Sabtu, 13 Februari 2010

hidup punya cerita

Bahagia Tanpa Syarat

Tulisan ini saya mulai dengan cerita tentang seorang tokoh bernama Nasrudin. Pada suatu hari, Nasrudin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata Nasrudin sedang mencari jarum. Melihat Nasrudin yang sedang kebingungan, tetangganya merasa kasihan, akhirnya ia ikut membantu untuk mencari jarum tersebut. Tetapi setelah sekian lama mereka mencari, jarum itu tidak ditemukan juga.

Dengan nada penasaran, tetangganya bertanya “memang jarumnya jatuh dimana?”. Dengan enteng Nasrudin menjawab “jarumnya jatuh di dalam”. Lalu tetangganya bertanya lagi “kalau jatuhnya di dalam kenapa mencarinya di luar?”. Nasrudin menjawab dengan ekspresi tanpa dosa ”karena di dalam gelap, di luar kan terang”


Cerita di atas bisa menjadi cermin bagi kita, seperti itulah yang sering kita lakukan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup. Sering kali kita mencarinya di luar, sehingga akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan daerah dimana kebahagiaan itu bias ditemukan justru luput dari pantauan kita.

Terlalu sering kita larut dalam perbandingan diri kita dengan orang lain. Yang Nampak seolah-olah adalah rumput halaman orang lain selalu lebih hijau. Seakan hati tidak terima kalau tetangga, teman atau saudara kita mendapatkan pencapaian yang lebih baik dari kita. Berat rasanya hati untuk bisa bahagia kalau melihat hal tersebut. Apalagi bila ingat masa lalu posisi mereka di bawah kita, baik secara intelektual dan materi.

Ada lagi satu hal yang berbahaya dan bisa menyebabkan seseorang susah bahagia maupun mencapai kesuksesan. David J Schwartz menyebutnya itu sebagai penyakit dalih, banyak diderita oleh orang yang tidak bahagia dan tidak sukses. Karena semakin banyak syarat yang kita tentukan untuk bahagia maka akan semakin sulit bagi kita untuk bahagia. Semisal, kita akan merasa bahagia kalau sudah punya rumah sendiri, sehingga kita bisa tenang untuk menempatinya. Nyatanya setelah kita punya rumah, kita juga tidak lantas bahagia karena kebahagiaan kita sudah berbeda lagi ukurannya. Begitu seterusnya sampai kita tidak pernah menemukan kebahagian karena syarat yang kita tetapkan terlalu banyak.

Padahal mungkin kebahagiaan itu tidak jauh dari diri kita, Cuma terkadang banyak orang tidak sadar dengan itu. Coba kita tengok akan diri kita sekarang!!! Apa yang kurang dari kehidupan kita sekarang? Hidup ditemani orang-orang yang sangat menyayangi kita. Ada orang tua yang bekerja keras banting tulang hanya untuk membahagiakan kita sebagai anaknya. Ada saudara yang akan membantu kita kalau kita mendapat kesusahan. Ada sahabat yang bisa kita ajak berbagi persoalan dalam hidup, seberat apapun itu. Dan bagi kita yang sudah punya amanah berupa anak, jaga dan rawat dengan baik, bukankah tawanya, candanya atau mungkin tangisnya bisa membuat kita bahagia.

Jadikan semua itu menjadi sumber kebahagiaan kita. Merekalah tempat kita untuk kembali ketika kita dihadapkan kesulitan dalam hidup. So mulai sekarang, bersyukurlah atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, berupa orang-orang terbaik yang akan menemani kita. Mereka lebih berharga dari materi yang kita punya. Tak ada alasan lagi untuk tidak bahagia…optimislah anda memiliki semuanya….maka berbahagialah..
Selengkapnya...

27 Juli 2009

MENANTI KEAJAIBAN ITU TIBA

Keajaiban itu lahir dari ibu yang bernama kesulitan dan ayah yang bernama upaya.” Mario Teguh.

Hampir seluruh negara didunia saat ini sedang dilanda krisis ekonomi global. Krisis yang bermula dari negara adikuasa Amerika Serikat telah merusak stabilitas ekonomi dihampir seluruh negara. Layaknya seperti virus, krisis ekonomi ini cepat menyebar ke seluruh belahan penjuru dunia. Indonesia pun tidak luput dari serangan ‘virus’ yang membahayakan ini. Bila ini tidak cepat diatasi, kondisi ini akan berpengaruh terhadap kesetabilan perekonomian kita. Pemerintah harus berupaya sekuat tenaga untuk bisa membendungnya, paling tidak, derasnya laju hantaman krisis ekonomi global bisa ditahan agar dampaknya tidak semakin parah.



Dalam kondisi krisis, masyarakat lapisan bawah (Wong Cilik) akan menjadi pihak yang sangat terpukul apabila pemerintah gagal mengatasi kondisi ini. Carut marut yang selama ini meraka rasakan akan semakin bertambah pelik dengan datangnya krisis. Alih-alih bisa bisa keluar dari kemiskinan yang sudah dirasakan sejak lama, justru makin terpuruk oleh keadaan.

Kondisi ekonomi di seluruh dunia memang sulit, tapi mari kita coba dari sudat pandang yang bisa lebih mencerahkan. Coba kita sedikit flashback pada masa-masa dimana kita dihadapkan pada kesulitan. Tentu kita masih ingat betul krisis ekonomi yang menimpa pada negara kita ditahun 1998. Tapi akhirnya lambat laun kesulitan itu bisa diatasi, dan kita bisa beradaptasi serta akhirnya keluar dari kondisi sulit itu.

Begitu juga dalam kehidupan pribadi, kita pernah berkali-kali menghadapi kesulitan dan ujian dalam hidup. Tapi coba kita lihat sekarang, kita masih ada dan masih berdiri kokoh dalam melewati setiap kesulitan yang datang. Selama matahari hari masih terbit dari timur dan tenggelam dari barat, selama embun pagi masih menetes dipagi hari, dan selama raga ini masih bisa bernafas, kita masih mempunyai kesempatan untuk bisa merubah keadaan dengan semangat pantang menyerah dan berusaha untuk keluar dari kesulitan. Yakinlah bahwa sesungguhnya setelah kesulitan, pasti akan datang kemudahan. Mengutip ucapan Gede Prama “ketika kita sedang dilanda kesedihan, percayalah bahwa di ruang tamu ada yang sedang menunggu, yaitu kebahagiaan.”

Sebetulnya ketika kesulitan datang, itu pertanda bahwa cara-cara yang kita gunakan sudah tidak tepat lagi. Karena kalau apa yang kita lakukan benar, pasti kita tidak akan bertemu dengan kesulitan itu. Kalau kita ikhlas dan sadar menerima itu berarti setiap kesulitan adalah perintah agar kita menyegerakan pembaharuan diri. Bagi orang yang melihat bahwa setelah kesalahan akan datang hukuman, maka kesulitan yang datang akan dianggap sebagai sarana untuk menghukum dirinya, dampaknya dia akan bersedih hati dan mengulangi kesalahannya. Tetapi bagi orang yang menganggap setelah kesalahan akan datang hadiah dari disadarinya kesalahannya, maka dia akan memperbaiki dirinya dengan ikhlas.

Tuhan kadang menempatkan kita pada posisi yang sangat sulit, agar kita menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Dia. Kita sering tidak berserah kepadaNya sampai kita tidak memiliki apa-apa. Dalam kondisi sulit yang dialami hampir seluruh negara di dunia, yakinlah itu hanya masalah yang bersifat statistik, dan ketika kita berbicara statistik, maka hitungannya akan rata-rata. Tapi dalam kondisi sesulit apapun yakinlah bahwa rejeki itu bersifat pribadi, apapun kesulitan yang kita alami dalam masalah ekonomi, kita harus tetap bersemangat dan berpikir positif, jadi disaat orang lain mengeluh, merintih, meratap dan menyalahkan kepada banyak hal, ini kesempatan kita untuk berdoa dan berusaha dengan keras, maka hal itu akan menjadi pembeda kita dengan orang lain di hadapan Tuhan. Sehingga dalam ekonomi yang sulit, rejeki kita tetap pribadi dan berbeda dengan orang lain, maka perbaikilah hubungan pribadi kita agar kita semakin dekat denganNya. Yakinlah bahwa ketika Tuhan berpihak pada kita, tidak ada yang tidak mungkin.

Karena Tuhan akan memberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan hanya dengan upaya maka kita akan bisa merubah nasib maka mulai dari sekarang berusahalah lebih keras lagi. Pantaskanlah diri kita untuk bisa mendapatkan apa yang pantas kita dapatkan dengan cara melakukan hal-hal yang sekarang kita anggap kecil dengan kesungguhan yang besar. Dalam kondisi sesulit apapun cobalah berdiri lebih gagah, duduk lebih tegak, mengangguklah lebih anggun dan tersenyumlah lebih ramah. Kalau kita memilih menjadi pribadi yang pantas mendapatkan keajaiban, bukan hanya keajaiban itu yang akan datang pada kita, tapi kita akan menjadi pengundang keajaiban bagi diri dan lingkungan kita. Bila kita percaya maka kita akan melihatnya.

Selengkapnya...

