Senin, 11 April 2016

Beginilah Adab Tertawa Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

 "Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguh­nya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.”

Terlalu sering ketawa juga menunjukkan bahwa orang tersebut seperti lupa akhirat. Ia lalai dan tidak mencerminkan sikap seorang muslim yang berorientasi akhirat. Karena jika seorang muslim ingat akhirat maka ia akan sangat jarang tertawa, karena ia belum tentu masuk surga dan belum tentu dihindarkan dari siksa neraka yang kekal.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عُرِضَتْعَلَيَّالْجَنَّةُوَالنَّارُفَلَمْأَرَكَالْيَوْمِفِيالْخَيْرِوَالشَّرِّوَلَوْتَعْلَمُوْنَمَا

أَعْلَمُلَضَحِكْتُمْقَلِيْلاًوَلَبَكَيْتُمْكَثِيرًاقَالَفَمَاأَتَىعَلَىأَصْحَا

بِرَسُوْلِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَوْمٌأَشَدُّمِنْهُقَالَغَطَّوْارُءُوْسَهُمْوَلَهُمْخَنِيْنٌ
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Adab Tertawa
* Meneladani Nabi dalam senyuman dan tawa beliau.
Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata:

”Rasulullah apabila (ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) wajah beliau akan bersinar seolah-olah wajah beliau sepenggal rembulan.“ (HR Al-Bukhari)

* Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok atau mencela.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
* Tidak memperbanyak tertawa.
“Berhati-hatilah dengan tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (Hadits shahih)
* Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi.
”Celakalah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang tertawa (dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (HR at-Tirmidzi)

وَيْلٌ لِمَنْ يَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Artinya:
Celakalah orang yang berdusta untuk membuat bahan tertawa bagi manusia. Celaka dia, celaka dia. Nabi mengulangnya tiga kali. (HR.Abu Daud)  

“Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). 

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh.
Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebihan.”
* Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras.
”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari)

Wallahu 'alam bishawab.

