بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
"Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.”
Terlalu sering ketawa juga menunjukkan bahwa orang tersebut seperti
lupa akhirat. Ia lalai dan tidak mencerminkan sikap seorang muslim yang
berorientasi akhirat. Karena jika seorang muslim ingat akhirat maka ia
akan sangat jarang tertawa, karena ia belum tentu masuk surga dan belum
tentu dihindarkan dari siksa neraka yang kekal.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُرِضَتْعَلَيَّالْجَنَّةُوَالنَّارُفَلَمْأَرَكَالْيَوْمِفِيالْخَيْرِوَالشَّرِّوَلَوْتَعْلَمُوْنَمَا
أَعْلَمُلَضَحِكْتُمْقَلِيْلاًوَلَبَكَيْتُمْكَثِيرًاقَالَفَمَاأَتَىعَلَىأَصْحَا
بِرَسُوْلِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَوْمٌأَشَدُّمِنْهُقَالَغَطَّوْارُءُوْسَهُمْوَلَهُمْخَنِيْنٌ
أَعْلَمُلَضَحِكْتُمْقَلِيْلاًوَلَبَكَيْتُمْكَثِيرًاقَالَفَمَاأَتَىعَلَىأَصْحَا
بِرَسُوْلِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَوْمٌأَشَدُّمِنْهُقَالَغَطَّوْارُءُوْسَهُمْوَلَهُمْخَنِيْنٌ
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang
kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa
yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak
menangis.”
* Meneladani Nabi dalam senyuman dan tawa beliau.
Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata:
”Rasulullah apabila (ada sesuatu
yang membuatnya) senang (maka) wajah beliau akan bersinar seolah-olah
wajah beliau sepenggal rembulan.“ (HR Al-Bukhari)
* Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok atau mencela.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat:
11)
“Berhati-hatilah dengan tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (Hadits shahih)
”Celakalah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan
untuk membuat sekelompok orang tertawa (dengan perkataan tersebut),
sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, celakalah baginya dan
celakalah baginya.” (HR at-Tirmidzi)
“Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
وَيْلٌ لِمَنْ يَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Artinya:
“Celakalah orang yang berdusta untuk membuat bahan tertawa bagi manusia. Celaka dia, celaka dia. Nabi mengulangnya tiga kali”. (HR.Abu Daud)
“Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa
maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan
yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh.
Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda
Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati
dan tidak pula berlebih-lebihan.”
”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa
hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau)
hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari)
Wallahu 'alam bishawab.
http://khusyani.blogspot.co.id/2015/08/adab-tertawa-dalam-islam.html