01 Juni 2009

HIDUPLAH DALAM KEHIDUPANMU

Dalam hidup ada kehidupan. Kita harus mampu menghidupkan kehidupan ini agar kita bisa benar-benar hidupdalam menjalani hidup kita. Setelah kita benar-benar hidup, kita dapat menghidupkan kehidupan orang lain sehingga hidup kita tidak sekedar hidup-hidupan.”Adi W. Gunawan


Tulisan ini saya mulai dengan untaian kata filosofis yang didapat dari salah satu buku best seller milik Adi W. Gunawan. Dia salah satu guru imajiner dari sekian banyak orang-orang hebat yang saya kagumi, dia sendiri senang menyebut dirinya sebagai Re-Educator dan Mind Navigator. Ucapan dalam buku dia tersebut jelas cukup menggelitik saya untuk bisa merenungkan kembali dan bertanya pada diri tentang apa itu hidup? Mengapa saya hidup? Untuk apa saya hidup?

Mencoba menjawab pertanyaan tersebut di atas dengan menggunakan pendekatan akademis yang tersisa dari proses pendidikan di kampus dulu semasa kuliah, hasilnya ternyata masih belum bisa menjawab pertanyaan sesulit itu. Maklum selama dikampus dosen saya banyak mengajarkan tentang pengetahuan dan keterampilan teknis yang masih bersifat semu dan maya. Konsekuensi logisnya tidak mengherankan jika saya masih bingung dalam menghadapi dunia yang riil dan tidak jarang saya merasa terasing dengan diri sendiri.

Sistem pendidikan yang ada sekarang masih belum mampu untuk bisa menghasilkan lulusan yang bisa menjawab pertanyaan diatas. Apalagi untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kualitas dan mental yang kuat, serta menghasilkan manusia-manusia yang bijak dan bisa bermanfaat buat sesama. Maka dalam kontek ini tidaklah mengherankan kalau Topatimasang (1998) mengatakan bahwa pendidikan tidak ubahnya seperti candu yang memabukan, membuat banyak orang terlena dan terbius sehingga tidak bisa mengenal realitas yang ada disekitarnya. Tentunya ini bertolak belakang dengan apa yang inginkan oleh salah satu tokoh pendidikan dunia yaitu Paulo Freire yang berpendapat bahwa tujuan akhir dari upaya proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi) yang berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dari situasi batas yang menindas dari kehendak kita.

Dalam prakteknya pendidikan yang kita dapat selama ini belum mengakui sepenuhnya bahwa manusia itu sosok yang unik, artinya sosok yang satu akan berbeda dengan sosok yang lain. Buktinya untuk bisa mengukur kecerdasan seseorang masih saja menggunakan kecerdasan tunggal yaitu kecerdasan inteletual, dengan melihat dari ketrampilan menghitung, merinci, dan menganalisis. Tidak heran kalau nilai raport dan IPK (Indek Prestasi Kumulatif) menjadi ukuran kebanggaan yang mutlak bagi anak didik dan orang tua sehingga tidak jarang banyak yang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hal inilah yang menyebabkan Adi W. Gunawan mengatakan dengan bahasa provokatif disalah satu artikelnya bahwa sekolah hanya dirancang untuk menghasilkan orang-orang gagal.

Dalam kehidupan ini, ternyata secara tidak sadar kita sering merasa minder dengan kelemahan yang dimiliki. Dan celakanya proses itu muncul dari interaksi dengan lingkungan terdekat kita. Lingkungan dalam keluarga, pertemanan dan sekolah sering menjadi titik awal rasa minder dan lemah itu muncul. Sebagai contoh kecil, ketika kita dulu sekolah pernah mengalami kesulitan dengan salah satu pelajaran, semisal bermasalah dengan pelajaran matematika. Ketidakmampuan kita dalam menyelesaikan soal-soal matematika membuat kita berpikir bahwa ”Akulah anak paling bodoh di kelas ini!” atau ”Akulah siswa yang pantas gagal!”. Bahkan tidak jarang ucapan yang bernada pengecilan terhadap kemampuan anak itu berasal dari orang tua dan guru.

Kondisi di atas bila dipelihara terus akan sangat berbahaya, ini akan menyebabkan seseorang terpenjara mentalnya seumur hidup. Karena ketika persepsi ketidakmampuan kita terus dipelihara, bahkan didukung oleh lingkungan terdekat kita, maka lama kelamaan ini akan menjadi belief system yang akan mengakar kuat, sehingga pada akhirnya akan menempel dan mengendap pada alam bawah sadar kita. Keadaan ini akan membelenggu dan membenamkan setiap potensi besar kita untuk diaktualisasikan. Jelas kalau sudah pada tahap ini tidak mudah untuk “disembuhkan”. Memerlukan upaya yang cukup keras dan lumayan rumit untuk bisa mengembalikan pada kondisi semula. Ibarat sebuah komputer yang sudah terkena virus ganas, maka harus cepat-cepat diinstal ulang, dengan menghilangkan program-program lama diganti dengan yang baru.

Berbicara masalah cerdas atau tidak cerdasnya seseorang, jawabannya mungkin ada pada hasil penelitian Howard Gardner, dia menemukan bahwa dalam diri seseorang terdapat kecerdasan majemuk, artinya terdapat beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa jenis kecerdasan tersebut adalah linguistic, logical-mathematical, bodily-kinesthetic, spatial-visual, musical, intrapersonal, dan interpersonal. Penemuan tersebut disempurnakan oleh Daniel Goleman dengan hasil penelitian yang cukup menggemparkan dan merubah tatanan nilai yang dianut serta dipercaya sebelumnya, dia mengatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya berpengaruh 20% terhadap kesuksesan dalam hidup. Selebihnya itu ditentukan oleh kecerdasan lain yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional itu sendiri merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri sehingga bisa memahami orang lain dan bisa membina hubungan baik dengan orang lain. Kecerdasan inilah yang sangat dibutuhkan seseorang dalam menghadapi kesulitan dalam hidup.

Hanya saja sangat disayangkan, karena banyak orang yang tidak mengetahui dan menyadari hal ini. Kelemahan yang kita miliki telah membutakan mata hati kita untuk mengali potensi dan kekuatan yang telah diberikan Tuhan pada kita. Kita sering fokus untuk membanding-bandingkan kelemahan kita dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Mengutip ucapan Mario Teguh bahwa ketika kita berfokus pada satu hal, maka kita akan tumbuh pada hal tersebut. Jadi ketika hanya berfokus pada kelemahan yang dimiliki hasilnya kita akan semakin menyesali diri dan merasa inferior. Sehingga ketika kesulitan datang, kita sudah buru-buru mengatakan bahwa kita tidak mampu, ini terlalu berat buat kita, ini tidak mungkin untuk diselesaikan. Ketika perasaan ini muncul, maka sebenarnya kita telah mati dalam kehidupan ini.

Kembali pada ucapan indah diatas, ternyata banyak diantara kita belum benar-benar hidup dalam kehidupan, ini bisa dilihat dengan belum maksimalnya atau bahkan masih terkuburnya potensi besar dalam diri kita. Jelas ini tugas kita untuk bisa membangunkan setiap kemampuan terpendam yang masih tertidur, dengan harapan kita akan semakin merasa percaya diri dan bersyukur pada Tuhan karena telah diberi kemampuan sehebat ini. Sehingga tugas kita tinggal satu lagi, yaitu memberi manfaat dari kehadiran kita dengan membantu dan menolong orang lain untuk bisa menghidupkan kehidupannya. Karena ketika kita berhasil membantu orang dalam menemukan dan mengembangkan potensinya, maka kehadiran kita bisa memberi manfaat buat orang lain. Bukankah orang hebat dan terbaik itu, adalah orang yang paling bermanfaat. SALAM SUKSES !!!
Selengkapnya...

05 April 2009

SAAT KITA MERASA LEMAH

Pernahkan anda mengalami perasaan letih dan tidak berdaya? Tentu perasaan tersebut bukan ditujukan untuk fisik kita melainkan untuk kondisi mental dan jiwa kita. Pertanyaan itu juga muncul dalam benak karena didasari oleh keyakinan bahwa setiap orang pasti pernah merasa atau berada dalam kondisi ini. Karena pentingnya menyikapi kondisi ini, maka saya terpanggil untuk menulis topik ini.

Adalah suatu hal yang biasa ketika manusia dalam hidupnya dihadapkan beberapa persoalan. Ada sebagian dari kita yang merasa putus asa dan tidak sanggup lagi menghadapi semuanya. Sehingga tidak jarang kita kehilangan semangat untuk hidup di dunia ini. Pikiran kita seolah tak mampu lagi untuk berpikir dengan jernih hanya sekedar untuk mencari solusi atas masalah yang belum menemukan titik temunya.

Kondisi lemah akibat dari masalah yang belum terselesaikan sebenarnya adalah perintah bagi kita untuk melakukan upaya-upaya yang baru. Karena kalau tindakan atau apa yang kita kerjakan tepat, kita tidak akan mungkin bertemu dengan kesulitan ini. Anggapkan kesulitan yang datang sebagai petunjuk untuk dilakukannya tindakan dan cara-cara yang baru.