http://khusyani.blogspot.co.id/2015/08/adab-tertawa-dalam-islam.html

Beginilah Sifat Malu yang Terpuji dan Tercela dalam Islam


عن ابن عمر رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : الحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ (رواه البخاري و مسلم)
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu,Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda : “Sifat malu itu adalah sebagian daripada iman”. (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sifat malu kerap kali dianggap sebagai sifat yang tidak baik oleh sebagian orang. Hal itu disebabkan karena rasa malu dapat membuat orang kurang bisamengekspresikan dirinya terhadap sosial masyarakat sekitar. Inilah yang menyebabkan sebagian orang berusaha menyingkirkan rasa malu, namun lupa mengenai batasan-batasannya.
Sehingga dengan mudah saat ini dijumpai beberapa kaum hawa memamerkan bagian tubuhnya yang seharusnya ditutupi, belum lagi kasus-kasus kriminal yang sangat memilukan sekaligus memalukan untuk dilakukan oleh seorang manusia yang menyebabkannya setara dengan hewan.
Dalam Islam, sifat malu termasuk sebagian daripada iman. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa sifat malu adalah sifat yang buruk. Kendati demikian, sifat malu dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu terpuji dan tercela. Dengan itu setiap perbuatan memiliki porsinya tersendiri, kapan harus malu untuk melakukan dan kapan harus tidak malu untuk melakukannya.
Malu itu Asalnya Terpuji
Sifat malu sendiri hakikatnya adalah sifat yang baik, karena dengan itu seseorang dapat menghindarkan dirinya dari kemaksiatan.Seperti yang diterangkan oleh Nabi dalam Shahihain Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Iman itu enam puluh sekian cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman” (HR. Al-Bukhari 9, Muslim 35). Dari hadis tersebut kita dapat menilai bahwa sesungguhnya malu termasuk bagian dari iman. Yang dengannya orang dapat memiliki iman untuk terhindar dari kemaksiatan.Sifat malu pada faktanya adalah sifat para nabi. Para umat terdahulu sebelum di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiWasallam sudah mengenal dan menyadari bahwa sifat malu itu baik dan merupakan ajaran semua para nabi terdahulu.
Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam bersabda:“Sesungguhnya diantara hal yang sudah diketahui manusia yang merupakan perkataan para nabi terdahulu adalah perkataan: ‘jika engkau tidak punya malu, lakukanlah sesukamu’” (HR. Al-Bukhari 6120). Hal ini mencerminkan bahwa sifat malu adalah sifat yang terpuji. Karena tanpanya orang dapat berperilaku sesuka hatinya.
Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam pun dikenal sebagai orang yang sangat pemalu. Sahabat Nabi, Imran bin Hushain mengatakan:“Nabi Shallallahu’alaihiWasallam adalah orang yang lebih pemalu daripada para gadis perawan dalam pingitannya” (HR. Al-Bukhari 6119, Muslim 37).
Ternyata sifat malu bukan hanya sifat yang dimiliki oleh para nabi saja, melainkan orang-orang shalih umat setelah Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam juga memilikinya. Hal ini terbukti dari hadist Rasul yang memuji Utsman bin ‘Affan karena ia dikenal dengan sifat pemalunya sampai-sampai malaikat pun malu kepadanya. Nabi bersabda,“Bukankah aku selayaknya merasa malu terhadap seseorang (Utsman) yang malaikat saja merasa malu kepadanya?” (HR. Muslim 2401).
Dengan demikian sudah jelas bahwa sifat malu ini adalah hal yang semestinya dimiliki dan dijaga oleh setiap muslim, karena hamba Allah yang bukan nabi saja ternyata mampu untuk menjaga sifat malunya untuk membentengi diri dari perbuatan maksiat.
Malu yang Tercela
Walaupun sifat malu itu terpuji, namun malu bisa menjadi tercela jika ia menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu agama atau melakukan sesuatu yang benar. Para salaf mengatakan:“Orang yang pemalu tidak akan meraih ilmu, demikian juga orang yang sombong”.Dari nasihat para salaf di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menuntut ilmu seseorang tidak boleh malu, bagaimana akan mendapatkan ilmu jika bertanya tentang ilmu itu saja merasa malu?
