percaya jika Nyi Roro Kidul ada,” jelas Kepala Dusun Rajegwesi, Suyono saat mendampingi detiksurabaya.com, Selasa (25/5/2010).
Di kawasan setempat, lanjut Suyono, ada beberapa tempat yang kerap terlihat
penampakan Nyi Roro Kidul. Diantaranya Pantai Rajegwesi, Teluk Ijo dan Pantai
Sukomade.
Saat Jumat Legi, penanggalan Jawa, nelayan Rajegwesi tidak berani melaut sebelum uri-uri kepada Nyi Roro Kidul. Jika dilanggar maka akan berakibat buruk. Seperti hilangnya ikan di laut secara mendadak, meski sedang musim ikan.
“Pernah ikan tiba-tiba seperti hilang, ternyata kita lupa untuk uri-uri,” tambahnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Ninik, seorang juragan ikan di Rajegwesi. Saat ikan
melimpah, ada pantangan bagi nelayan Rajegwesi. Yakni tidak mempermainkan harga ikan dengan tujuan persaingan tidak sehat.
“Kalau eyel-eyelan harga ikan, lihat saja pasti 5 hari ke depan ikan akan susah
untuk dicari,” jelas wanita asal Bandung ini.
Nelayan sekitar juga tidak berani menangkap penyu di Laut Sukomade. Hal itu juga
akan berakibat fatal. Selain harus berurusan dengan hukum negara, mereka harus
berhadapan pula dengan kutukan Nyi Roro Kidul.
“Kami tidak berani tangkap Penyu, tangkap ikan saja pakai pancing dan jala kecil,”
tandas Suyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com