Kadang kita tidak sadar bahwa pada saat kita berada dalam kondisi sulit, itu sebenarnya kita semakin didekatkan dengan datangnya keajaiban. Bukankah keajaiban itu datang dari ibu yang bernama kesulitan dan ayah yang bernama upaya. Karena itulah jadikan setiap kesulitan yang datang untuk dijadikan lecutan agar kita bersemangat lagi dalam melakukan upaya. Karena saat itulah keajaiban itu semakin dimungkinkan oleh yang Maha memungkinkan untuk terjadi. Karena kalau menurut Dia jadi maka jadilah.


Sebenarnya persoalan akan semakin mudah bila kita hanya mengambil posri yang bisa kita lakukan, selebihnya serahkan semuanya ke Tuhan. Biar dia yang mengambil alih semuanya, kita hanya diwajibkan untuk berusaha. Tetapi kita harus berhari-hati dengan kualitas usaha kita, jangan sampai kita hanya terjebak pada kata usaha, tanpa menghiraukan kualitas dari usaha yang kita lakukan. Bukankan ada janji Tuhan bahwa upaya merupakan pengubah nasib. Maka lakukan setiap upaya dengan keras dan sepenuh hati sehingga itu bisa menjadi tanda buat Beliau untuk menjawab doa kita.


Perjalanan kehidupan sudah membuktikan bahwa banyak orang-orang besar yang tumbuh dari kesulitan hidup. Kuncinya mereka tidak menyerah pada nasib yang ada. Mereka tidak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada, karena mereka melihat ada banyak harapan untuk hidup lebih baik bila berusaha dengan baik, tanpa harus mengandai-andai mendapatkan bantuan dari langit, jadi anak orang-kaya, terlahir di kaum bangsawan atau apapun itu.

Sekarang lihatlah ke langit, mintalah untuk diberi kekuatan dan kewenangan untuk bisa melewati setiap kesulitan yang ada. Mintalah bahu yang kuat untuk menanggung beban yang lebih berat lagi, jadilah bahu yang kuat untuk menanggung kehidupan banyak orang. Sehingga ketika kesusahan itu datang, akan ada banyak orang yang memberi semangat dan mengharapkan kita untuk bangkit lagi. Sehingga ketika kondisi letih dan lemah pun ada banyak orang yang akan menjadi topangan dan sandaran untuk kita semangat lagi. Selamat Mencoba Ya….
Selengkapnya...

23 Februari 2009

KENAPA HARUS BERUBAH???

Sebelum mengambil judul ini, saya sempat tersenyum kecil, maklum judul ini mengingatkan saya dengan judul sinetron yang dulu pernah diputar di SCTV. Kenapa Harus Inul??? Itulah sinetron yang pernah melambungkan nama Inul sebagai pedangdut kesohor. Terlepas dari banyak kontroversi yang sempat menghampirinya, toh ending ceritanya kita sudah tahu semua bagaimana inul sekarang.

Tentu bukan masalah pribadi inul yang akan saya bahas disini. Hanya untuk mencoba mengkorelasikan antara masalah yang akan saya bahas dengan kondisi riil yang pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila melihat kasus di atas, sebenarnya inul lah yang telah merubah kondisi wajah “dangdut” Indonesia menjadi sekarang ini. Dan semua tahu bahwa walaupun kondisi ini menyebabkan banyak kontroversi muncul disana sini, tapi toh akhirnya musik dangdut kita sudah mulai bergeser haluan. Itulah salah satu contoh perubahan, terlepas orang menilainya itu baik atau buruk.

Seperti itulah perubahan, pertama kali muncul tidak jarang menimbulkan protes dan perdebatan. Bagi orang yang sudah merasa nyaman dengan kondisi dan sistem yang ada, untuk bisa menerima perubahan sangat sulit. Karena meraka sudah terlampau asyik dengan zona kenyaman yang mereka rasakan, walupun mungkin zona nyaman itu sendiri tidak selalu membuat nyaman. Adakalanya zona ini hanya sebatas kondisi yang sudah mereka ketahui, dan hanya karena mereka sudah tahu inilah sehingga membuat mereka enggan untuk beranjak dari tempat tersebut.

Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan. Kita bisa melihatnya pada diri kita sendiri. Dulu sewaktu masih bayi, hidup kita tergantung pada orang lain. Kemudian kita menjadi seorang anak yang belajar jalan dan sesekali terjatuh, lalu berlari dengan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu menjadi sosok dewasa yang akan menghadapi bermacam-macam persoalan dalam hidup. Kadang kita tertawa dan senang, kadang hidup susah dan menangis.

Perubahan adalah pertanda kehidupan. Dalam realitas sosial perubahan sering ditandai dengan adanya ketidaknyamanan atas kondisi sekarang, perubahanan juga selalu menghadirkan asa. Indonesia sempat mengalami seperti itu beberapa kali, salah satunya adalah pada tahun 1998. Ketidaknyaman dengan kondisi yang ada menyebabkan sebagian orang, terutama mahasiswa, menjadi motor dan agen perubahan dalam era reformasi. Walaupun kondisi tersebut harus dibayar mahal dengan matinya beberapa mahasiswa yang tertembak peluru serta kerugian material yang tidak sedikit.

Perubahan juga menimbulkan harapan. Meski kadang menakutkan, perubahan ini tentu menjanjikan ekspektasi. Adanya harapan untuk mencapai hidup yang lebih baik yang menyebabkan seseorang berani meninggalkan kondisi lama menuju kondisi yang baru. Tentu walaupun kadang mahal bayarannya, artinya ada banyak rintangan, tantangan serta pengorbanan yang tidak sedikit, tapi tidak membuat sebagian orang gentar. Karena perubahan selalu memberi warna tersendiri dan memberikan iming-iming yang cukup menarik untuk digapai.

Mungkin kita bertanya apakah kita masih harus berubah, bila merasa apa yang kita imiliki sudah sesuai dengan yang diinginkan, lalu buat apa perubahan itu?? Masih perlukah?? Jawabannya adalah tentu masih perlu, justru inilah yang dinamakan paradok dari perubahan, dimana perubahan harus dilakukan bukan pada saat kritis, tapi perubahan harus dilakukan pada saat kita sedang berada di atas atau di dalam kondisi yang baik. Agar kita bisa tetap mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi dan posisi tersebut tersebut. Karena kalau tidak bisa adaptif dengan perubahan, maka kita akan terseret oleh perubahan tersebut. Jangan sampai ucapan Jim Collins terjadi pada kita, dalam studinya ia pernah mengatakan “Good is the Enemy of Great” bahwa kondisi yang baik (good) adalah musuh yang sering menghalangi kita untuk berevolusi dan memasuki kondisi yang lebih baik (great). Semoga tidak terjebak ….Salam Sukses!!!

Selengkapnya...

16 Januari 2009

SEMANGAT ITU HANYA SESAAT

Sengaja saya menahan hasrat untuk tidak menulis dulu artikel ini di awal bulan januari, sampai saya menemukan suasana hati yang cocok untuk bisa dijadikan landasan dalam tulisan kali ini. Di tengah gegap gempita dan gemuruh suasana tahun baru, ingin rasanya saya larut dalam euforia kesenangan hanya sekedar untuk merayakan detik-detik pergantian tahun. Tak tergambar rasanya semangat yang membara yang menyelinap dalam dada kala itu, guna menyongsong tahun baru, walaupun banyak orang bilang tahun ini merupakan tahun krisis. Tapi toh hal ini tidak menyurutkan banyak orang (termasuk saya) untuk tetap optimis menyambut tahun baru ini.

Tidak tahu mengapa ada perasaan sumuringah menjelang datangnya tahun baru, ada semangat baru yang mampir dalam diri untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih dari tahun sebelumnya. Beberapa impian, target dan resolusi pun kembali digulirkan untuk bisa dicapai. Walaupun secara tidak sadar ternyata ada beberapa janji lama yang ingin dilakukan, yang sekarang masuk lagi dalam agenda tahun berjalan. Pantas saja kalau Mario Teguh bilang “kadang kita yang menyambut tahun baru ini dengan kesungguhan baru tapi masih dengan janji lama”. Sebagai contoh berapa banyak orang yang berjanji ingin berhenti merokok tapi sampai sekarang tidak bisa. Bahkan yang lucu saya pernah mendengar ada yang berkomitmen untuk mengurangi merokok, lalu dimana letak kesungguhannya kalau janjinya saja masih setengah-setengah.

Banyak orang yang merayakan tahun baru, hanya merayakan harinya saja. Tanpa pernah berpikir untuk merubah kemampuan yang dimiliki. Tidak ada transisi mental yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kesulitan hidup yang semakin komplek. Banyak yang terjebak ke dalam kegembiraan sesaat, dan melupakan permasalahan untuk sementara waktu hanya untuk menyambut tahun baru. Konsekuensinya tidak jarang banyak orang menyambut tahun baru hanya bermodalkan sedikit semangat dan masih dengan kemampuan lama.

Kemeriahan tahun baru ternyata tidak berlangsung lama, semangat yang menggelora pun ternyata lenyap tak ketahuan batang hidungnya, ketika kita sudah dihadapkan dengan permasalahan hidup sehari-hari. Semangat kemeriahan tahun baru seolah tak membekas sedikit pun dalam menghadapi hari hari selanjutnya. Rencana, impian dan angan-angan yang sempat disemaipun menguap begitu saja tertelan dalam rutinitas harian yang menjemukan.