Hal itu juga tercermin dalam hadist Rasulullah tentang pertanyaan Ummu Salamah radhiallahu’anha, beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam:“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah itu tidak merasa malu dari kebenaran. Apakah wajib mandi bagi wanita jika ia mimpi basah? Rasulullah bersabda: ‘ya, jika ia melihat air (mani)‘” (HR. Al-Bukhari 6121, Muslim 313).
Permasalahan mimpi basah tentu hal yang tabu untuk dibicarakan. Namun lihatlah, Ummu Salamah radhiallahu’anha tidak malu menanyakannya demi mendapatkan ilmu dan demi melakukan hal yang benar. Dan Nabi Shallallahu’alaihiWasallam pun tidak mengingkarinya. Karena andai ia tidak bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihiWasallam tentu ia tidak tahu bagaimana fiqih yang benar dalam perkara ini dan akan terjerumus dalam kesalahan.
Permasalahan sifat malu yang tercela juga dijelaskan oleh Imam al-Nawawi rahimahullah, dalam SyarhShahih Muslim (II/5), “Terjadi masalah pada sebagian orang yaitu orang yang pemalu kadang-kadang merasa malu untuk memberitahukan kebaikan kepada orang yang ia hormati. Akhirnya ia meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Terkadang sifat malunya membuat ia melalaikan sebagian apa yang menjadi haknya dan hal-hal lain yang biasa terjadi dalam kebiasaan sehari-hari.”
Di antara sifat malu yang tercela adalah malu untuk menuntut ilmu syar’i, malu mengaji, malu membaca Alqur-an, malu melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi kewajiban seorang muslim, malu untuk shalat berjama’ah di masjid bersama kaum muslimin, malu memakai busana muslimah yang syar’i, malu mencari nafkah yang halal untuk keluarganya bagi laki-laki, dan yang semisalnya. Sifat malu seperti ini tercela karena akan menghalangi seseorang untuk memperoleh kebaikan yang sangat besar.
Kesimpulan
Sifat malu itu awalnya adalah terpuji dan merupakan bagian dari iman. Seorang muslim hendaknya memiliki sifat ini, sehingga ia terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela dan dosa. Namun sifat malu ini sendiri akan menjadi tercela jika menghalangi seseorang untuk menuntut ilmu, melakukan yang haq serta menjauhi kesalahan dan dosa.
Buah dari sifat malu adalah ‘iffah (menjaga kehormatan). Orang yang perbuatannya selalu diwarnai dengan sifat malu, niscaya dia akan berlaku ‘iffah. Yang mana sifat itu akan bermuara pada sifat wafa’ (setia/menepati janji).
Imam Ibnu Hibbanal-Bustirahimahullah berkata, “Wajib bagi orang yang berakal untuk bersikap malu terhadap sesama manusia. Diantara berkah yang mulia yang didapat dari membiasakan diri bersikap malu adalah akan terbiasa berperilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. Disamping itu berkah yang lain adalah selamat dari api neraka, yakni dengan cara senantiasa malu saat hendak mengerjakan sesuatu yang dilarangAllah. Karena, manusia memiliki tabiat baik dan buruk saat bermuamalah dengan Allah dan saat berhubungan sosial dengan orang lain. Bila rasa malunya lebih dominan, maka kuat pula perilaku baiknya, sedang perilaku jeleknya melemah. Saat sikap malu melemah, maka sikap buruknya menguat dan kebaikannya meredup” (Raudhatul ‘UqalâwaNuzhatulFudhalâ’, hal. 55).
Demikianlah, seseorang tidak boleh malu dalam melakukan yang haq dan dalam menjauhi kesalahan dan dosa. Malu ketika akan melakukan yang haq atau malu untuk menjauhi kesalahan dan dosa, pada hakikatnya itu bukanlah malu dalam pandangan syariat. Bahkan yang demikian adalah sifat lemah dan pengecut. Sifat pengecut ini tercela, Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam bersabda:“Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut” (HR. Abu Daud 2511, dishahihkanal-Albani dalam Silsilah AhaditsShahihah 560).
Nabi Shallallahu’alaihiWasallam juga mengajarkan kita berlindung dari sifat pengecut dan lemah. Beliau mengajarkan doa:“Ya Allah aku memohon perlindungan dari kegelisahan, kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan pengecut, dari beban hutang dan penindasan oleh orang-orang” (HR. AtTirmidzi 3484, dishahihkan Al Albani dalam ShahihAtTirmidzi).
Agung Bhakti