Lantas kenapa semangat dalam diri ini hanya mampir sebentar ?, seperti halte yang dijadikan tempat peristirahatan sementara untuk menunggu bus datang. Kemana teriakan penuh semangat dan nyaringnya bunyi terompet yang kemarin hadir menyeruak pada saat detik-detik tahun baru, lantas kemana hilangnya optimisme yang menggunung waktu itu….Sedemikian besarkah angin yang meniup, sampai-sampai semuanya tersapu begitu saja. Dimana letak kesalahan dari semua ini???

Tanpa harus menanya rumput yang bergoyang pun, harusnya kita bisa mengidentifikasi kekeliruan yang kita lakukan saat merayakan tahun baru tersebut. Ingatkah kita ketika melakukannya dengan kemeriahan dan bersenang-senang serta menghamburkan banyak uang hanya untuk satu malam. Tidak kah kita mencoba untuk introspeksi diri, tentang apa saja yang sudah dilakukan kita ditahun sebelumnya. Pernahkah kita berpikir untuk merinci apa-apa saja yang sudah kita kita kerjakan, dan menghitung berapa banyak yang belum kita dapatkan. Atau yang lebih jauh lagi, sudahkan kita merancang strategi apa yang akan diterapkan untuk bisa mencapai target di tahun baru. Bukan malah larut dalam kemeriahan dan hingar bingar pesta tahun baru. Jelas saja tidak ada nilai-nilai yang bisa kita dapatkan, lebih-lebih solusi yang kita butuhkan. Bukan kah yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana kita memaknai setiap proses yang kita jalani. Tidak penting kegagalan dan kesuksesan itu datang, karena yang jauh lebih penting adalah bagaimana memaknai hal tersebut, serta bagaimana membuat hal tersebut menjadi media pembelajaran buat kita.

Semangat itu harusnya masih ada, ketika ada sebuah dorongan yang besar untuk mencapainya. Mirip seperti slogan salah satu partai peserta pemilu, tapi kita plesetkan sedikit sehingga bunyinya “semangat itu masih ada”. Terus bagaimana cara menumbuhkannya? Ada dua cara yang bisa kita coba untuk dilakukan. Yang pertama, bayangkan anda akan sangat bahagia bila apa-apa yang menjadi keinginan kita itu tercapai. Dan yang kedua, banyangkan juga apabila impian-impian kita ditahun baru ini tidak tercapai. Dan jangan lupa pastikanlah setiap apa-apa yang kita lakukan dan kita capai, semuanya bisa memberi nilai tambah buat orang lain. Sehingga kalaupun ada ketakutan yang datang, pastikan kalau ketakutan itu bukan karena kita takut akan kekurangan diri sendiri, tetapi takutlah karena apa yang kita lakukan dan kita dapatkan tidak bisa melebihkan bagi orang lain…Salam Super
Selengkapnya...

25 Desember 2008

Guru baruku yang sederhana

Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat gandrung sekali dengan tulisan-tulisan Gede Prama. Dia adalah seorang Presiden Direktur dari Dynamics Consulting yang sebelumnya pernah menjadi CEO perusahaan jamu terkemuka di Indonesia, yang sekarang ini “mengasingkan” diri di tempat yang dia sebut sebagai Pulau Kedamaian yaitu di Bali. Sebenarnya saya sudah familiar dengan dia semenjak masih kuliah dulu, setiap saya pergi ke toko buku, tidak jarang saya menemui karya-karyanya, cuma tidak tahu kenapa, baru sekarang saya tertarik untuk membaca tulisan-tulisannya.

Adalah proses pencarian saya dalam menemukan sebuah titik kebahagiaan dalam hidup yang akhirnya mengantarkanku bertemu dengan filosofi-filosofi dia tentang kebahagiaan. Saat diri ini terpacu untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi, sampai akhirnya terjebak dalam rimba kesesatan materialisme, dan ketika diri ini merasa ada sesuatu yang hampa, ternyata tulisan Beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan menggantung, yang selama ini belum terjawab dalam literatur ilmiah yang sudah ada.

Kesederhanaan adalah kata yang sering didengung-dengungkan pak Gede dalam setiap ucapannya, sesuatu sikap yang sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan, tapi pada praktek nya begitu sulit untuk dijalani. Konsep hidup sederhana ini bukan berarti kita harus pelit, terlalu irit, kikir, medit,buntut kasiran atau apapun istilahnya. Kesederhanaan dalam hidup adalah kesediaan untuk menjalani hidup apa adanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada yang dilebih-lebihkan dan tidak ada yang perlu digengsi-gengsikan.

Konsep kesederhanaan ini akan matching dengan konsep teori ekonomi yang mengatakan bahwa adanya kelangkaan (scarcity) yang diakibatkan oleh besarnya keinginan (want) yang tidak terbatas dibandingkan dengan sumberdaya (source) yang terbatas. Inilah yang menyebabkan timbulnya harga ekonomis yang melekat dalam setiap sumberdaya yang dibutuhkan. Kesederhanaan akan menjadi jembatan yang memadai untuk menghubungkan antara rezeki yang kita terima dengan keinginan yang ingin terpenuhi.

Perjalanan dan pengalaman yang mengharuskan kita meniti tangga kehidupan dari bawah, harusnya membuat kita akan sering ingat akan pentingnya kesederhanaan hidup. Bagi yang memulai kehidupan dari bawah, akan ada makna yang dalam dan rasa syukur yang tak terhingga, ketika dulu masih bergelantungan di bus kota, ternyata sekarang sudah punya motor atau bahkan punya mobil, yang mungkin bagi sebagian anak orang kaya, hal itu hanya sebatas rutinitas yang hambar tanpa ada rasa.

Akhirnya saya berharap jangan sampai apa yang ditulis Deana Rick dan rekan di Personal Excellence terjadi pada kita, “having too much can actually be a hindrance to an attitude of gratitude because, in reality, you can not appreciate what you have, if you have too much“. Yang pada intinya, memiliki kekayaan yang terlalu banyak sering mengurangi rasa syukur. Sebab, penghargaan terhadap rezeki sering menurun sejalan dengan semakin banyaknya uang yang dimiliki. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang bisa mengurangi rasa syukur kita terhadap apa yang sudah dimiliki, sehingga akan selalu ada godaan dalam diri ini untuk menolong sesama, bila ada kemampuan untuk melakukannya…..

Selengkapnya...

05 Desember 2008

Menjadi Kaya dengan Bersyukur

Dalam hidup kita sering berfokus pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Contoh yang sederhana semisal kita sudah mempunyai sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik, tapi pikiran kita masih saja merasa kurang. Pikiran kita sering dipenuhi dengan beban dan berbagai target yang ingin dicapai. Kalaupun apa yang kita inginkan dan cita-citakan tercapai, anehnya kita “tidak merasa puas”, kalau pun ada rasa puas paling hanya sesaat.

Belum lagi kecederungan kita untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita sering membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain. Sehingga semakin merasa inferior-lah diri kita. Bila melihat teman, tetangga atau orang lain yang punya kehidupan lebih baik, kita sering merasa iri hati melihatnya. Apalagi bila melihat teman kita yang penghasilannya lebih tinggi, padahal dulunya sama dengan kita, atau bahkan dibawah kita, akan menambah rasa sesak saja di dada ini. Sehingga tidak jarang kita sering gonta-ganti pekerjaan hanya untuk kelihatan hebat dimata orang lain. Tanpa peduli apakah yang kita kerjakan baik untuk kehidupan kita atau tidak.

Untuk lebih memaknai arti bersyukur ini, ada cerita yang saya ambil dari tulisannya Pak Gede Prama yang sangat menarik untuk kita simak. "Suatu hari, Nasrudin lari terbirit-birit menemui gurunya. Begitu berjumpa, tanpa permisi ia langsung minta tolong: ‘Tolong guru rumah saya jadi neraka. Ada istri cerewet, mertua yang banyak maunya, putera-puteri beserta sepupu-sepupu mereka yang ribut lari ke sana ke mari. Apa pun yang guru sarankan akan saya lakukan, asal nerakanya hilang surganya datang’.

Yakin Nasrudin akan memenuhi janji, gurunya pun bertanya: ‘Apakah kamu punya binatang peliharaan?’. Dengan gesit Nasrudin menyebut ada empat angsa, enam ayam, tujuh kambing, delapan kelinci, serta sejumlah burung. Karena itu, sang guru menyuruh Nasrudin memasukkan semua binatang peliharaan ke dalam rumah, semua manusia juga harus ada di dalam, kemudian tutup pintu dan jendela rapat-rapat. Selama sebelas hari tidak boleh ada satu pun manusia atau binatang yang keluar dari rumah.
‘Tapi, tapi….’, sahut Nasrudin dengan nada gugup. Dengan sigap gurunya menjawab: ‘Jangan lupa kamu sudah janji!’. Dan terpaksalah Nasrudin kembali ke rumah melaksanakan perintah gurunya.

Sebelas hari kemudian, Nasrudin datang dengan langkah yang jauh lebih kacau dari sebelumnya. ‘Toloong guru, tolong, jangankan manusia, bahkan kambing pun sudah mau gila sebelas hari di dalam rumah’. Dengan tersenyum bijaksana gurunya berucap: ‘Sekarang keluarkan semua binatang, bergotong royong penuh gembiralah, bersihkan rumah’. Dan beberapa waktu kemudian, Nasrudin mendatangi rumah gurunya dengan wajah ceria: ‘Terimakasih guru, rumahnya sudah jadi surga!’.

Inilah cerita manusia dari dulu hingga sekarang. Banyak rumah kehidupan yang berubah jadi neraka karena saling benci dan saling memarahi. Dan ternyata menemukan surga hanya persoalan memilih pembanding yang tepat. Bila pembandingnya tepat (dalam kisah Nasrudin pembandingnya rumahnya yang penuh binatang), surga terbuka. Jika pembandingnya selalu yang serba lebih (lebih kaya, lebih cantik, lebih terkenal, lebih bijaksana) maka surga pun tidak pernah terbuka".

Akhirnya, hidup ternyata persoalan sikap. Surga maupun neraka ternyata hasil ikutan dari sikap. Bila sikapnya keluhan dan kekurangan maka neraka yang terlihat. Jika sikapnya bersabar dan bersyukur maka surga yang tampak. Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena rasa syukur merupakan kualitas hati yang tertinggi dan merasa cukup merupakan harta terbesar kita. Salam Sukses!!!
Selengkapnya...

28 November 2008

SEDERHANA SEBAGAI SEBUAH PILIHAN

Salah satu bentuk paradok yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan bahwa menjalani hidup sederhana (yang seharusnya mudah) justru paling sulit dilakukan (The simplest is the most difficult). Padahal kenyataannya konsep hidup sederhana lebih mudah untuk dilaksanakan dan lebih membawa ketenangan batin.

Hidup sederhana bukan brarti hidup susah, senang menderita, atau meninggalkan kesenangan dunia akan tetapi sederhana brarti konsep hidup yang mengerti mana kebutuhan dan mana keinginan. Disinilah kita harus cerdik dalam mengidentifikasi dan memilah antara sesuatu yang memang “real” sebagai kebutuhan, dan mana sesuatu yang itu hanya bisikan dari “nafsu” keinginan sesaat.

Seperti saat kita lapar, maka kita butuh sesuatu untuk kita makan, bila hal ini dibenturkan dengan kontek kebutuhan dan keinginan, maka bila kita bertindak sesuai dengan kebutuhan mungkin cukup dengan makan nasi putih dengan lauk pauk yang sederhana tapi bergizi seperti tempe, tahu atau telur. Tapi bila kita bertindak menurut keinginan hati, mungkin kita akan pergi ke restoran yang mahal yang menyediakan berbagai menu yang sangat mahal. Tidak jarang banyak diantara kita yang menghabiskan penghasilan bulanan hanya untuk memenuhi gengsi agar bisa dipuji dan dihormati orang lain.

Padahal kalau kita mau belajar banyak pada orang-orang besar yang sampai sekarang namanya masih harum walaupun jasadnya sudah tiada, mereka senantiasa bersikap hidup sederhana walaupun harta mereka sangat melimpah. Tentu salah satu contoh yang paling monumental adalah Albert Nobel. Penemu dan pemilik lebih dari dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru. Royalti dari hak patennya membuat dia mempunyai penghasilan yang besar dan menjadi kaya raya. Tapi ternyata tak satupun hartanya dia wariskan ke ahli warisnya ataupun digunakan untuk foya-foya, sebaliknya ia berikan seluruh harta kekayaannya untuk Nobel Foundation, pemberian hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yang berhasil meraih prestasi gemilang. Pilihan hidup sederhana itulah yang menjadi kunci bagi dia untuk selalu dikenang dunia sampai sekarang.

Dari penjelasan tersebut saya mengajak para generasi muda yang mungkin sepuluh atau dua puluh tahun mendatang menjadi pejabat pemerintahan, entrepreneur sukses atau pebisnis yang kaya, untuk selalu memilih sikap sederhana sebagai suatu pilihan dalam hidup. Dan sederhana disini jangan disalah artikan sebagai pilihan untuk serba kekurangkan atau mencoba “mengkurangkan diri” tapi memposisikan sederhana sebagai sikap untuk melakukan atau memenuhi sesuatu dengan sewajarnya, bukankah Tuhan juga tidak suka yang berlebihan. Tapi saya tetap menyarankan untuk berusaha menjadi orang kaya, jadi orang super tapi tetap sederhana dalam bersikap. Semakin kita berkelimpahan secara materi, semakin bermanfaat harta kita dan semakin banyak orang yang akan teruntungkan dari dari kondisi kita. Mulai sekarang,…bersederhanalah dalam hidup, karena dalam kesederhanaan, kita tidak akan kehilangan identitas…SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

26 Oktober 2008

Mencintai Apa yang Kita Lakukan

Adalah hal yang wajar ketika dalam hidup kita menginginkan banyak hal, dan hal yang sangat lumrah juga ketika kita pernah dihadapkan dengan nafsu untuk memiliki dan melakukan suatu hal. Kenyataannya ada beberapa yang kita inginkan bisa langsung tercapai, akan tetapi tak jarang juga kita membutuhkan kerja keras dan usaha yang pantang menyerah untuk mendapatkan semua itu. Bahkan kadang kita sampai putus asa karena ternyata apa yang benar-benar diimpikannya tidak tercapai….Lantas bagaimana dong kita menyikapi hal tersebut…haruskah kita terus mengomel, haruskah kita terus menggerutu, atau mungkin kita harus terus rewel dan gusar dengan keadaan itu……

Stop !!! berhentilah berteman dengan sikap yang akan trus mengerdilkan diri anda…..Coba deh tengok ke belakang…kalau dalam hidup anda merasa terus menerus diberi kesulitan, tapi lihat anda sekarang, anda masih bisa berdiri tegak, berjalan dengan tegap, anda bisa mengatasi itu semua, dan yang pasti anda masih hidup sampai sekarang. Kalau toh kondisi masih belum berpihak, kita masih punya tenaga untuk memperbaikinya, kita masih punya matahari yang masih terus menerangi langkah kita, dan kita juga masih punya udara yang segar & gratis untuk jadi modal dalam menjalankan semua aktivitas kita.

Teman, saudara, keluarga dan siapa aja yang sampai sekarang masih mendukung kita, bisa menjadi modal yang super dahsyat untuk meraih apapun yang kita inginkan. Belum lagi potensi yang dianugerahkan Tuhan berupa multi kecerdasan yang kita miliki, yang membuat kita berbeda dan unik.

Kalau sekarang ini anda mengalami kegagalan dalam pekerjaan…..terus emang kenapa dengan kegagalan itu??? Toh matahari tidak akan berhenti bersinar, langit juga tidak akan runtuh, dan air laut tidak akan menerjang anda….kalaupun anda mengalami kegagalan…anda bukan orang yang pertama yang mengalaminya dan anda juga pasti bukan orang yang terakhir. Terus kenapa kita harus gundah gulana, kenapa kita harus gelisah….Bukankah pepatah bijak mengatakan, “ Tidak masalah berapa banyak susu yang anda tumpahkan, yang penting anda masih memiliki sapinya”, itu artinya tidak masalah berapa banyak kita dalam mengalami kegagalan dan kesulitan dalam hidup, selama kita masih memiliki semangat, kemauan untuk berhasil, berani mencoba lagi.

Belajar dari orang yang mempunyai prestasi tinggi di bidangnya, ternyata urusan mencintai pekerjaan ini adalah hal yang paling utama yang membedakan antara mereka yang dengan kebanyakan orang di lingkungannya. Dapat diambil kesimpulan, mereka yang mempunyai prestasi tinggi itu menikmati apa yang dilakukan (enjoy their work) dengan sepenuh hati (total involvement). Hasil itu diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh Doris Lee McCoy, Ph.D penulis buku “ Mega Traits for successful People” terhadap 1000 orang Amerika.

Namun pada prakteknya memang masalah mencintai pekerjaan tidak semudah yang dibanyangkan. Karenanya tidak aneh ketika terjadi banyaknya turn over karyawan, yang pindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Faktor pertama jelas uang yang akan menyebabkan terjadi hal tersebut, walaupun pada akhirnya, seseorang akan sampai pada titik nyaman atau tidak nyaman untuk tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut. Terus bagaimana donk??? Apa yang harus kita dahulukan, apakah kita harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita dulu, baru kita mencintai pekerjaan. Atau kita mencintai dulu pekerjaan yang sekarang, lalu dengan cinta itu akan mengantarkan kita ke pekerjaan yang benar-benar kita cintai.

Masalah menentukan pilihan mana yang pertama inilah mungkin sama bingungnya ketika kita dihadapkan dengan mana yang lebih dahulu antara telur dengan ayam. Pertanyaan klasik yang dari dulu belum ada jawabanya he3. Tapi apapun pilihan anda, atau pun anda berada di posisi yang mana, itu tidak penting, karena yang penting adalah apapaun pekerjaan anda dan apapun pekerjaan yang anda inginkan adalah semuanya itu sebagai sarana bagi anda untuk bisa menjadi manusia yang senantiasa bisa belajar dari pekerjaan itu. Dari pekerjaan yang lakukan anda bisa banyak belajar tentang berbagai masalah dan tentunya bisa membuat anda lebih bijak dan lebih dewasa dalam menyikapi hidup.