http://pesantren.uii.ac.id/sifat-malu-yang-terpuji-dan-tercela/

BEGINILAH SOPAN SANTUN PERGAULAN DALAM ISLAM


Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al Hujarat : 13)
Pergaulan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tak mungkin bisa hidup sendirian. Manusia juga memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi dengan sesama manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan pergaulan antar manusia.
Namun, pergaulan tanpa dibentengi iman yang kokoh akan mudah membuat seorang Muslim terjerumus. Kita lihat di zaman sekarang. Betapa banyak kejadian tak bermoral yang membuat kita mengelus dada. Pergaulan bebas, video mesum, perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya. Semua itu bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada kepatuhan terhadap ajaran Al Quran yang mengatur soal pergaulan Islami.
Oleh karenanya, adalah satu hal yang penting mengetahui sopan santun pergaulan dalam Islam. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan tata cara pergaulan dalam Islam ini, mereka pasti akan merasa canggung atau barang kali malah merasa tertekan karena pergaulan dalam Islam itu terlihat begitu kaku dan tidak seperti pergaulan yang umum ditemui di masyarakat.
Sopan santun pergaulan dalam Islam itu sebenarnya bukan untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara dan tatanan para hewan dalam bergaul. Bila satu tuntunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan untuk berbakti kepada Ilhai, maka tak ada satu hal sulit untuk mengikuti tuntunan yang baik itu. Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan kepentingan duniawi.
Bila memang belum mampu menjalankan tuntunan yang sebenarnya, jangan ditantang tuntunan itu. Cukup camkan dalam hati bahwa diri akan berusaha sekuat tenaga mengikuti aturan yang sesungguhnya. Kalau menentang atau bahkan menantang, itulah tanda kesombongan diri di hadapan Sang Kuasa. Tentunya hal ini kurang baik untuk kesehatan hati dan kalbu.
Islam mengatur batasan-batasan pergaulan antara lelaki dan perempuan. Batasan-batasan itu tidak dibuat untuk mengekang kebebasan manusia, namun merupakan salah satu wujud kasih sayang Allah terhadap umat manusia sebagai makhluk paling mulia.
Sebagai Muslim yang beriman, hendaknya kita senantiasa memerhatikan beberapa adab sopan santun pergaulan yang diatur dalam Al Quran. Adab-adab itu dibuat untuk membuat harkat dan martabat manusia tetap tinggi dimata Allah Swt. Di antara adab sopan santun pergaulan dalam Islam itu, adalah:
1. Menutup aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh ditampakkan kecuali kepada muhrimnya. Wanita maupun pria memiliki batasan-batasan aurat. Khusus wanita, aurat ibarat perhiasan yang sangat berharga. Ini sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. An Nur : 31)
Dalam Ayat tersebut memerintahkan wanita Muslimah agar tidak menampakkan perhiasan (aurat), kecuali kepada suami, ayah, dan beberapa pihak lain yang termasuk dalam pengecualian. Allah juga melarang para wanita bertabaruj. Tabaruj adalah berhias diri secara berlebihan, sehingga mengundang syahwat kaum Adam. Yang termasuk perilaku tabaruj juga adalah memakai wangi-wangian yang baunya dapat tercium orang lain di tempat umum. Memakai perhiasan (gelang, kalung, dan lain-lain) secara berlebihan dan mencolok mata juga termasuk tabaruj.
2. Menjaga interaksi antara lelaki dan perempuan
Allah melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim untuk saling berpandangan secara berlebihan, apalagi saling bersentuhan. Dalam Al Quran surat An-Nuur ayat 31 Allah bahkan secara khusus mengingatkan kaum lelaki agar menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya. Artinya, tidaklah temasuk lelaki beriman jika matanya suka jelalatan dan bergonta-ganti pasangan seperti berganti pakaian.
Pandangan mata secara berlebihan serta persentuhan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim juga bisa menimbulkan zina. Allah berfirman dalam Al Quran : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al Isra’ : 32).
Dalam ayat ini Allah melarang kita mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang sangat keji. Pandangan mata dan persentuhan tubuh adalah salah satu tindakan mendekati zina. Jika mendekati zina saja haram dan mendapat larangan keras, Anda tentu bisa menyimpulkan sendiri, betapa berdosanya perbuatan zina yang sekarang demikian merajalela dan dilakukan manusia tanpa rasa bersalah!
3. Menjaga aurat suara
Baik perempuan atau laki-laki, hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata secara mesra atau berlebihan kepada lawan jenis selain istri atau suaminya. Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT : “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik, (Q.S. Al Ahzab : 32)
Dalam ayat ini, secara khusus Allah mengingatkan istri-istri Nabi agar jangan melembutkan suara ketika bicara sehingga membangkitkan nafsu lelaki yang mendengarnya. Walaupun ayat tersebut ditujukan kepada para istri Nabi, tak ada salahnya kita meneladani ajaran Al Quran yang selalu memiliki hikmah tersendiri bagi pengikutnya. Sebagian ulama juga berpendapat bahwa ayat tersebut juga berlaku untuk wanita biasa.
4. Larangan berdua-duaan (berkhalwat)
Allah swt. melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya saling berdua-duaan, kecuali disertai mahramnya atau orang ketiga. Menurut Rasulullah saw., jika lelaki dan perempuan berdua-duaan, maka akan muncul pihak ketiga, yakni setan. Apa akibatnya jika setan ikut “nimbrung” di antara dua manusia yang berlainan jenis? Anda tentu sudah tahu jawabannya, bukan?
Demikian beberapa adab sopan santun pergaulan dalam Islam yang harus diperhatikan setiap umat Islam yang mengaku beriman. Islam tak pernah melarang pergaulan dengan siapa pun. Bergaul bahkan sangat dianjurkan sebagai upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah. Yang dilarang adalah pergaulan secara bebas antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim. Pergaulan yang tidak mematuhi norma-norma agama.
Wallahu A’lam.
https://www.facebook.com/permalink.php?id=491142294258787&story_fbid=625362094170139

Beginilah 7 Tips Menegur Orang yang Lebih Tua

Menegur adalah cara yang tepat apabila kamu melihat orang melakukan kesalahan. Ketika ingin menegur banyak halangan yang muncul dalam benakmu, salah satunya adalah ketika yang melakukan kesalahan adalah orang yang lebih tua. Orang yang lebih tua cenderung merasa lebih tahu segalanya daripada kamu yang masih muda. Padahal jika hal yang dilakukan memang salah, siapapun bisa menegur orang yang bersalah tersebut, termasuk kamu. 
Kesalahan bisa melanda siapapun, entah anak kecil, remaja atau bahkan yang sudah tua. Budaya ketika melihat orang melakukan kesalahan adalah menegurnya. Kenal atau tidak, sebisa mungkin kamu akan menegur bila beliau melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan bisa jadi karena mereka adalah orang baru yang belum tahu kebiasaan warga sekitar, atau karena aturan baru yang belum begitu beliau pahami. 
Ketika akan menegur halangan pasti ada. Sebelum melangkah untuk menegur, terbesit banyak pertanyaan dalam benakmu. Mau menghapiri atau tidak, mau menegur atau tidak. Semua pertanyaan yang berkecambuk itu karena kamu masih belum memiliki tips untuk beliau. Maka dari itu berikut ini ada tips bagaimana cara kamu agar bisa menegur orang yang lebih tua.
1. Ketahui dengan benar kesalahan beliau
orang tua
Tegur beliau jika merokok di sembarang tempat, image via https://www.flickr.com
Perhatikan dengan baik apa yang dilakukan beliau. Jangan sampai asal datang dan bilang kalau yang dilakukan salah. Amati apakah beliau benar-benar melakukan kesalahan. Jika benar beliau melakukan kesalahan, maka hampiri dengan mengucapkan minta maaf terlebih dulu. Setelah itu panggil dengan sebutan bapak/ibu sesuai jenis kelaminnya. (pastinya, hehe)
2. Tentukan kata-kata terbaik untuk menegur
orang tua
Tentukan kata-kata yang tepat untuk menegur, image via http://funnystack.com/
Sebelum menghampiri, lebih baik atur dulu setiap kata yang akan kamu ucapkan ketika menegur. Jangan menggunakan bahasa yang biasa kamu gunakan ketika menegur teman sebayamu. Atur dnegan baik ucapanmu sehingga enak untuk didengar dan nyaman untuk dimengerti. Gunakan bahasa yang mudah dan menyenangkan. Apalagi kalau beliau belum kamu kenal.  
3. Atur bahasa tubuhmu
orang tua
Gunakan bahasa tubuh yang tepat agar tidak salah sangka, image via http://www.express.co.uk/
Jika kamu sudah menghampiri beliau, maka atur bahasa tubuhmu sebagaimana baiknya ketika bertemu dengan orang yang lebih tua. Jangan sampai terkesan menggurui, tegur dengan cara yang baik. Sedikit merunduk adalah pilihan terbaik untuk menegur beliau. 
4. Tersenyum ketika menegur

orang tua
Tersenyum ketika menegur memberi efek yang lebih baik, image via http://pacificspineandpain.com/
Jangan lupakan senyuman ketika kamu menegur. Walau senyum sedikit tapi itu cukup berarti bahwa kita tidak sedang merencanakan untuk memarahi atau menegur dengan keras beliau. Senyuman juga akan memberikan efek menyenangkan ketika kamu menegur. Coba bandingkan ketika kamu ditegur dengan senyuman dan mata yang melotot, pasti akan lebih berkesan teguran dengan senyuman. Nah itu yang harus kamu lakukan, dan jangan sampai beliau malah memarahi kamu balik karena kamu tidak sopan untuk menegur.
5. Dekati beliau ketika menegur
orang tua
Dekati beliau ketika akan menegur, image via http://www.theglobeandmail.com/
Ingat, jangan terlalu jauh ketika menegur dan juga jangan terlalu dekat untuk mengucapkannya. Bila terlalu jauh, sama saja kamu ingin mempermalukan beliau disekitar orang yang berada disitu. Jadi gunakan perkiraan yang baik ketika akan menegur. Dekati sedekat kamu ketika berbicara dengan orang tuamu, karena tidak mungkin juga kamu berbicara dengan orang tuamu memakai suara keras. 
6. Ucapkan teguran dangan suara yang baik

orang tua
Suara yang baik akan membuat orang lebih menghargaimu
Bisa jadi kita belum pernah menegur orang yang lebih tua sehingga kita belum tahu nada yang baik untuk menegur beliau. Nah untuk itu ucapkan kalimat teguran dengan nada yang sekiranya bisa didengar beliau. Ucapkan dengan jelas dan lugas serta tidak bertele-tele. 
7. Gunakan pihak ketiga untuk menegur beliau
orang tua
Orang terdekat bisa teman beliau atau saudara beliau, image via http://www.chicagonow.com/
Ketika kamu benar-benar sulit untuk menegur beliau, tak perlu ragu untuk libatkan pihak ketiga dalam kejadian ini. Minta bantuan pada orang yang kamu kenal yang sekiranya berumur sama untuk menegur beliau. Dengan begitu beliau akan lebih mudah menerima ketika yang beliau lihat adalah orang yang kiranya seumur dengan beliau. Untuk lebih ampuh lagi, gunakan orang yang telah mengenal beliau untuk menegur. Beliau akan langsung menerimanya tanpa berpikir panjang. 
http://infotipsbermanfaat.blogspot.co.id/2014/07/cara-mengingatkan-orang-yang-lebih-tua.html