Di akhir tulisan ini, ijinkan saya mengutip kata-kata Herman Chain yang menyimpulkan bahwa “Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah yang menjadi kunci kesuksesan". Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, maka kamu akan sukses.“ Dan bagi anda yang pernah, sedang dan akan mengalami cinta, mungkin ini puisi cinta buat anda “Anda tidak mencintai gadis karena dia cantik tetapi si dia menjadi cantik karena anda mencintainya.” Bukankah begitu??….Salam Sukses!!!
Selengkapnya...

19 Agustus 2008

Dan Surga Itu Bernama Keluarga

Inilah tempat dimana kehadiran pertama kali kita ke dunia yang disertai jerit tangis, disambut dengan senyum tawa penuh kegembiraan. Inilah tempat kita pertama belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma sehingga kita bisa menilai sesuatu baik atau buruk.

Di tempat ini pula kita mendapatkan rasa nyaman dan rasa terlindungi dari pengaruh lingkungan diluar. Dan tentu tempat ini pula yang pertama kali kita diberi kasih sayang penuh cinta keikhlasan, sehingga kita mengenal arti dari sebuah pengorbanan. Ini juga tempat yang akan menguatkan kita, ketika kita merasa lemah. Tempat yang akan menggembirakan disaat kita sedang sedih. Tempat yang akan membangkitkan kita dikala kita sedang terpuruk. Inilah tempat dimana kita menemukan kebahagiaan, tempat dimana Tuhan menitipkan sebuah anugerah berupa surga kecil yang akan menemani kita selama di dunia. Dan surga itu bernama keluarga……

Cuma berapa banyak dari kita yang menyianyiakan surga itu. Tak jarang dari kita bahkan mencari kebahagiaan di luar sana. Sering kita tidak ikut acara keluarga hanya karena ada acara dengan teman kita. Tak jarang kita juga mengabaikan waktu untuk sedikit bercengkrama dan bersenda tawa dengan keluarga. Kadang sempat terbersit dipikiran kita sebuah pertanyaan, kenapa kita dilahirkan dari keluarga yang seperti ini. Kita sering berandai-andai, berjikalau, dan berumpama andaikata kita dilahirkan dari keluarga terpandang, dari keluarga harmonis, dari keluarga terhormat, dan keluarga kaya yang serba berkecukupan secara materi. Kita juga sering melihat rumput tetangga lebih hijau dan lebih menarik dari halaman rumah kita.

Berapa banyak dari kita yang ketika pulang ke rumah hanya meninggalkan sisa-sisa energi dari aktivitas kita seharian. Dan orang-orang yang ada di rumah hanya merasakan sedikit sisa energi, sedikit sisa perhatian, sedikit sisa kasih sayang. Bahkan tak jarang pula kita sering memarahi mereka, dan meminta mereka untuk mengerti kesusahan kita, atau sekedar mengerti akan rasa keletihan kita setelah seharian beraktivitas. Padahal mereka sangat membutuhkan sentuhan perhatian dari kita dan mereka tidak butuh dengan oleh-oleh rasa lelah yang kita bawa. Lebih parah lagi ada sebagian dari kita yang pergi memulai beraktivitas saat meraka masih tidur di pagi hari dan baru pulang ketika mereka telah terlelap nyenyak dalam peraduan lagi.

Biasanya kita akan merasakan kehilangan ketika segala sesuatu itunya sudah pergi. Sama seperti kita akan merasakan arti sebuah pertemuan ketika kita akan mengalami perpisahan, kita baru merasakan bahwa mereka sosok yang penting yang selama ini telah mengisi hidup dan memberi warna indah kehidupan kita. Sering dari kita telat untuk meyadari hal itu. Yang tersisa pasti hanya ada rasa penyesalan yang mendalam dan kita berharap agar waktu itu bisa kembali.

So…mulai sekarang tunggu apalagi, kenapa kita harus menunggu kaya dulu untuk bisa memberi, kenapa kita harus menunggu waktu luang untuk bisa bercengkrama, kenapa kita harus menyaratkan sesuatu untuk memberikan sesuatu kepada keluarga. Karena waktu akan terus berjalan, dan kita tidak pernah tau kapan perpisahan itu datang, dan kapan ajal menjemput. Sebelum kita menyesal, dan sebelum kita menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi….Ya lakukanlah sekarang juga…jaga dan rawat surga kecil yang telah dititipkan Tuhan kepada kita…pupuk dan siramilah keluarga kita dengan air mata kebahagian, dengan senyum keikhlasan, dan keringat pengorbanan, agar menjadi mekar dan bisa berbunga, sehingga kita bisa menikmati buahnya. Mumpung kita masih punya waktu…..
Selengkapnya...

24 Juli 2008

Jadilah orang yang pantas untuk dipantaskan

Dalam hidup banyak hal yang ingin kita dapatkan dan banyak hal yang ingin kita peroleh. Tidak jarang untuk mendaptkan hal tersebut, banyak upaya dan usaha yang kita lakukan.

Tapi perjalanannya tidak semua yang kita inginkan tercapai...pasti ada saja hal-hal yang menghalangi kita untuk mendapatkan sesuatu. Padahal kita merasa sudah berupaya dengan maksimal, tapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan....lantas apa sikap kita...??? Menyesal...mengeluh...atau marah...

Perasaan itu mungkin wajar, tapi yang tidak wajar ketika perasaan itu terus membelenggu kita dan memungkinkan untuk merusak masa depan kita, tentunya hal tersebut sangat disayangkan.....

Mungkin ada benarnya juga pesan Aa Gym, dia mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus meluruskan niat dan maksimalkan ikhtiar...hanya itu saja ko...hasilnya pasrahkan saja sama Tuhan yang Maha Berkuasa. Dan yang harus jadi titik tekan adalah sudahkah kita melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai itu...Jangan sampai kita belum melakukan usaha yang maksimal dan bersembunyi dibalik kata syukur pada saat terjadi kegagalan. Karena ada beda makna antara kurang bersyukur dan kurang maksimal. Dan kadang kita terjebak untuk membedakan kedua hal tersebut...

Mengambil pesan dari seorang motivator (Mario Teguh red), jadilah orang yang pantas untuk dipantaskan, artinya jangan-jangan selama ini, Tuhan masih menganggap kita belum pantas untuk mendapatkan sesuatu yang pantas kita dapatkan. Mungkin karena usaha yang kita lakukan, belum cukup untuk membayar harga dari semua keinginan kita. Untuk menjadi Hebat kita tidak harus hebat dulu, untuk menjadi orang baik kita tidak harus baik dulu, dan untuk menjadi orang pantas kita tidak harus pantas dulu. Jadi mulai lah sekarang untuk menjadi orang hebat, orang baik dan orang pantas....dan pastikan bahwa suatu saat nanti Tuhan akan memantaskan anda untuk semua itu, tentunya dengan usaha yang telah kita lakukan.

Dalam hidup, tidak penting kita berasal dari mana, yang penting adalah kita akan kemana dan sejauh mana kita sudah melangkah....Dan perjalanan 1000 mil akan dimulai dari 1 mil yang pertama....Jadi lakukan sekarang!!!

Ya...kalaupun pada akhirnya kita tidak mendapatkan apa yang kita cintai, minimal kita mencintai apa yang kita dapatkan....
Selengkapnya...

14 Juli 2008

The Miracle of Smile

Sebenarnya sudah sejak lama sekali saya ingin menulis tentang masalah senyum ini, tetapi karena kesibukan dan ketertiadaan ide sehingga saya harus menunda sementara hasrat untuk mengungkap misteri dari sebuah senyuman. Sampai pada akhirnya ada sebuah momentum yang tepat dan ada sumber inspirasi yang membuat saya bisa melanjutkan tulisan ini. Apa dan siapa yang memberi inspirasi saya untuk membahas ini itu tidak penting dituangkan dalam tulisan ini….

Adalah group nasid Raihan yang pertama mengenalkan makna senyuman kepada saya….Mereka mengatakan senyuman itu merupakan sedekah yang paling murah, dan senyum pada kondisi tertentu memiliki makna tertentu, contohnya senyum pada saat kita dalam kesusahan itu menunjukan ketabahan, senyum juga bisa merupakan penghargaan yang tulus pada lawan bicara juga terhadap orang yang kita temui atau bahkan baru kita temui.

Senyuman bisa menjadi pengikat tali persaudaraan dan persahabatan kita. Atau bagi orang-orang tertentu senyum bisa menjadi senjata yang cukup ampuh untuk menaklukan lawan jenis. Atau ketika kita bertemu orang yang baru dikenal, kita hanya membutuhkan waktu delapan detik untuk bisa menilai apakah dia sosok yang menarik atau tidak, baik atau tidak, dan saat itulah senyuman mempunyai peran yang dominan dalam pembentukan kesan pertam. Begitulah kehebatan dari sebuah senyuman… .. Kyai kondang seperti Aa Gym sering berkata bahwa Qolbu atau hati hanya akan bisa disentuh dengan hati juga. Jadi hanya senyuman yang tulus yang datang dari lubuk hati yang paling dalam yang akan nyampe ke hati penerimanya….

Bagi mereka yang berkecimpung di dunia relationship, yang terkondisikan untuk bertemu orang terus, ada teknik yang bisa dilakukan untuk melakukan senyuman…Ada jurus yang namanya senyuman 227, jurus apaan tuh??? Senyum 227 itu artinya pada saat anda melakukan senyum, tarik bibir anda 2 cm ke kiri dan 2 cm ke kanan, tahan selama selama 7 detik, itulah yang dinamakan senyum 227. Percaya atau tidak, yang pasti, jurus ini bisa dilakukan saat kita bertemu dengan orang baru dan membuat mereka terkesan dengan diri kita.

Sambil menjabat tangannya, berikan senyuman yang ikhlas yang datang dari hati, dengan niat tulus untuk bisa memberi penghargaan dan perhormatan kepada orang yang baru kita kenal, niscaya kita akan mendapat kesan yang baik. Karena dari hal yang kecil ini bisa jadi orang tersebut akan menjadi teman kita, partner bisnis, atau bahkan dewa penolong kita dikemudian hari. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak tersenyum kepada orang yang kita temui, kapanpun dan dimanapun. Selagi senyum itu gratis dan belum ada larangan untuk senyum..lakukanlah…Salam Sukses!!!


Selengkapnya...

21 Mei 2008

BANGKIT ATAU TERJATUH SELAMANYA

Tepatnya hari Rabu, 20 Mei Pukul 09.00 bertempat di ruang kuliah anatomi school tot Opleiding van Inlandche Artsen (stovia) di weltepreden (Jakarta), berdiri organisasi Budi Oetomo. Diprakarsai oleh Soetomo, M Soeradji, Muhamad Saleh, M Soewarno, M Goenawan Tjiptomangoenkoesoemo, Soewarno, RM Gembroek, R Angka dan M Soelaiman. Inilah tonggak awal sejarah perjuangan bangsa untuk bangkit dari kerjajahan, keterpurukan, dan kesulitan yang dilakukan oleh kolonial menemui babak baru.

Pemuda menjadi motor dalam setiap pergerakan dalam upaya penyatuan seluruh elemen bangsa. Hal ini mencapai titiknya pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, semuanya sepakat untuk melebur diri menjadi satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air.
Soekarna dan Hatta semakin menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bermartabat, mampu berdiri sendiri, terbebas dari belenggu asing lewat proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Saat itulah bangsa Indonesia mencoba berdiri tegak sejajar dengan negara-negara lain di dunia.

Sekarang sudah 100 tahun peristiwa itu berlalu, bangsa Indonesia memaknainya sebagai Hari Kebangkitan Nasional, tentunya kita tidak ingin hal ini hanya menjadi rutinitas yang bersifat ceremonial belaka. Kita ingin Hari Kebangkitan Nasional ini dijadikan momentum untuk benar-benar bangkit dari keterpurukan dan kesulitan yang sekarang dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Mengambil pepatah Bang Dedi Mizwar, bangkit berarti susah…susah jika melihat orang lain susah, bangkit berarti senang…senang melihat orang lain senang, bangkit berarti mencuri…mencuri perhatian dunia lewat prestasi, bangkit berarti marah…marah bila harga diri bangsa diinjak-injak, bangkit juga berarti malu….malu karena jadi benalu yang kerjanya minta melulu, bangkit berarti tidak ada….ya tidak ada kata menyerah, bangkit juga berarti takut…..takut melakukan korupsi.

Kita mungkin harus banyak belajar pada Jepang, yang mampu bangkit menjadi negara yang disegani hanya dalam kurun waktu 20 tahun setelah berada di titik nadir karena Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Semangat kerja keras, kesungguhan, dan disiplin ketat seperti yang tercermin dalam spirit bushido mungkin hal itu yang harus kita tiru. Secara ekonomi mungkin kita harus banyak belajar pada Cile yang mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi sehingga sekarang mereka dijuluki sebagai The Miracle of Chile. Atau bahkan kita tidak usah belajar jauh-jauh, negara yang dulu mengimpor tenaga pengajar berkualitas dari Indonesia, ternyata sekarang justru pembangunannya melesat lebih cepat dibanding kita.

Terakhir, di era globalisasi dan informasi saat ini, dimana batas-batas negara semakin semu, dan persaingan global semakin ketat saya jadi teringat sebuah cerita dari hutan Afrika. Ceritanya singkat “ Pada pagi hari, seekor macan terbangun, sesaat setelah bangun dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari rusa yang terlambat (paling lambat ) sebab kalau tidak maka dia akan mati kelaparan. Dan pada pagi yang sama, seekor rusa juga bangun, dan dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari macan yang tercepat sebab kalau tidak dia akan mati menjadi mangsa. “ Kita tidak tahu negara kita sebagai rusa atau macan, mau jadi macan atau rusa itu pun tidak penting, kita hanya harus berusaha dengan keras agar tidak jadi macan yang mati kelaparan atau jadi rusa yang mati jadi korban. Yang pasti ketika hari sudah pagi, maka kita harus siap untuk berlari lebih cepat dari pesaing kita. SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

20 April 2008

Nikmatnya Hidup di Alam Persaingan

Ada fenomena yang menarik bila kita perhatikan dunia telekomunikasi akhir-akhir ini. Hal in ditunjukan dengan hadirnya beberapa operator seluler baru yang mencoba “menantang” hegemoni dari raja-raja telekomunikasi yang sudah ada. Hal ini tentunya akan membuat pertarungan didunia telekomunikasi akan semakin sengit, karena sang penguasa tentunya tidak mau “kue”-nya diambil begitu saja oleh pihak lain . Disisi lain pendatang baru juga tidak ingin dipandang sebelah mata, oleh karena itu mereka berusaha keras untuk bisa menembus pasar yang sangat menggiurkan ini. Sehingga strategi dan terobosan-terobosan baru coba digulirkan dengan melakukan promosi besar-besaran, bahkan kadang dengan content promosi yang bersifat provokatif. Sehingga tidak jarang mereka saling serang dalam melakukan promosi dan satu sama lain menganggap dialah yang terbaik dan dengan tarif murah.

Apa sebenarnya yang menarik dibalik semua itu??? Dan apa makna yang terdapat dari fenomena tersebut??? Tidak lain dan tidak bukan adalah adanya nuansa persaingan yang begitu sengit. Seperti kehidupan yang sudah sejak lama mengajarkan persaingan kepada kita. Bagaimana tidak, kita mau “nonghol” ke dunia ini juga merupakan hasil persaingan satu sel yang mengalahkan lebih dari 250 juta sel yang lain. Itu artinya, sejak awal kita mau lahir saja, kita sudah dikenalkan dengan yang namanya persaingan. Dan tentu ketika kita sudah ada diduniapun kita akan selalu melakukan persaingan. Contoh ketika kita sekolah, kita bersaing dengan teman-teman kita untuk mendapatkan prestasi yang bagus. Kemudian untuk bisa masuk universitas favorit, kita juga bersaing dengan ribuan siswa yang lain. Bahkan ketika kita sudah lulus pun, kita masih berjuang dan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang kita inginkan. Ya…seperti itulah kehidupan..kalau kita tidak berusaha lebih keras, tidak belajar lebih lama, tidak mengetahui lebih dulu dan tidak mau belajar dari kegagalan, maka kita akan semakin ditinggal oleh pesaing kita.

Oleh karena itu, untuk bisa menang dalam persaingan sebenarnya mudah, menurut Mario Teguh, kita cuma harus melakukan sesuatu yang lebih dari yang pesaing kita lakukan….ah sungguh sederhana kalimat itu, tapi perlu perjuangan keras untuk implementasinya. Tetapi kalau itu bisa membuat kita menjadi pemenang, maka LAKUKANLAH!!! Huuuh akhirnya sekarang aku baru bisa paham kenapa saudara “senama” saya Guntur S Siboro (Dir Marketing Indosat) mengatakan “…nikmatnya hidup di alam persaingan”. Salam Sukses!!!
Selengkapnya...

02 April 2008

Berteman Akrab dengan Masalah


Dalam menjalani hidup pasti kita sering dihadapkan pada sebuah kondisi dimana kenyataan tidak sesuai dengan keinginan (kondisi ideal). Pada saat kondisi itulah biasanya kita merasa kecewa atau bahkan putus asa. Saat itulah sebenarnya timbul masalah dalam hidup. Dan kita sebenarnya harus menanggapi dengan tenang, karena yang namanya masalah itu tidak akan pernah hilang, sebelum kontrak kita berakhir di dunia ini. Yang jadi masalah sebenarnya kalau menurut Aa Gym adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah. Lari dari masalah bukan merupakan solusi, karena masalah itu hanya akan hilang sebentar saja, setelah itu justru masalah kita akan bertambah banyak. Karena masalah yang lama belum hilang dan masalah yang baru juga keburu datang.

Semakin berat masalah yang kita hadapi harusnya membuat kita dewasa dalam menghadapi hidup. Bahkan lebih jauh lagi Prof Yohanes Surya (ketua Tim olimpiade fisika) mengatakan bahwa pada saat kita berada pada titik kritis maka kita akan bisa mengeluarkan kemampuan terbaik kita, dan yakinlah pada saat itu semua semesta raya mendukung atau lebih terkenal dengan teori mestakung. jadi sebenarnya dengan kita dihadapkan pada kondisi yang sulit maka seluruh kemampuan dan potensi kita akan tergerakan untuk keluar dan kemampuan tersebut bisa teraktualisasikan. Sehingga bila kita berhasil menyelesaikan masalah tersebut, artinya kita sudah bisa menjadi problem solver atas masalah yang dihadapi.