Beginilah Cara Sopan Menegur Orang Kentut Sembarangan

Liputan1.blogspot.com -Kentut itu perlu dilakukan karena menahannya juga malah akan membuat perut sakit. Bahkan, kentut pun sangat ditunggu pada beberapa jenis tindakan operasi untuk memastikan di saluran pencernaan telah kosong. Namun bukan berarti kentut juga bisa sembarangan dikeluarkan . Aromanya seringkali tidak sedap walau dalam beberapa kasus tidak menimbulkan bau. Hal itu tergantung dari makanan yang dikonsumsi.

Orang yang mendapatkan bau kentut seringkali tidak tahan dan menyingkir. Bagi orang yang empatinya tinggi mungkin akan diam sembari membiarkan bau tersebut menguap. Namun tetap saja kentut di sembarang tempat tidak disarankan. Permasalahan kentut bahkan meibatkan dua kepentingan, yakni urusan kesehatan dan perilaku. 


"Rasa kesal bisa diproyeksikan kepada orang lain atau terhadap benda lain. Ini akan memengaruhi kestabilan emosi orang tersebut," kata dr Azimatul Karimah, SpKJ dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, sepeti dikutip laman Deik Health.


Untuk itu, jika seseorang menjadikan aktivitas kentut sembarangannya sebagai kebiasaan, memang perlu diingatkan. Setidaknya orang tersebut nantinya merasa malu dan pilih-pilih situasi jika ingin mengeluarkan “gas beracun” tersebut.  Dokter Uci, sapaan dr Azimatul Karimah, menyarankan dua tahapan cara dalam menegur yaitu:


  1. Sampaikan apa adanya terkait kebiasaan kentut seseorang itu secara bertahap. Artinya, dalam mengingatkan, sampaikan saja apa adanya yang dirasakan oleh korban bau kentut kepada yang mengeluarkannya. Namun tidak perlu terlalu lebay dengan menambahkan ucapan-ucapan berlebihan  Pilih kata-kata tepat dengan ucapan ringan. Jika gagal, ucapan lebih tegas barangkali diperlukan. “Misalnya 'kamu sepertinya sering sakit perut ya? ada masalah pencernaan?', nah hal ini berguna untuk mengetahui apakah orang tersebut siap mendapat informasi dari kita," kata dr Uci. Pada orang yang siap menerima nasihat, dia akan menanggapi keluhan soal kentutnya itu. Namun jika dia belum siap, yang muncul adalah penyangkalan atau bantahan.
  2. Saat menegur usahakan untuk menyampaikannya langsung empat mata atau lewat pihak ketiga yang dapat dipercaya. Meski kentut sembarangan adalah salah menurut adat perilaku, namun privasi orang yang sedang diingatkan terkait perilaku buruknya juga mesti dijaga. Jangan menegur orang kentut di depan umum yang dapat membuatnya malu. Pasalnya, pada kasus masalah kesehatan tertentu, seseorang mesti membuang kentutnya sesegera mungkin agar tidak membuat dirinya tambah sakit.

BEGINILAH ADAB DAN CARA MENEGUR DALAM ISLAM

Firman Allah ta`ala yang bermaksud: “Ajaklah (wahai Muhammad) mereka ke arah jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang elok dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik…..” (Surah An-Nahl: 125)

Kita semua juga mengetahui sepotong hadis Rasulullah s.a.w yang popular yang menyuruh kita berubah dan memperbetulkan kesalahan dan kemungkaran dengan tangan atau kuasa jika kita punya kemampuan. Jika tidak, maka dengan lidah dan jika tidak mampu dengan pertuturan, maka dengan kebencian hati terhadap kemungkaran tersebut.

Namun persoalan yang timbul ialah adakah seseorang pendakwah itu boleh menegur sesuatu kesalahan dengan semberono begitu sahaja tanpa memperdulikan adab-adab persaudaraan sesama muslim sewaktu menegur? Mari kita kembali kepada maksud ayat di awal penulisan ini.