Jangan takut dalam hadapi masalah, cobalah mengakrabi masalah tersebut, dan cobalah berteman dengan masalah, karena esensi seorang teman akan membawa kita ke arah yang lebih baik pula, begitupula masalah, bila kita jadikan teman, yakinlah bahwa ia akan membawa kita ke kondisi yang lebih baik. Ingat sebuah pesan bahwa seorang nahkoda yang hebat lahir dari ombak yang besar. Daripada berteman angin malam (kaya lagu) lebih baik berteman dengan masalah.
Selengkapnya...

02 Maret 2008

BAHAGIA SAAT MEMBERI

Dalam hidup kadang kita tersibukan dengan banyak hal yang ingin kita capai. Banyak energi yang tercurah untuk mendapatkan hal tersebut. Segala potensi dan kemampuan dikerahkan untuk bisa menggapai hal tersebut. Sampai pada akhirnya kita menuju pada sebuah titik dimana sesuatu yang kita inginkan tersebut tercapai. Tapi pertanyaannya, apakah setelah itu kita berhenti untuk berkeinginan….Tentu jawabannya tidak, karena yang namanya manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah didapat.

Setiap kita menggapai satu mimpi, pasti kita akan terdorong untuk mencapai mimpi yang lain , begitu seterusnya dalam hidup. Salah kah semua itu…eit tunggu dulu kita tidak bisa langsung menvonis apakah itu benar atau salah. Karena apa, pada dasarnya dalam hidup banyak hal yang harus kita dapatkan dan banyak hal yang harus kita lakukan. Kita juga tidak bisa menyalahkan orang yang terus menerus bekerja untuk mencapai mimpi-mimpinya. Karena sebenarnya mimpi-mimpi itulah membuat seseorang semangat dalam hidup, mimpi-mimpi itu pula yang membuat seseorang berusah lebih keras dan berusaha bangkit dari kegagalan….Lantas dimana donk letak kesalahannya…..

Kita kadang tidak sadar tentang hal tersebut, kita terlalu disibukan dengan sejuta keinginan. Kita kadang tejebak dalam sebuah perlombaan untuk memperoleh dan mendapatkan semua itu. Kita kadang tidak sadar kalau ada seseorang disekitar yang sangat menginginkan pertolongan kita atau bahkan ada orang terdekat kita yang butuh kasih sayang kita. Tidak hanya materi yang melimpah atau harta yang banyak tapi mungkin yang mereka butuhkan hanya sedikit waktu untuk bermanja-manja, sedikit waktu untuk bersenda gurau, untuk bercerita banyak hal. Kadang kita tidak punya waktu untuk itu, lalu buat apa semua materi dan jabatan yang kita miliki, semua impian yang ingin kita dapatkan kalau membuat orang yang terdekat kita saja tidak bahagia, apalagi untuk orang-orang sekitar kita yang sangat membutuhkan kita. Semua yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa kalau kita kita bisa memberi arti buat sesama.

Bukankah hidup akan lebih bermakna, ketika kita memberi nilai pada kehidupan dan kita bisa memberi sesuatu pada kehidupan. Karena kita harus yakin kalau kita dilahirkan ke dunia oleh Tuhan, pasti kita dibutuhkan untuk bisa berbuat sesuatu. Manusia terbaik adalah manusia yang dalam hidup nya banyak memberi manfaat buat orang lain. Mungkin kita sekarang belum bisa untuk menjadi manusia terbaik dengan memberi manfaat buat orang lain, tapi paling tidak kita bisa memberi perhatian pada orang-orang paling dekat dengan kita, orang tua, kaka, ade, saudara, teman, suami atau istri kita.

Mereka itu semua anugerah yang hadir ke dunia untuk menemani kita. Meminjam istilah Ebit G Ade, mumpung “masih ada waktu”, mumpung mereka masih ada, jangan sampai kita menyesal ketika dikemudian hari. Bahagiakan orang itu sekarang juga dengan semua perhatian dan kemampuan yang kita punya, karena kalau tidak sekarang kapanlagi. SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

02 Januari 2008

YOU CAN PREDICT YOUR FUTURE


Mumpung masih dalam suasana tahun baru, tidak ada salahnya saya mengucapkan “Selamat tahun Baru” semoga di tahun ini bisa mencapai apa yang selama ini kita impikan atau cita-citakan. Tentunya banyak optimisme dan harapan yang ingin kita gantungkan di tahun 2008 ini, apa yang selama ini kita belum capai, mungkin tahun ini kita mencoba merealisasikan keinginan itu.

Ada sesuatu yang menarik ketika menjelang pergantian tahun, banyak orang yang mencoba mencari peruntungan dengan mencoba mengetahui nasibnya lewat paranormal, atau mencari info di zodiak, atu bahkan dengan mendaftar dalam layanan sms yang sekarang lagi marak menyediakan jasa ramalan.

Permasalahannya adalah bukan seberapa banyak media atau jasa yang bisa digunakan untuk mengetahui masa depan kita. Yang jauh lebih urgen adalah besarnya belief kita terhadap apa yang dikatakan oleh media tersebut. Mungkin kita sebegitu percaya nya pada sebuah ramalan paranormal terkenal, bahwa tahun depan kita akan mendapat musibah. Atau bahkan bagi para remaja mungkin banyak yang percaya dengan ramalan zodiak yang banyak meramalkan tentang asmara, emosi atau bahkan keuangan.

Yang lebih menarik lagi adalah kita banyak menjumpai suatu “kebetulan” dari sebuah ramalan, sehingga hal itulah yang sering dijadikan dasar alibi yang membuat kita makin percaya terhadap sebuah ramalan. Pertanyaan besarnya adalah kenapa banyak ramalan itu bisa terjadi???

Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada sebuah cerita nyata yang menarik, yang mungkin bisa saja nanti akan dapat merubah belief anda tentang ramalan. Begini ceritanya, dulu ada sebuah desa terpencil dimana ada seorang anak yang hidupnya dalam kemiskinan dan berteman akrab dengan kesusahan, bosan dengan kesusahan akhirnya dia coba peruntungan dengan diramal oleh “orang pintar” di desanya. Hasilnya ternyata sang “orang pintar” tersebut mengatakan bahwa ada hal yang menyebabkan kenapa anak ini selalu hidup dalam kesusahan, dan bahkan dia meramalkan bahwa kedepannya pun anak ini tidak akan bisa sukses. Dia mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh tanggal lahir dan weton anak tersebut yang tidak bisa mendukung untuk kesuksesan. Mendengar hasil tersebut, anak itu kaget dan tidak percaya terhadap ramalan tersebut, sehingga dia bertekad untuk membalikan semua ramalan tersebut. Singkat cerita, anak tersebut “hijrah” ke kota untuk mencari peruntungan. Dan akhirnya, sekarang dia menjadi orang sukses dan mampu mengembalikan semua ramalan2 dari dari “orang pintar ” tersebut.

Dari cerita di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa, keberanian anak kecil itu untuk lebih mempercayai kecayikinannya daripada apa yang dikatakan peramal tersebut, membuahkan hasil. Tentunya hasilnya akan berbeda ketika anak kecil tersebut mempercayai paranormal tersebut, pasti sampai kapanpun hidupnya akan dihantui kesusahan.

Dalam sebuah buku yang menarik yang berjudul “The Secret”, disana dikatakan ada rahasia seseorang untuk mencapai kesuksesan. Rahasia tersebut salah satunya ada di hukum tarik menarik, hukum tersebut gampangannya seperti ini ketika kita memikirkan sesuatu hal atau kita percaya terhadap hal tersebut, maka seluruh konsentrasi elemen dalam tubuh akan ditarik untuk mencapai atau memenuhi kepercayaan tersebut. Contohnya ketika seorang anak meyakini bahwa mata pelajaran matematika sulit, maka pasti dalam setiap tindakan anak tersebut akan mengerucut pada ketidak pd-an-nya dalam belajar dan menghadapi soal matematika. Ketika belajar dia akan males karena merasa bahwa dia tidak akan pernah bisa matematika, dan ketika ujian pun pasti dia tidak bisa karena tidak yakin bisa menggarap soal2 tersebut.

Kuncinya adalah bagaimana kita bisa memilih kepercayaan yang akan kita yakini untuk kita realisasikan. Mungkin sudah saat nya kita percaya pada kemampuan diri untuk bisa mencapai semuanya, tanpa terlalu peduli terhadap ketidakpercayaan orang lain terhadap potensi kita. Guru imajiner saya, jennie s bev pernah mengatakan, apa yang anda yakini tentang diri anda itu lebih penting daripada apa yang orang lain yakini tentang anda. Itu menunjukan sebuah kepercayaan diri yang tinggi tanpa takut dikatakan sombong (baca artikel sebelumnya yang membahas tentang optimisme dan kesobongan). Sehingga dengan demikian kita bisa merancang masa depan kita dengan baik ditahun ini, dan kita meyakini bahwa masa depan kita ditangan kita sendiri. Kita bisa lantang mengatakan bahwa I can predict my future….SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

Andrie Wongso Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com