Jika merujuk kepada tafsiran Imam al-Qurtubi, beliau menyebut bahawa ayat ini menyuruh para pendakwah supaya menyebarkan dakwah dan memberikan nasihat kepada ‘orang-orang Islam’ secara khususnya dengan cara yang penuh bijaksana, lemah lembut dan penuh strategi. Para pendakwah mestilah menjauhi sifat kasar dan keras ketika menegur dan memberikan nasihat agar orang yang ditegur tidak merasa malu dan melarikan diri sekaligus matlamat dakwah menjadi realiti dan terlaksana.

“Mukmin itu menasihati dan menutup(aib dan kesalahan), Orang yang jahat itu menyingkap dan mendedahkan(aib dan kesalahan)”Fudhail Bin I’yadh,Kitab Al-Wafi syarah Matan Al-Arbain An-Nawawiyyah

Al-Qurtubi menambah lagi bahawa hukum menasihati dan menegur sesama muslim secara lemah-lembut dan bijaksana ini kekal sehingga hari kiamat. Namun hukum ini tidak berjalan ke atas golongan kafir kerana cara untuk ‘bermuamalah’ dengan mereka telah diterangkan oleh ayat-ayat yang menyuruh kita memerangi mereka (ayat Qital).

Beginilah yang sepatutnya berlaku terhadap para pendakwah ketika mereka menjalankan kerja-kerja mulia ini. Apabila mereka berhadapan dengan orang-orang yang melakukan kesalahan atau maksiat di kalangan saudara mereka sesama muslim, mereka perlulah menggunakan pendekatan positif dan bijaksana agar pihak yang ditegur mereka berhenti dan menginsafi atas kesalahan mereka.
Janganlah kita menggunakan ‘teguran’ atau ‘nasihat’ itu sebagai jalan untuk membalas dendam kepada seseorang. Bukankah itu menunjukkan yang kita sedang menunggu-nunggu kesalahan orang? Sedangkan di dalam Islam, kita dituntut untuk sentiasa bersikap ikhlas dan amanah dalam setiap nasihat dan teguran yang dibuat. Apabila menegur, janganlah sekali-kali kita menggunakan bahasa dan nada yang kasar. Jauhilah dari menegur seseorang itu di khalayak ramai. Kerana ini akan memalukan dan mengaibkan pihak yang ditegur. Carilah waktu yang sesuai untuk menegur. Bersemukalah dengan pihak berkenaan dan gunakan kata-kata lembut dan gaya bahasa yang boleh menawan hati dan perasaannya. Perlu diingati bahawa walaupun Islam menggalakkan budaya tegur menegur di kalangan kita, tetapi itu tidak bermakna bahawa teguran itu mesti dibuat secara langsung apabila sesuatu kesalahan itu berlaku. Lihatlah situasi dan keadaan. Gunakakan uslub yang boleh menawan hati dan jauhi dari cara menegur yang membuatkan orang lari.

Jadikanlah Rasulullah s.a.w sebagai role model kita.

Rasulullah s.a.w bersabda,
‘‘Percakapan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, dia harus bercakap dan apabila ia boleh mendatangkan keburukan,maka dia hendaklah tidak melafazkannya. Sesungguhnya hati orang yang bodoh berada di mulut,
ia berbicara sesuai apa sahaja yang dia mahukan’’.
Itulah dia antara uslub Rasulullah menegur dan berdakwah kepada orang lain. Lalu mengapa kita sering ketepikan tips-tips yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w? Kenapa kita sering ‘berkasar’ ketika menegur saudara-saudari kita sesama muslim? Gunakan budaya menegur sebagai perantaraan untuk menambah kawan dan taulan bukan untuk mencari musuh dan pergaduhan.Yelah menegur tu perkara baik jadi kenapa perlu disakiti hati orang lain?cuba fikir sejenak adakah dia akan berubah jika begitu?Tentu sekali 0.1% peluangnya.Sedangkan Allah telah memperingatkan kita semua dalam surah An-Nissa ayat 59...walla'hualam...

p/s: BUDAYAKAN MENEGUR SECARA LEMAH-LEMBUT DAN BIJAKSANA

-FR-

https://www.facebook.com/EddyWan.IamMuslim/posts/169245506551796